Luluh Lantak Diterjang Erupsi Gunung Semeru
Senin, 06 Desember 2021 - 06:26 WIB
Hujan abu vulkanik masih terus mengguyur kawasan Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, hingga Minggu (5/12/2021) siang. Rumah-rumah warga tertimbun material vulkanik, bahkan banyak yang rata dengan tanah.
Kondisi jalan desa sunyi seyap. Tak banyak warga yang beraktivitas karena sedang berada di pengungsian. Hanya beberapa warga yang nekat pulang ke rumahnya, yang tampak melintasi jalan-jalan desa penuh abu vulkanik.
Rumah-rumah roboh dan rusak. Bahkan pohon-pohon banyak yang tumbang akibat tak kuat menahan material vulkanik yang menerjangnya. Beberapa ekor hewan ternak seperti kambing dan ayam dibiarkan begitu saja. Tampak hewan-hewan ternak itu mengalami luka-luka akibat terkena awan panas.
Patar, 40, terus bersiaga di depan rumahnya bersama sang istri Sunani, 35, dan satu putrinya yang masih berusia lima tahun. "Kami semalam berada di pengungsian di SD Negeri 4 Supiturang. Habis ini kami kembali ke pengungsian," ujarnya.
Dia mengaku masih merasa takut dengan peristiwa terjangan material vulkanik letusan Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) sore. Semburan abu vulkanik yang turun bersama hujan membuatnya trauma.
Kala itu Patar berada di rumah bersama putrinya, sementara istrinya mengikuti pengajian. Terdengar suara gemuruh dari Besuk Kobokan yang hanya berjarak sekitar 1 km dari rumahnya.
"Saya pikir seperti terjadi tahun lalu, di sini hanya hujan abu saja. Ternyata saya lihat ke arah utara, langitnya sudah gelap gulita. Langsung saya gendong putri saya naik motor menjemput istri dan mengungsi," ungkapnya.
Baru kali ini menurutnya rumahnya diterjang hujan material vulkanik seperti ini. Kejadian-kejadian sebelumnya tidak sampai seperti ini. Kalaupun ada erupsi, itu hanya hujan abu vulkanik tipis saja.
Sunani bercerita, saat itu sudah tidak sempat membawa apa-apa. Bahkan rumahnya saja tidak terkunci. "Semua lari menyelamatkan diri. Kami ketakutan karena sudah turun hujan lumpur seperti mau kiamat," katanya.
Hal yang sama juga dirasakan Ali, 35. Warga Dusun Sumbersari ini lari bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri. Ternak sapi miliknya harus ditinggalkan begitu saja di kandangnya.
"Karena takut langitnya hitam pekat dan turun hujan lumpur, kami lari menyelamatkan diri saja. Tadi pagi kondisinya sudah mulai cerah, makanya ini saya sempatkan mengambil sapi ternak saya," ujar Ali, Minggu (5/12/2021) siang.
Kondisi sapinya sangat memilukan, hidungnya terluka dan mengalami stres karena ketakutan berada di kandang akibat hujan abu. "Ini (sapi) harus kami selamatkan karena aset keluarga. Jadi tabungan juga," ungkapnya.
Upaya untuk menghentikan warga yang kembali ke rumahnya terus dilakukan oleh petugas gabungan dari Polsek Pronojiwo, Koramil Pronojiwo, Kompi 4 Batalion B Pelopor Satuan Brimob Polda Jatim, serta para relawan.
Warga tidak diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya masih sangat rawan. Dari arah Gunung Semeru, masih terlihat awan pekat dan beberapa kali terjadi erupsi.
"Ini tadi kami lakukan patroli keamanan dan kami dapati warga berupaya mengevakuasi barang-barangnya, termasuk pakaian, untuk dibawa ke pengungsian. Makanya kami berikan bantuan agar mereka tidak kembali lagi masuk zona berbahaya," ungkap Danki 4 Pelopor Satuan Brimob Polda Jatim AKP Nono Subagio.
