Matahari baru saja merebahkan dirinya di ufuk barat saat kapal Flotim 17 melepas sauh dari dermaga Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Amagarapati, Larantuka, Nusa Tenggara Timur, Selasa (27/12/2016) lalu. Dipimpin sang kapten, Lauren (48), kapal nelayan jenis gross tonnage (GT) 22 berlayar menuju perairan Laut Flores untuk mencari ikan tuna dengan metode tradisional khas nelayan Larantuka, yakni pole and line atau disebut huhate dalam bahasa setempat. Perjalanan diawali dengan mencari umpan yakni ikan tembang yang disediakan kapal penangkap ikan menetap (bagan apung) di kawasan Teluk Lembata. Puluhan bagan di teluk tersebut akan menyalakan lampu sebagai penanda umpan tersedia bagi kapal nelayan huhate yang akan mencari ikan. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya umpan cukup didapat, sebelum fajar menyingsing Flotim 17 pun diarahkan Kapten Lauren menuju perairan Flores di daerah Balauring, Lembata. Tak ada petunjuk pasti dimana lokasi berkumpulnya cakalang di laut lepas, nelayan huhate menggunakan intuisi serta petunjuk dari alam untuk menemukannya. Nelayan mencari kawanan burung dan lumba-lumba untuk menentukan lokasi pencarian ikan. Kawanan burung dan lumba-lumba menunjukkan keberadaan kawanan ikan kecil santapan keluarga tuna, tongkol, dan cakalang yang menjadi target tangkapan nelayan. Penangkapan ikan dengan teknik huhate oleh nelayan Larantuka dilakukan untuk menjaga keberlanjutan dari ikan tangkapan. Teknik ini tidak mengganggu terumbu karang atau binatang laut lainnya, umpan ikan yang digunakan pun kembali ke laut dalam keadaan hidup. Hal ini membuat ekosistem laut tetap terjaga dan minimnya tangkapan sampingan yang tidak berguna (bycatch). Setelah lokasi ditentukan, para awak kapal bergegas duduk di hulu kapal memegang alat pancing bambu bernama awu. Boi-boi (pelempar ikan umpan) sibuk melemparkan umpan dari belakang kapal agar ikan cakalang tetap berada pada zona hulu kapal. Tak sulit untuk memancing ikan jika lokasi dan kawanan ikan telah ditemukan, permenit sekitar 40 hingga 50 ekor bisa didapat. Ikan tuna jenis cakalang yang didapat dengan pancingan terus beterbangan ke arah belakang kapal dilempar oleh para awak kapal. Ayunan pancing tersebut berpadu dengan tiupan angin kencang serta hempasan ombak di laut lepas. Harmoni alam yang sangat indah. Foto & Teks : KORAN SINDO/YORRI FARLI
Anda punya koleksi foto jalan-jalan yang keren, liburan tak terlupakan, atau foto indah penuh makna?
Kirim foto-foto Anda untuk tampil di GALERIMU SINDOnews.com