Tanaman tembakau di lereng Gunung Sumbing, Temanggung, Jawa Tengah telah memasuki musim panen. Sebelum melakukan panen para petani tembakau di lereng gunung itu terlebih dahulu menggelar ritual wiwitan (selamatan panen). Seperti para petani di Desa Legoksari, Kecamatan Telogomulyo, Kabupaten Temanggung, hari Kamis (12/7) lalu mereka menggelar wiwitan yang telah menjadi tradisi sejak awal ditanamnya tembakau di kawasan ini. Hari digelarnya ritual ini (Kamis pahing) juga disesuaikan dengan perhitungan kalender Jawa yang dipercaya sebagai hari yang membawa keberuntungan.
Ritual diawali dengan kirab membawa tujuh macam tumpeng yang tiap macamnya memiliki makna tersendiri. Tumpeng putih dimaksudkan untuk keselamatan warga, tumpeng hitam merupakan persembahan untuk leluhur mereka Ki Ageng Makukuhan yang membawa tembakau untuk dibudidayakan di kawasan ini. Kemudian tumpeng kuning yang dibuat untuk Sang Hyang Nurcahya (matahari), belorok megono yang merupakan perlambang keharmonisan antara masyarakat dengan pemimpinnya. Lalu tumpeng robyong perlambang kemakmuran petani tembakau, ketan salak yang dibuat dengan harapan agar selalu awet rezeki, serta ayam tolak yang bermakna sebagai penolak segala bahaya.
Semua persembahan ini dibawa oleh warga menuju lahan tembakau yang berjarak sekitar 500 meter dari perkampungan. Setelah bersimpuh mengelilinginya, mereka kemudian bersama-sama memanjatkan doa dipimpin oleh pemuka warga setempat. Ritual serupa juga dilakukan oleh warga Desa Wonosari, Kecamatan Bulu, Temanggung. Dalam wiwitan itu mereka juga membakar dua ogoh-ogoh yang merupakan perlambang ancaman tembakau asing.
Wiwitan yang telah menjadi tradisi pada tiap awal musim tanam dan panen ini dimaksudkan untuk memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil tembakau rajangan pada musim panen ini berkualitas baik dan laku dengan harga mahal.
Anda punya koleksi foto jalan-jalan yang keren, liburan tak terlupakan, atau foto indah penuh makna?
Kirim foto-foto Anda untuk tampil di GALERIMU SINDOnews.com