Pintar Luncurkan Platform Pendidikan dan Pengembangan Diri untuk Berdayakan Angkatan Kerja Indonesia
Selasa, 17 Mei 2022 - 16:20 WIB
JAKARTA-- PT Pintar Pemenang Asia resmi meluncurkan Pintar, sebuah platform pengembangan diri yang merupakan wujud komitmen perusahaan untuk memberdayakan angkatan kerja Indonesia lewat akses belajar tanpa kenal usia.
Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya gap antara demand dan supply dalam pasar tenaga kerja. Pintar hadir untuk menutup celah tersebut lewat tiga lini produk yang terintegrasi dalam satu platform yaitu Kursus, Kuliah, dan Korporasi.
CEO Pintar Ray Pulungan, menyatakan bahwa event rebranding ini mempertegas misi pintar untuk membuka akses kepada pendidikan berkualitas di era digital sebagai bagian dari proses pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan.
“Kami yakin bahwa pendidikan yang relevan terhadap kebutuhan industri tidak hanya berpotensi membuka peluang bagi pembelajar, tetapi juga bagi keluarganya, komunitasnya, serta organisasi di mana dia menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaganya,” kata Ray Pulungan, Selasa (17/5).
Pendidikan yang ditawarkan oleh Pintar tidak cuma berupa pendidikan formal tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman.
“Pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ini yang kami perjuangkan di Pintar. Pintar hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami di Pintar ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia. Pintar, learning for life,” tandas Head of Learning Pintar Grace Gunawan.
Acara soft launching Pintar ini diikuti oleh diskusi online bertajuk “Empowering Indonesia’s Workforce through Upskilling” yang menghadirkan Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group Shinta Kamdani sebagai keynote speaker serta Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad dan Vice President Samator Group Imelda Harsono sebagai guest speakers. Diskusi dipandu oleh Presenter Berita sekaligus Founder Yayasan Bangun Sekolah Maria Harfanti.
Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group Shinta Kamdani memaparkan permasalahan mismatch (ketidaksesuaian) antara supply dan demand tenaga kerja di Indonesia.
“Menurut penelitian LIPI, 4,6 persen tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9 persen tenaga kerja overeducated, dan 68,4 persen mengalami field of study mismatch. Berbagai mismatch ini menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji/upah,” ungkap Shinta Kamdani.
Pintar hadir untuk memberi solusi terhadap masalah seperti yang diterangkan oleh Shinta Kamdani tersebut, yaitu menjadi penjembatan skill gap di dunia kerja lewat kolaborasi dengan berbagai institusi.
Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad berkata, “Sangat penting bagi institusi pendidikan tradisional seperti universitas untuk berkolaborasi dengan edutech seperti pintar. Sebab, mereka mampu menciptakan konten-konten yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, mereka juga mampu menjangkau lebih banyak pembelajar dibanding institusi pendidikan tradisional.”
“Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi dalam keterampilan karyawan. Secara global teknologi sudah cukup maju, apa pun bisa dipelajari karena platform pembelajaran bisa diakses dengan mudah. Keberadaan platform-platform ini membuat para pekerja bisa terus mengembangkan diri dengan tidak terhambat oleh pendidikan formal,” tambah Vice President Samator Group Imelda Harsono.
“Korporasi melihat pelatihan karyawan sebagai investasi. Ini adalah win win solution. Bagi tenaga kerja, mereka akan jadi lebih produktif. Bagi perusahaan, retention meningkat. Di Indonesia, pemerintah sudah fokus pada investasi sumber daya manusia, contohnya lewat Prakerja. Di sini ada beberapa perusahaan yang cukup progresif seperti Samator yang lebih mementingkan skill daripada degree,” tutup Chief Business Officer Pintar Matthew Sinder.
Berubahnya dunia kerja seiring perkembangan teknologi menyebabkan adanya gap antara demand dan supply dalam pasar tenaga kerja. Pintar hadir untuk menutup celah tersebut lewat tiga lini produk yang terintegrasi dalam satu platform yaitu Kursus, Kuliah, dan Korporasi.
