Semarak Ngarak Tirta di Bukit Jatiwayang Ngemplak Simongan Semarang
Senin, 21 Maret 2022 - 10:19 WIB
Puluhan warga dengan berbusana adat membawa hasil bumi berkeliling kampung Bukit Jatiwayang di Kelurahan Ngemplak Simongan, Kecamatan Semarang Barat, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (20/3/2022) sore. Mereka mengikuti prosesi budaya memperingati Hari Air Sedunia bertajuk Ngarak Tirta sebagai ajang pembuka Festival Bukit Jatiwayang yang akan digelar September 2022 mendatang.
Air yang diarak keliling kampung merupakan air dari tujuh sumber air yang dulu dipakai untuk memenuhi kebutuhan warga dalam kehidupan (masak, mandi, cuci), saat kampung tersebut pertama kali dihuni warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mengguyubkan warga. Dulunya warga kampung saling kenal dan akrab satu sama lain, namun karena perubahan gaya hidup dan perkembangan zaman, tak semua warga kini saling kenal dan peduli.
Festival Bukit Jatiwayang merupakan sarana paling manjur untuk merekatkan kembali hubungan antarwarga. Selain itu juga berfungsi sebagai lem sosial. Dalam kegiatan ini ada tiga gunungan yang diarak warga bersama 9 kendi berisi air dari 9 sumber yang berbeda. Air diambil dari 7 sumur yang dikenal dari sejak masa lalu, ada di Manyaran sumur Pak Kodri, RW 1 berupa sumur umum, RW II milik Pak Royo, sumur ban, Saikem (3), RW III sumur kepunyaan Mbah Sueb dan Tentrem (2) dan satu sumur artesis milik Pak Ali, serta satu sumber dari PDAM. Sumur-sumur itu dulunya menjadi penghubung interaksi warga dan sekarang semua sumur itu menggunakan teknologi pompa air.
Air yang diarak keliling kampung merupakan air dari tujuh sumber air yang dulu dipakai untuk memenuhi kebutuhan warga dalam kehidupan (masak, mandi, cuci), saat kampung tersebut pertama kali dihuni warga. Kegiatan ini bertujuan untuk mengguyubkan warga. Dulunya warga kampung saling kenal dan akrab satu sama lain, namun karena perubahan gaya hidup dan perkembangan zaman, tak semua warga kini saling kenal dan peduli.
Festival Bukit Jatiwayang merupakan sarana paling manjur untuk merekatkan kembali hubungan antarwarga. Selain itu juga berfungsi sebagai lem sosial. Dalam kegiatan ini ada tiga gunungan yang diarak warga bersama 9 kendi berisi air dari 9 sumber yang berbeda. Air diambil dari 7 sumur yang dikenal dari sejak masa lalu, ada di Manyaran sumur Pak Kodri, RW 1 berupa sumur umum, RW II milik Pak Royo, sumur ban, Saikem (3), RW III sumur kepunyaan Mbah Sueb dan Tentrem (2) dan satu sumur artesis milik Pak Ali, serta satu sumber dari PDAM. Sumur-sumur itu dulunya menjadi penghubung interaksi warga dan sekarang semua sumur itu menggunakan teknologi pompa air.
(sra)