Fajar Hasan: Sultra Perlu Kawasan Ekonomi Baru
Jum'at, 14 Januari 2022 - 22:02 WIB
Komisaris Utama PT Tetap Merah Putih Muhamad Fajar Hasan, mengungkapkan berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Sultra tahun 2021 di angka 4,2 persen, bahkan di atas pertumbuhan ekonomi nasional hanya berkisar diangka 3,7 persen dan Sultra masuk sebagai salah satu provinsi paling bahagia di Indonesia.
Diketahui, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil melewati masa-masa sulit pandemi dan progresif dalam melakukan pemulihan ekonomi, dengan capaian indikator keberhasilan yang menggembirakan.
"Prestasi gemilang ini harus dijaga bersama dan kita tingkatkan. Apresiasi perlu diberikan kepada seluruh stakeholders yang telah bekerja keras menjaga stabilitas ekonomi Sultra. Ini kerja kolaborasi yang sangat apik, antara pemerintah daerah, institusi keamanan, rakyat, perbankan dan dunia usaha, sehingga kita berhasil keluar dari masa-masa sulit pandemi," kata Fajar Hasan,Jumat (14/1). dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Halu Oleo ini menguraikan, Sultra secara ekonomi ditopang oleh salah satunya karena makin membaiknya kinerja birokrasi khususnya dibidang perizinan. Pebisnis mendapatkan kemudahan bahkan pemerintah memandu langsung pengusaha untuk pengembangan usaha dan jaringan.
Terbaru, kata dia, salah satu milenial Sultra melakukan ekspor komoditas Mete ke luar negeri. Pelepasan ekspor komoditas tersebut disaksikan oleh pemerintah. Berikutnya adalah tentu saja kebijakan hilirisasi pengelolaan sumber daya alam turut memberikan efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi Sultra. Daerah menjadi tuan rumah investasi, sehingga dampaknya menggerakan banyak sektor.
Kedepannya, Fajar berharap, pemerintah pusat dan daerah perlu memikirkan pentingnya penambahan atau perluasan kawasan ekonomi baru di Sultra. Saat ini, khususnya terkait hilirisasi pengelolaan SDA terkonsentrasi di Konawe Raya. Disana terdapat proyek strategis nasional berupa investasi berskala besar transnasional pemurnian nikel di Morosi.
"Pembangunan Smelter tersebut turut menggerakan perekonomian daerah. Supaya dampak ekonomi investasi meluas dan menggerakan ekonomi seluruh Sultra, area investasi perlu bergeser ke tempat-tempat baru misalnya di Kolaka Raya dan Kepulauan Sultra," ujarnya.
Fajar mengatakan, perluasan kawasan baru investasi harus sesuai dengan corak komoditas daerah, perluasan pabrik atau pembangunan industri turunan yang sudah ada, dengan tetap memperhatikan kebelanjutan ekologis dan afirmasi kepentingan daerah.
Ketua Harian Jaringan Rakyat Indonesia (JARI) Sultra ini juga menyampaikan bahwa untuk mendukung terciptanya kawasan ekonomi baru di Sulawesi Tenggara, dunia usaha dan pemerintah perlu duduk bareng berkolaborasi berdasarkan kapasitas sumber daya dan peran masing-masing.
"Tidak boleh lagi ada sekat antara pengusaha dan pemerintah, saatnya saling memberi kontribusi, bersinergi menciptakan kawasan-kawasan ekonomi baru di daerah," ujarnya.
Lebih lanjut Fajar mengatakan, Sultra saat ini merupakan daerah seksi di mata nasional karena menjadi tujuan investasi multinasional. Itu sebabnya, pengusaha harus berdaya dan menjadi bagian dari arus investasi tersebut, dengan menyiapkan kapasitas, memperluas jejaring dan mempromosikan kekayaan alam Sultra berupa perkebunan, pertanian, kelautan, pariwisata dan sumber daya alam.