FOTO DAN TEKS: KORAN SINDO/Yuswantoro
Kondisi jalan desa sunyi seyap. Tak banyak warga yang beraktivitas karena sedang berada di pengungsian. Hanya beberapa warga yang nekat pulang ke rumahnya, yang tampak melintasi jalan-jalan desa penuh abu vulkanik.
Rumah-rumah roboh dan rusak. Bahkan pohon-pohon banyak yang tumbang akibat tak kuat menahan material vulkanik yang menerjangnya. Beberapa ekor hewan ternak seperti kambing dan ayam dibiarkan begitu saja. Tampak hewan-hewan ternak itu mengalami luka-luka akibat terkena awan panas.
Patar, 40, terus bersiaga di depan rumahnya bersama sang istri Sunani, 35, dan satu putrinya yang masih berusia lima tahun. "Kami semalam berada di pengungsian di SD Negeri 4 Supiturang. Habis ini kami kembali ke pengungsian," ujarnya.
Dia mengaku masih merasa takut dengan peristiwa terjangan material vulkanik letusan Gunung Semeru pada Sabtu (4/12/2021) sore. Semburan abu vulkanik yang turun bersama hujan membuatnya trauma.
Kala itu Patar berada di rumah bersama putrinya, sementara istrinya mengikuti pengajian. Terdengar suara gemuruh dari Besuk Kobokan yang hanya berjarak sekitar 1 km dari rumahnya.
"Saya pikir seperti terjadi tahun lalu, di sini hanya hujan abu saja. Ternyata saya lihat ke arah utara, langitnya sudah gelap gulita. Langsung saya gendong putri saya naik motor menjemput istri dan mengungsi," ungkapnya.
Baru kali ini menurutnya rumahnya diterjang hujan material vulkanik seperti ini. Kejadian-kejadian sebelumnya tidak sampai seperti ini. Kalaupun ada erupsi, itu hanya hujan abu vulkanik tipis saja.
Sunani bercerita, saat itu sudah tidak sempat membawa apa-apa. Bahkan rumahnya saja tidak terkunci. "Semua lari menyelamatkan diri. Kami ketakutan karena sudah turun hujan lumpur seperti mau kiamat," katanya.
Hal yang sama juga dirasakan Ali, 35. Warga Dusun Sumbersari ini lari bersama keluarganya untuk menyelamatkan diri. Ternak sapi miliknya harus ditinggalkan begitu saja di kandangnya.
"Karena takut langitnya hitam pekat dan turun hujan lumpur, kami lari menyelamatkan diri saja. Tadi pagi kondisinya sudah mulai cerah, makanya ini saya sempatkan mengambil sapi ternak saya," ujar Ali, Minggu (5/12/2021) siang.
Kondisi sapinya sangat memilukan, hidungnya terluka dan mengalami stres karena ketakutan berada di kandang akibat hujan abu. "Ini (sapi) harus kami selamatkan karena aset keluarga. Jadi tabungan juga," ungkapnya.
Upaya untuk menghentikan warga yang kembali ke rumahnya terus dilakukan oleh petugas gabungan dari Polsek Pronojiwo, Koramil Pronojiwo, Kompi 4 Batalion B Pelopor Satuan Brimob Polda Jatim, serta para relawan.
Warga tidak diperkenankan untuk kembali ke rumah masing-masing karena kondisinya masih sangat rawan. Dari arah Gunung Semeru, masih terlihat awan pekat dan beberapa kali terjadi erupsi.
"Ini tadi kami lakukan patroli keamanan dan kami dapati warga berupaya mengevakuasi barang-barangnya, termasuk pakaian, untuk dibawa ke pengungsian. Makanya kami berikan bantuan agar mereka tidak kembali lagi masuk zona berbahaya," ungkap Danki 4 Pelopor Satuan Brimob Polda Jatim AKP Nono Subagio.
FOTO DAN TEKS: KORAN SINDO/Yuswantoro
(sra)