Hadapi Potensi Bencana Besar, FPRB Berikan Tujuh Rekomendasi ke Pemerintah DKI
Rabu, 21 September 2022 - 18:56 WIB
Bencana yang membayangi Jakarta, cukup beragam dari kebakaran, banjir, gempa dahsyat hingga potensi tenggelamnya ibukota di 2050. Untuk membangun kesiapsiagaan dan meminimalisir resiko bencana, sejumlah unsur pentahelik ibukota yang tergabung dalam Forum Pengurangan Resiko Bencana (FPRB) DKI menggelar Konferensi Nasional Pengelolaan Risiko Bencana Berbasis Komunitas (KNPRBBK) ke XV-2022 (19/09).
Dalam konferensi yang dihadiri sejumlah narasumber pemerintah, NGO, dunia usaha, tokoh agama, akademisi dan komunitas lingkungan tersebut menghasilkan tujuh poin rekomendasi.
Demikian diungkapkan Kordinator Presidium FPRB DKI Jakarta, Ahmad Lukman dalam rilisnya. "Kami perlu lebih banyak memapar publik agar dapat melakukan langkah-langkah antisipatif sebelum bencana datang. Dan perlu mengedukasi bagaimana cara meminimalisir resiko saat bencana itu benar-benae terjadi," ujar Lukman.
Dijelaskan Lukman yang juga salahsatu manager Dompet Dhuafa, ketujuh rekomendasi tersebut diantaranya
1. Pelibatan semua unsur pentahelik hingga ke tingkat kelurahan
2. Memberikan ruang bersuara serta peran serta anak dan kaum muda dalam pengurangan resiko bencana
3. Penguatan sosialisasi tentang informasi dan fasilitas bagi para penyandang disabilitas di ibukota bila menghadapi bencana
4. Mengajak dunia usaha di DKI proaktif dan sadar bencana (baik bencana karena siklus alam maupun bencana yang disebabkan ulah manusia/industri)
5. Keterlibatan Tokoh agama, adat, masyarakat, perempuan dalam pengurangan risiko bencana
6. Penguatan peran media dalam menyosialisasikan pengurangan resiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.
7. Penguatan kapasitas masyarakat dalam mitigasi adaptasi perubahan iklim melalui sosialisasi dan pelatihan.
Ketua bidang komunikasi FPRB DKI, Lukman Azis Kurniawan menambahkan unsur pentahelik wajib bersinergi agar resiko bencana bisa diminimalisir. "Ngga bisa jalan sendiri-sendiri. Saatnya kolaborasi. Lewat forum ini, pemikiran kita dirumuskan hingga menghasilkan rekomendasi komprehensif. Ini sesuai amanah FPRB DKI yang harus terlibat aktif memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah terkait resiko bencana di Jakarta," ujar mantan jurnalis media nasional tersebut.
Harapannya, lanjut Direktur Eksekutif lembaga kemanusiaan Indonesia Care ini usulan yang diperoleh dari hasil kajian akademis, temuan lapangan, dan pengalaman sejarah Jakarta bisa memberikan masukan tepat sehingga regulasi yang dihasilkan bisa dibuat secara tepat dan cermat demi kebaikan masyarakat Jakarta.
Dijelaskan Lukman, melihat penyebabnya bencana bisa dibagi dua. "Yang pertama bencana yang disebakan siklus alami bumi, ini tak bisa dihindari. Hanya perlu diwaspadai dan meminimalisir dampaknya. Serta kedua bencana yang diakibatkan ulah manusia maupun industri,. Ini bisa dicegah dan dihentikan agar tidak menimbulkan bencana bagi manusia," tandasnya.
Dalam konferensi yang dihadiri sejumlah narasumber pemerintah, NGO, dunia usaha, tokoh agama, akademisi dan komunitas lingkungan tersebut menghasilkan tujuh poin rekomendasi.
Demikian diungkapkan Kordinator Presidium FPRB DKI Jakarta, Ahmad Lukman dalam rilisnya. "Kami perlu lebih banyak memapar publik agar dapat melakukan langkah-langkah antisipatif sebelum bencana datang. Dan perlu mengedukasi bagaimana cara meminimalisir resiko saat bencana itu benar-benae terjadi," ujar Lukman.
Dijelaskan Lukman yang juga salahsatu manager Dompet Dhuafa, ketujuh rekomendasi tersebut diantaranya
1. Pelibatan semua unsur pentahelik hingga ke tingkat kelurahan
2. Memberikan ruang bersuara serta peran serta anak dan kaum muda dalam pengurangan resiko bencana
3. Penguatan sosialisasi tentang informasi dan fasilitas bagi para penyandang disabilitas di ibukota bila menghadapi bencana
4. Mengajak dunia usaha di DKI proaktif dan sadar bencana (baik bencana karena siklus alam maupun bencana yang disebabkan ulah manusia/industri)
5. Keterlibatan Tokoh agama, adat, masyarakat, perempuan dalam pengurangan risiko bencana
6. Penguatan peran media dalam menyosialisasikan pengurangan resiko bencana dan adaptasi perubahan iklim.
7. Penguatan kapasitas masyarakat dalam mitigasi adaptasi perubahan iklim melalui sosialisasi dan pelatihan.
Ketua bidang komunikasi FPRB DKI, Lukman Azis Kurniawan menambahkan unsur pentahelik wajib bersinergi agar resiko bencana bisa diminimalisir. "Ngga bisa jalan sendiri-sendiri. Saatnya kolaborasi. Lewat forum ini, pemikiran kita dirumuskan hingga menghasilkan rekomendasi komprehensif. Ini sesuai amanah FPRB DKI yang harus terlibat aktif memberikan masukan dan pertimbangan kepada pemerintah terkait resiko bencana di Jakarta," ujar mantan jurnalis media nasional tersebut.
Harapannya, lanjut Direktur Eksekutif lembaga kemanusiaan Indonesia Care ini usulan yang diperoleh dari hasil kajian akademis, temuan lapangan, dan pengalaman sejarah Jakarta bisa memberikan masukan tepat sehingga regulasi yang dihasilkan bisa dibuat secara tepat dan cermat demi kebaikan masyarakat Jakarta.
Dijelaskan Lukman, melihat penyebabnya bencana bisa dibagi dua. "Yang pertama bencana yang disebakan siklus alami bumi, ini tak bisa dihindari. Hanya perlu diwaspadai dan meminimalisir dampaknya. Serta kedua bencana yang diakibatkan ulah manusia maupun industri,. Ini bisa dicegah dan dihentikan agar tidak menimbulkan bencana bagi manusia," tandasnya.
(sra)