Dukung Personalisasi Belajar, Teknologi Pendidikan Tetap Relevan Pasca Covid-19
Kamis, 23 Februari 2023 - 13:59 WIB
Meski proses belajar tatap muka tak mengalami gangguan lagi pasca pandemi Covid-19, penggunaan teknologi pendidikan untuk pembelajaran jarak jauh tetap relevan dan perlu diteruskan.
Sekolah perlu menerapkan sistem pembelajaran hibrida, memadukan tatap muka dan meneruskan praktik-praktik baik dalam pembelajaran jarak jauh, sehingga bisa memperkaya pengalaman belajar.
Amelinda Pandu Kusumaningtyas, peneliti dari Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gadjah Mada (UGM), menuturkan bahwa upaya menuju sistem pembelajaran hibrida dengan memanfaatkan teknologi pendidikan bersifat urgen sebab banyak manfaat yang bisa dipetik.
"Sistem pembelajaran hibrida mendorong pengalaman belajar yang lebih imersif bagi siswa. Bahan ajar lebih menarik dan kelas lebih interaktif dan kolaboratif," ungkapnya dalam Digital Expert Talk bertajuk "Masa Depan Pendidikan Hybrid di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19” pada Rabu (22/2/2023) di Jakarta.
Ia menambahkan, sistem pembelajaran hibrida juga memungkinkan personalisasi sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Bagi tenaga pendidik, mereka dapat membuat materi ajar yang lebih mudah diakses kapan saja, termasuk saat siswa tidak bisa hadir di sekolah.
Amelinda juga menuturkan, sistem pembelajaran hibrida bisa meningkatkan kualitas talenta digital. Ke depannya, hal ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.
Drs I Nyoman Budi Kurniawan M.T., Direktur Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, juga menuturkan, sistem pendidikan hibrida dengan dukungan teknologi juga selaras dengan cita-cita kurikulum Merdeka Belajar.
"Kita sudah rancang Kurikulum Merdeka Belajar yang punya 6 visi. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, kreatif, mandiri, dan berpikir kritis. Teknologi digital mendorong gotong royong atau kolaborasi," ungkapnya.
Ia mengatakan, Kemendikbudristek telah memberikan bantuan peralatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) ke berbagai satuan pendidikan di Indonesia untuk mendukung pembelajaran yang kaya dan aman. Selain itu, pihaknya juga sudah memberikan 40 juta akun Belajar.id kepada guru dan siswa sehingga mereka bisa menggunakan sejumlah perangkat pembelajaran digital.
"Kita siapkan aplikasi-aplikasi. Macam-macam, banyak. Siswa bisa menyiapkan kolaborasi dengan aplikasi yang ada seperti Google Meet. Tantangan kita saat ini adalah mengoptimalkan penggunaannya," jelasnya.
Salah satu yang memetik manfaat dari teknologi digital untuk pembelajaran hibrida adalah Bapak Topari, guru di SMAN 1 Playen Gunung Kidul. Dengan teknologi, ia bisa mendorong sekolahnya melakukan personalisasi belajar.
Awal semester tahun lalu, ia melakukan survei untuk deteksi gaya belajar siswa dengan menggunakan Google Form. Dari survei itu, ia bisa mengetahui siswa yang punya gaya belajar visual, suara, teks, dan kinestetik.
Usai survei, ia mendorong guru untuk membuat video materi belajar. Format video paling mendukung karena ada visual dan suara. Unsur kinestetik dan teks disematkan di tengah dengan adanya penugasan.
Video tersedia di Google Classroom tetapi juga bisa diakses lewat YouTube sehingga memudahkan siswa dengan kuota atau akses internet terbatas.
"Saat ini, dari 14 mata pelajaran, sudah ada 25 persen yang siap. Kami masih terus berproses," katanya
Sementara itu, Bonifasius Wahyu Pudjianto, Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk berinvestasi mendukung evolusi pembelajaran hibrida.
"Tahun ini Kominfo akan launching satelit. Kita sebut Satria, satelit khusus untuk jadi hub broadband di angkasa. Dengan demikian, seluruh Indonesia yang pakai broadband bisa akses ini. Ada 3 satelit yang kita luncurkan, satu lagi tahun 2024 dan kemudian tahun 2030," ungkapnya.
Mengingat pentingnya relevansi penggunaan teknologi pendidikan pada saat ini, para pembicara yang hadir sepakat bahwa seluruh pemangku kepentingan di sektor pendidikan, baik itu pemerintah, seperti Kemendikbudristek, Kominfo, serta para pendidik, perlu bersinergi dalam memastikan para peserta didik tetap dapat memanfaatkannya secara optimal. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia dapat semakin meningkat.
