Pameran Foto Bertajuk 'Memoar Orang-orang Singkawang'
Rabu, 25 Mei 2022 - 19:13 WIB
Pengunjung mengamati karya yang dipamerkan dalam pemeran foto bertajuk 'Memoar Orang - Orang Singkawang' di Gedung IV Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Rabu (25/5/2022). Pemeran yang diambil dari penerbitan buku foto “Memoar Orang-Orang Singkawang” ini kuratori oleh oscar motuloh dan berlangsung hingga 8 Juni mendatang.
Adapun buku foto 'Memoar Orang - Orang Singkawang' diterbitkan pada 15 Februari 2022 lalu sebanyak 1.000 eksemplar dan bertepatan perayaan Cap Go Meh 2022 oleh Penerbit Yayasan Singkawang Luhur Abadi bekerja sama dengan Yayasan Riset Visual ‘mataWaktu’. Buku yang terdiri atas lima bab ini merupakan karya Bina Bektiati (naskah), John Suryaatmadja & Sjaiful Boen (foto). Dalam buku ini dilengkapi dengan 308 foto, 102 foto arsip, 41 dokumen dan 17 ilustrasi/peta.
Buku ini ditulis berdasarkan rangkaian wawancara pada tahun 2010-2011, dan didukung foto pendukung lainnya karya Enrico Soekarno, Jay Subyakto, Julian Sihombing, Sigi Wimala, Yori Antar, oscar motuloh, Octa Christi, Andreas Loka, Victor Fidelis, Khaw Technography.
Seperti diketahui, Singkawang hingga saat ini dikenal lekat dengan identitas budaya Cina. Kota seluas 504 km persegi itu merupakan salah satu pecinan di Indonesia. Kota itu didominasi penduduk keturunan Tionghoa sekitar 40%, selanjutnya etnik Melayu Singkawang (Sambas) sebanyak 30%, Dayak 10%, Jawa 10%, Madura 5%, dan pendatang lainnya. Kota berpenduduk sebanyak 239.260 jiwa ini memang menjadi salah satu kota di Indonesia yang penduduknya multietnik dan agama.
Namun menariknya, Kota Seribu Kelenteng ini mendapatkan penghargaan sebagai kota paling toleran se-Indonesia di tahun 2021. Padahal, untuk menjadi kota yang memiliki toleransi tinggi di tengah keberagaman etnik dan agama, tentu bukan perkara mudah. Bahkan di masa lalu, kota ini digempur dengan beragam masalah diskriminasi identitas politik etnik. Maka itu, rekaman dalam perubahan politik identitas itulah menjadi penting, dan buku Memoar Orang-Orang Singkawang pun hadir untuk menyajikan hal tersebut.
Adapun buku foto 'Memoar Orang - Orang Singkawang' diterbitkan pada 15 Februari 2022 lalu sebanyak 1.000 eksemplar dan bertepatan perayaan Cap Go Meh 2022 oleh Penerbit Yayasan Singkawang Luhur Abadi bekerja sama dengan Yayasan Riset Visual ‘mataWaktu’. Buku yang terdiri atas lima bab ini merupakan karya Bina Bektiati (naskah), John Suryaatmadja & Sjaiful Boen (foto). Dalam buku ini dilengkapi dengan 308 foto, 102 foto arsip, 41 dokumen dan 17 ilustrasi/peta.
Buku ini ditulis berdasarkan rangkaian wawancara pada tahun 2010-2011, dan didukung foto pendukung lainnya karya Enrico Soekarno, Jay Subyakto, Julian Sihombing, Sigi Wimala, Yori Antar, oscar motuloh, Octa Christi, Andreas Loka, Victor Fidelis, Khaw Technography.
Seperti diketahui, Singkawang hingga saat ini dikenal lekat dengan identitas budaya Cina. Kota seluas 504 km persegi itu merupakan salah satu pecinan di Indonesia. Kota itu didominasi penduduk keturunan Tionghoa sekitar 40%, selanjutnya etnik Melayu Singkawang (Sambas) sebanyak 30%, Dayak 10%, Jawa 10%, Madura 5%, dan pendatang lainnya. Kota berpenduduk sebanyak 239.260 jiwa ini memang menjadi salah satu kota di Indonesia yang penduduknya multietnik dan agama.
Namun menariknya, Kota Seribu Kelenteng ini mendapatkan penghargaan sebagai kota paling toleran se-Indonesia di tahun 2021. Padahal, untuk menjadi kota yang memiliki toleransi tinggi di tengah keberagaman etnik dan agama, tentu bukan perkara mudah. Bahkan di masa lalu, kota ini digempur dengan beragam masalah diskriminasi identitas politik etnik. Maka itu, rekaman dalam perubahan politik identitas itulah menjadi penting, dan buku Memoar Orang-Orang Singkawang pun hadir untuk menyajikan hal tersebut.
(sra)