Kapal pinisi bersandar di sebuah danau, di kawasan Pantai Gusong Bugis. Bukan sedang antri mengangkut penumpang untuk berlayar, tapi kapal kayu itu menanti pengunjung yang ingin melepas lapar dan dahaga usai menyusuri jongging track. Kapal itu merupakan salah satu fasilitas restoran unik di area ekowisata Belitung Mangrove Park.
Destinasi baru seluas 50 ha yang terletak di Desa Juru Seberang, Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini cukup unik. Bukan saja menawarkan keindahan alam pantai yang dipadu dengan hutan mangrove, tetapi juga menawarkan sebuah harapan baru bagi masyarakat sekitar.
Sejumlah fasilitas lain seperti menara pengamatan, kapal susur sungai, kano, tambak, teras mancing, pusat informasi wisata, rumah edukasi, rumah makan, rumah singgah hingga dermaga sunset berada diarea tersebut.
Sebelum menjadi hutan mangrove, lokasi rehabilitasi kawasan pesisir ini merupakan lahan tambang tempat masyarakat sekitar menambang timah secara inkonvensional yang tentunya berpengaruh pada derajat kesehatan, keselamatan, serta kemakmuran masyarakat sekitar, lebih jauh lagi bagi lingkungan pesisir dan ekosistem laut.
Belitung Mangrove Park adalah hasil dari ikhtiar kelompok Hutan Kemasyarakatan (HKm) Seberang Bersatu, bekerja sama dengan Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI). Sejak 2017 hingga 2018 Indonesia Climate Change Trust Fund dengan dana hibah dari USAID telah menyalurkan pendanaan mitigasi berbasis lahan untuk Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang sebagai Taman Wisata Mangrove dalam Upaya Rehabilitasi Ekosistem dan Sekuestrasi Karbon.
Alhasil, pola pikir dan hidup masyarakat di lokasi proyek pun berubah. Ketergantungan pada penambangan timah menjadi ke arah industri kreatif dan pariwisata, dengan tetap menjaga struktur dan fungsi kawasan mangrove.
Anda punya koleksi foto jalan-jalan yang keren, liburan tak terlupakan, atau foto indah penuh makna?
Kirim foto-foto Anda untuk tampil di GALERIMU SINDOnews.com