Sekolah perlu menerapkan sistem pembelajaran hibrida, memadukan tatap muka dan meneruskan praktik-praktik baik dalam pembelajaran jarak jauh, sehingga bisa memperkaya pengalaman belajar.
Amelinda Pandu Kusumaningtyas, peneliti dari Center for Digital Society (CfDS), Universitas Gadjah Mada (UGM), menuturkan bahwa upaya menuju sistem pembelajaran hibrida dengan memanfaatkan teknologi pendidikan bersifat urgen sebab banyak manfaat yang bisa dipetik.
"Sistem pembelajaran hibrida mendorong pengalaman belajar yang lebih imersif bagi siswa. Bahan ajar lebih menarik dan kelas lebih interaktif dan kolaboratif," ungkapnya dalam Digital Expert Talk bertajuk "Masa Depan Pendidikan Hybrid di Indonesia Pasca Pandemi Covid-19” pada Rabu (22/2/2023) di Jakarta.
Ia menambahkan, sistem pembelajaran hibrida juga memungkinkan personalisasi sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Bagi tenaga pendidik, mereka dapat membuat materi ajar yang lebih mudah diakses kapan saja, termasuk saat siswa tidak bisa hadir di sekolah.
Amelinda juga menuturkan, sistem pembelajaran hibrida bisa meningkatkan kualitas talenta digital. Ke depannya, hal ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) Indonesia yang unggul.
Drs I Nyoman Budi Kurniawan M.T., Direktur Sekolah Menengah Pertama, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, juga menuturkan, sistem pendidikan hibrida dengan dukungan teknologi juga selaras dengan cita-cita kurikulum Merdeka Belajar.
"Kita sudah rancang Kurikulum Merdeka Belajar yang punya 6 visi. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkebhinekaan global, gotong royong, kreatif, mandiri, dan berpikir kritis. Teknologi digital mendorong gotong royong atau kolaborasi," ungkapnya.
Ia mengatakan, Kemendikbudristek telah memberikan bantuan peralatan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK) ke berbagai satuan pendidikan di Indonesia untuk mendukung pembelajaran yang kaya dan aman. Selain itu, pihaknya juga sudah memberikan 40 juta akun Belajar.id kepada guru dan siswa sehingga mereka bisa menggunakan sejumlah perangkat pembelajaran digital.
"Kita siapkan aplikasi-aplikasi. Macam-macam, banyak. Siswa bisa menyiapkan kolaborasi dengan aplikasi yang ada seperti Google Meet. Tantangan kita saat ini adalah mengoptimalkan penggunaannya," jelasnya.
Salah satu yang memetik manfaat dari teknologi digital untuk pembelajaran hibrida adalah Bapak Topari, guru di SMAN 1 Playen Gunung Kidul. Dengan teknologi, ia bisa mendorong sekolahnya melakukan personalisasi belajar.
Awal semester tahun lalu, ia melakukan survei untuk deteksi gaya belajar siswa dengan menggunakan Google Form. Dari survei itu, ia bisa mengetahui siswa yang punya gaya belajar visual, suara, teks, dan kinestetik.
Usai survei, ia mendorong guru untuk membuat video materi belajar. Format video paling mendukung karena ada visual dan suara. Unsur kinestetik dan teks disematkan di tengah dengan adanya penugasan.
Video tersedia di Google Classroom tetapi juga bisa diakses lewat YouTube sehingga memudahkan siswa dengan kuota atau akses internet terbatas.
"Saat ini, dari 14 mata pelajaran, sudah ada 25 persen yang siap. Kami masih terus berproses," katanya
Sementara itu, Bonifasius Wahyu Pudjianto, Direktur Pemberdayaan Informatika, Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk berinvestasi mendukung evolusi pembelajaran hibrida.
"Tahun ini Kominfo akan launching satelit. Kita sebut Satria, satelit khusus untuk jadi hub broadband di angkasa. Dengan demikian, seluruh Indonesia yang pakai broadband bisa akses ini. Ada 3 satelit yang kita luncurkan, satu lagi tahun 2024 dan kemudian tahun 2030," ungkapnya.
Mengingat pentingnya relevansi penggunaan teknologi pendidikan pada saat ini, para pembicara yang hadir sepakat bahwa seluruh pemangku kepentingan di sektor pendidikan, baik itu pemerintah, seperti Kemendikbudristek, Kominfo, serta para pendidik, perlu bersinergi dalam memastikan para peserta didik tetap dapat memanfaatkannya secara optimal. Dengan demikian, kualitas pendidikan di Indonesia dapat semakin meningkat.
(sra)