"Kekayaan alam Sultra harus dikelola sebaik-baiknya melalui kolobarasi semua pihak, untuk percepatan kesejahteraan rakyat Sulawesi Tenggara," pungkasnya.
Diketahui, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil melewati masa-masa sulit pandemi dan progresif dalam melakukan pemulihan ekonomi, dengan capaian indikator keberhasilan yang menggembirakan.
"Prestasi gemilang ini harus dijaga bersama dan kita tingkatkan. Apresiasi perlu diberikan kepada seluruh stakeholders yang telah bekerja keras menjaga stabilitas ekonomi Sultra. Ini kerja kolaborasi yang sangat apik, antara pemerintah daerah, institusi keamanan, rakyat, perbankan dan dunia usaha, sehingga kita berhasil keluar dari masa-masa sulit pandemi," kata Fajar Hasan,Jumat (14/1). dalam keterangan tertulisnya.
Lebih lanjut, Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa Universitas Halu Oleo ini menguraikan, Sultra secara ekonomi ditopang oleh salah satunya karena makin membaiknya kinerja birokrasi khususnya dibidang perizinan. Pebisnis mendapatkan kemudahan bahkan pemerintah memandu langsung pengusaha untuk pengembangan usaha dan jaringan.
Terbaru, kata dia, salah satu milenial Sultra melakukan ekspor komoditas Mete ke luar negeri. Pelepasan ekspor komoditas tersebut disaksikan oleh pemerintah. Berikutnya adalah tentu saja kebijakan hilirisasi pengelolaan sumber daya alam turut memberikan efek domino terhadap pertumbuhan ekonomi Sultra. Daerah menjadi tuan rumah investasi, sehingga dampaknya menggerakan banyak sektor.
Kedepannya, Fajar berharap, pemerintah pusat dan daerah perlu memikirkan pentingnya penambahan atau perluasan kawasan ekonomi baru di Sultra. Saat ini, khususnya terkait hilirisasi pengelolaan SDA terkonsentrasi di Konawe Raya. Disana terdapat proyek strategis nasional berupa investasi berskala besar transnasional pemurnian nikel di Morosi.
"Pembangunan Smelter tersebut turut menggerakan perekonomian daerah. Supaya dampak ekonomi investasi meluas dan menggerakan ekonomi seluruh Sultra, area investasi perlu bergeser ke tempat-tempat baru misalnya di Kolaka Raya dan Kepulauan Sultra," ujarnya.
Fajar mengatakan, perluasan kawasan baru investasi harus sesuai dengan corak komoditas daerah, perluasan pabrik atau pembangunan industri turunan yang sudah ada, dengan tetap memperhatikan kebelanjutan ekologis dan afirmasi kepentingan daerah.
Ketua Harian Jaringan Rakyat Indonesia (JARI) Sultra ini juga menyampaikan bahwa untuk mendukung terciptanya kawasan ekonomi baru di Sulawesi Tenggara, dunia usaha dan pemerintah perlu duduk bareng berkolaborasi berdasarkan kapasitas sumber daya dan peran masing-masing.
"Tidak boleh lagi ada sekat antara pengusaha dan pemerintah, saatnya saling memberi kontribusi, bersinergi menciptakan kawasan-kawasan ekonomi baru di daerah," ujarnya.
Lebih lanjut Fajar mengatakan, Sultra saat ini merupakan daerah seksi di mata nasional karena menjadi tujuan investasi multinasional. Itu sebabnya, pengusaha harus berdaya dan menjadi bagian dari arus investasi tersebut, dengan menyiapkan kapasitas, memperluas jejaring dan mempromosikan kekayaan alam Sultra berupa perkebunan, pertanian, kelautan, pariwisata dan sumber daya alam.
"Kekayaan alam Sultra harus dikelola sebaik-baiknya melalui kolobarasi semua pihak, untuk percepatan kesejahteraan rakyat Sulawesi Tenggara," pungkasnya.
(sra)