CEO Pintar Ray Pulungan, menyatakan bahwa event rebranding ini mempertegas misi pintar untuk membuka akses kepada pendidikan berkualitas di era digital sebagai bagian dari proses pembangunan ekonomi yang inklusif, berdaya saing tinggi, dan berkelanjutan.
“Kami yakin bahwa pendidikan yang relevan terhadap kebutuhan industri tidak hanya berpotensi membuka peluang bagi pembelajar, tetapi juga bagi keluarganya, komunitasnya, serta organisasi di mana dia menyumbangkan waktu, pikiran, dan tenaganya,” kata Ray Pulungan, Selasa (17/5).
Pendidikan yang ditawarkan oleh Pintar tidak cuma berupa pendidikan formal tetapi pendidikan yang dinamis dan peka terhadap perubahan zaman.
“Pendidikan ini sesuatu yang tidak mengenal ruang dan waktu. Ini yang kami perjuangkan di Pintar. Pintar hadir untuk memberikan kesempatan yang setara bagi setiap pembelajar di usia produktif. Kami di Pintar ingin memberdayakan angkatan kerja lewat akses pendidikan tanpa kenal usia. Pintar, learning for life,” tandas Head of Learning Pintar Grace Gunawan.
Acara soft launching Pintar ini diikuti oleh diskusi online bertajuk “Empowering Indonesia’s Workforce through Upskilling” yang menghadirkan Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group Shinta Kamdani sebagai keynote speaker serta Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad dan Vice President Samator Group Imelda Harsono sebagai guest speakers. Diskusi dipandu oleh Presenter Berita sekaligus Founder Yayasan Bangun Sekolah Maria Harfanti.
Chair of B20 Indonesia 2022 sekaligus Wakil Ketua Kadin Indonesia dan CEO Sintesa Group Shinta Kamdani memaparkan permasalahan mismatch (ketidaksesuaian) antara supply dan demand tenaga kerja di Indonesia.
“Menurut penelitian LIPI, 4,6 persen tenaga kerja Indonesia undereducated, 27,9 persen tenaga kerja overeducated, dan 68,4 persen mengalami field of study mismatch. Berbagai mismatch ini menimbulkan konsekuensi berupa kesenjangan keterampilan, rendahnya kepuasan kerja, tingginya angka pengangguran, sampai kesenjangan gaji/upah,” ungkap Shinta Kamdani.
Pintar hadir untuk memberi solusi terhadap masalah seperti yang diterangkan oleh Shinta Kamdani tersebut, yaitu menjadi penjembatan skill gap di dunia kerja lewat kolaborasi dengan berbagai institusi.
Incoming Dean for School of Professional Studies Shankar Prasad berkata, “Sangat penting bagi institusi pendidikan tradisional seperti universitas untuk berkolaborasi dengan edutech seperti pintar. Sebab, mereka mampu menciptakan konten-konten yang lebih relevan dengan kebutuhan dunia kerja. Selain itu, mereka juga mampu menjangkau lebih banyak pembelajar dibanding institusi pendidikan tradisional.”
“Saat ini adalah waktu yang sangat tepat untuk berinvestasi dalam keterampilan karyawan. Secara global teknologi sudah cukup maju, apa pun bisa dipelajari karena platform pembelajaran bisa diakses dengan mudah. Keberadaan platform-platform ini membuat para pekerja bisa terus mengembangkan diri dengan tidak terhambat oleh pendidikan formal,” tambah Vice President Samator Group Imelda Harsono.
“Korporasi melihat pelatihan karyawan sebagai investasi. Ini adalah win win solution. Bagi tenaga kerja, mereka akan jadi lebih produktif. Bagi perusahaan, retention meningkat. Di Indonesia, pemerintah sudah fokus pada investasi sumber daya manusia, contohnya lewat Prakerja. Di sini ada beberapa perusahaan yang cukup progresif seperti Samator yang lebih mementingkan skill daripada degree,” tutup Chief Business Officer Pintar Matthew Sinder.
(sra)