Menikmati Deru Ombak Pantai Ngobaran, Perpaduan Keindahan Alam dan Eksotisme Pura
Selasa, 14 Juni 2022 - 10:07 WIB
Pantai Ngobaran menjadi salah satu pilihan objek wisata bahari dari sekian banyak pantai yang berada di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hamparan pantai di wilayah Gunungkidul terkenal dengan keindahan dan keunikannya, salah satunya Pantai Ngobaran. Di pantai Dusun Gebang, Desa Kanigoro, Kecamatan Saptosari ini terdapat sebuah Pura dengan ornamen-ornamen khas sama persis yang ada di Bali. Pura ini juga masih sering digunakan beribadah dan melaksanakan ritual keagamaan.
Selain menikmati alam yang indah, pengunjung ataupun wisatawan dimanjakan dengan keindahan Pantai Ngobaran yang dipadukan eksotisme pura. Pantai ini juga memiliki kisah sejarah yakni berawal dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Ketika itu Kerajaan Majapahit yang saat itu di bawah kepemimpinan Raja Prabu Brawijaya V menyerang Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah yang notabene merupakan anaknya.
Untuk menghindari konflik bersama anak kandungnya dan ketidakmauannya untuk memeluk Islam, akhirnya Raja Prabu Brawijaya memutuskan untuk melarikan diri. Namun ada beberapa versi tentang hal ini. Ada yang menyebutkan sang raja melarikan diri bersama anaknya yang lain, ada pula yang mengatakan bersama dengan kedua istrinya yang bernama Bondan Surati dan Dewi Lowati.
Mereka melarikan diri ke pedalaman hingga ke pesisir dan akhirnya di sebuah pantai yang memiliki ombak dahsyat laut selatan, sehingga tidak bisa kemana-mana lagi dan menemukan jalan buntu. Hingga akhirnya Prabu Brawijaya V memutuskan melaksanakan upacara moksa atau pembakaran diri. Sehingga peristiwa tersebut menimbulkan kobaran api yang sangat besar. Dari peristiwa itulah munculnya istilah Ngobaran, yang diambil dari kata kobaran. Kemudian sekitar tahun 2003 berdiri gapura serta patung-patung simbol agama Hindu dan Buddha. Keberadaan patung tersebut untuk menghormati kedatangan keturunan Raja Brawijaya V di pantai tersebut.
Selain menikmati alam yang indah, pengunjung ataupun wisatawan dimanjakan dengan keindahan Pantai Ngobaran yang dipadukan eksotisme pura. Pantai ini juga memiliki kisah sejarah yakni berawal dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Demak. Ketika itu Kerajaan Majapahit yang saat itu di bawah kepemimpinan Raja Prabu Brawijaya V menyerang Kerajaan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah yang notabene merupakan anaknya.
Untuk menghindari konflik bersama anak kandungnya dan ketidakmauannya untuk memeluk Islam, akhirnya Raja Prabu Brawijaya memutuskan untuk melarikan diri. Namun ada beberapa versi tentang hal ini. Ada yang menyebutkan sang raja melarikan diri bersama anaknya yang lain, ada pula yang mengatakan bersama dengan kedua istrinya yang bernama Bondan Surati dan Dewi Lowati.
Mereka melarikan diri ke pedalaman hingga ke pesisir dan akhirnya di sebuah pantai yang memiliki ombak dahsyat laut selatan, sehingga tidak bisa kemana-mana lagi dan menemukan jalan buntu. Hingga akhirnya Prabu Brawijaya V memutuskan melaksanakan upacara moksa atau pembakaran diri. Sehingga peristiwa tersebut menimbulkan kobaran api yang sangat besar. Dari peristiwa itulah munculnya istilah Ngobaran, yang diambil dari kata kobaran. Kemudian sekitar tahun 2003 berdiri gapura serta patung-patung simbol agama Hindu dan Buddha. Keberadaan patung tersebut untuk menghormati kedatangan keturunan Raja Brawijaya V di pantai tersebut.
(sra)