Luncurkan 2Indo Survei, Arfino Koto : 2024 Adalah Eranya Anak Muda
Minggu, 27 November 2022 - 14:38 WIB
JAKARTA-- Lembaga konsultan politik 2 Indo Survei mengadakan launching dan diskusi publik yang bertema "Anak MUDA Dan Pemilu 2024, Minggu (26/11), di Vendita Coffe, Tebet, Jakarta Selatan.
Diskusi ini menghadirkan Pakar Komunikasi Indonesia, Yuliandre Darwis, Pakar politik milenial, Arifki Chaniago, aktivis Reformasi, Budiman Soejatmiko dan di moderatori oleh Syurya M Nur dosen komunikasi politik universitas esa unggul.
Direktur Eksekutif 2Indo Survei, Arfino Bijuangsa Koto, mengatakan, pemilu 2024 pemilih milenial memiliki potensi sebagai basis politik politisi dan partai politik jika dimanfaatkan secara maksimal. Besarnya jumlah pemilih yang berasal dari kelompok ini, maka secara tidak langsung generasi milenial dan z akan diperebutkan sebagai suara. Salah satu strategi yang digunakan yaitu pemanfaatan media digital untuk melakukan kampanye.
"Proses pengenalan dan kampanye semakin baik, terutama dengan berkembangnya dunia digital yang bisa dimanfaatkan oleh politisi dan partai politik," kata Arfino.
Yuliandre Darwis, menjelaskan media sosial pada tahun politik ini akan menjadi pusat pertempuran dan persaingan bagi seluruh peserta pemilu untuk menentukan peraihan maksimal dalam menentukan suara atau bisa dikatakan siapa yang mampu membuat edukasi dan innovasi di media sosial maka bisa dipastikan tujuan itu akan didapat dengan mudah dan pasti.
"Para peserta pemilu di tahun mendatang ini tentu harus mempunyai kemampuan yang kredibel dalam tolak ukur pencapaian yang diinginkan dalam kontestasi pemilu 2024," ujarnya.
Budiman Soejatmiko mengatakan para politisi yang mempunyai keinginan untuk maju sebagai peserta pemilu tentunya harus mempunyai 3 hal yaitu gagasan Ideologis, politis, serta kemampuan teknologis, sehingga pendekatan yang digunakan sesuai perkembangan zaman.
" Partai politik dan politisi harus beradaptasi dengan zaman, sehingga tetap diterima oleh generasi baru. Kemampuan ini lah yang harus dimiliki jika ingin terus bertahan dengan berbagai perubahan," ungkap Budiman.
Sedangkan Arifki Chaniago menyatakan partai politik harus berubah jika ingin beradaptasi dengan generasi milenial atau Z. Peran media sosial telah mengubah banyak hal terutama dengan ikutnya publik mendorong figur-figur terbaik dalam kontestasi politik. Ruang yang dimiliki media sosial telah menyebabkan disrupsi terhadap kelembagaan partai politik.
"Media sosial dan partisipasi generasi milenial dan Z berpotensi mendisrupsi kelembagaan partai. Makanya, partai politik harus hati-hati, jika tidak ingin publik melawan arus kelembagaan yang masih konservatif," tutup Arifki.
Diskusi ini menghadirkan Pakar Komunikasi Indonesia, Yuliandre Darwis, Pakar politik milenial, Arifki Chaniago, aktivis Reformasi, Budiman Soejatmiko dan di moderatori oleh Syurya M Nur dosen komunikasi politik universitas esa unggul.
Direktur Eksekutif 2Indo Survei, Arfino Bijuangsa Koto, mengatakan, pemilu 2024 pemilih milenial memiliki potensi sebagai basis politik politisi dan partai politik jika dimanfaatkan secara maksimal. Besarnya jumlah pemilih yang berasal dari kelompok ini, maka secara tidak langsung generasi milenial dan z akan diperebutkan sebagai suara. Salah satu strategi yang digunakan yaitu pemanfaatan media digital untuk melakukan kampanye.
"Proses pengenalan dan kampanye semakin baik, terutama dengan berkembangnya dunia digital yang bisa dimanfaatkan oleh politisi dan partai politik," kata Arfino.
Yuliandre Darwis, menjelaskan media sosial pada tahun politik ini akan menjadi pusat pertempuran dan persaingan bagi seluruh peserta pemilu untuk menentukan peraihan maksimal dalam menentukan suara atau bisa dikatakan siapa yang mampu membuat edukasi dan innovasi di media sosial maka bisa dipastikan tujuan itu akan didapat dengan mudah dan pasti.
"Para peserta pemilu di tahun mendatang ini tentu harus mempunyai kemampuan yang kredibel dalam tolak ukur pencapaian yang diinginkan dalam kontestasi pemilu 2024," ujarnya.
Budiman Soejatmiko mengatakan para politisi yang mempunyai keinginan untuk maju sebagai peserta pemilu tentunya harus mempunyai 3 hal yaitu gagasan Ideologis, politis, serta kemampuan teknologis, sehingga pendekatan yang digunakan sesuai perkembangan zaman.
" Partai politik dan politisi harus beradaptasi dengan zaman, sehingga tetap diterima oleh generasi baru. Kemampuan ini lah yang harus dimiliki jika ingin terus bertahan dengan berbagai perubahan," ungkap Budiman.
Sedangkan Arifki Chaniago menyatakan partai politik harus berubah jika ingin beradaptasi dengan generasi milenial atau Z. Peran media sosial telah mengubah banyak hal terutama dengan ikutnya publik mendorong figur-figur terbaik dalam kontestasi politik. Ruang yang dimiliki media sosial telah menyebabkan disrupsi terhadap kelembagaan partai politik.
"Media sosial dan partisipasi generasi milenial dan Z berpotensi mendisrupsi kelembagaan partai. Makanya, partai politik harus hati-hati, jika tidak ingin publik melawan arus kelembagaan yang masih konservatif," tutup Arifki.
(sra)