Desa Sodo, Paliyan, Gunungkidul hingga kini tersohor dengan kerajinan tembaganya. Desa yang memiliki luas wilayah 180 hektare, terdiri dari 125 hektare lahan pekarangan dan 55 hektare lahan pertanian tersebut, berisi orang-orang handal yang mampu membuat perhiasan berbahan baku perak maupun tembaga. Dahulu, kebanyakan warga Sodo merupakan pekerja di industri perak maupun tembaga di Kotagede, Yogyakarta. Akhirnya mereka membuka usaha kerajinan sendiri, walaupun polesan terakhir atau finishing maupun pesanan masih dikendalikan oleh Kotagede. Salah satu perajin di Desa Sodo adalah Heri Susanto (33 tahun). Di rumahnya yang berada di Pelemgede, Desa Sodo, RT 3, Paliyan, Gunungkidul, Heri sedang menyelesaikan bros Pintu Aceh. Perhiasan khas daerah Aceh tersebut merupakan pesanan dari Kotagede. Biasanya, Heri yang hidup dengan istri dan seorang anak beserta seorang mertua, mampu menyelesaikan satu kodi pesanan dalam dua hari. Heri menjual satu produk kerajinan yang belum dilapis dengan senyawa krom seharga Rp60.000 hingga Rp70.000. Rumahnya, yang berdinding bilik bambu dan menghadap ladang padi milik sendiri tersebut, menjadi tempat baginya dalam berkreasi beragam bentuk perhiasan. Heri memang bercita-cita menjadi seorang perajin. Sedangkan istrinya, membantu perekonomian keluarga dengan menjahit. Kesederhanaan kehidupan perajin perhiasan yang hidup di desa, rupanya tidak seelok perhiasan yang dibuatnya.
Anda punya koleksi foto jalan-jalan yang keren, liburan tak terlupakan, atau foto indah penuh makna?
Kirim foto-foto Anda untuk tampil di GALERIMU SINDOnews.com