Berkunjung ke Keraton Surakarta Hadiningrat, Alam Ganjar Harap Anak Muda Giat Lestarikan Budaya Leluhur
Rabu, 27 Desember 2023 - 20:48 WIB
Solo, Jawa Tengah - Muhammad Zinedine Alam Ganjar yang tengah berada di Kota Solo Jawa Tengah berkesempatan untuk mengunjungi Keraton Surakarta Hadiningrat, Surakarta, Jawa Tengah, Rabu (27/12).
Alam datang dan didampingi rekan komunitas selama di Keraton Surakarta. Dirinya datang dalam rangka liburan, salah satunya memenuhi rasa ingin tahunya terhadap nilai budaya dan sejarah dari Keraton Surakarta.
"Ternyata panjang banget sejarahnya, tadi diperlihatkan silsilah dari atas yang berawal dari kerajaan Mataram, terpecah menjadi kesultanan Surakarta dan Yogyakarta. Ada beberapa peninggalan yang masih disimpan dan diabadikan di museum ini," kata Alam.
Berdirinya Keraton Surakarta tidak terlepas dari Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini didirikan oleh Panembahan Senapati Ing Ngalogo pada tahun 1575 dan menjadi sultan pertama. Kerajaan Mataram berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung pada tahun 1613-1645.
Dari Kerajaan Mataram ini kemudian melahirkan keturunan dinasti berikutnya, yaitu Keraton Surakarta yang didirikan oleh Pakubuwono II dengan gelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama.
Adapun perpindahan dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta juga disebabkan oleh adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740-an.
Dari kedatangannya tersebut, Alam mengaku banyak informasi dan pengetahuan yang diperoleh tentang bagaimana peradaban bangsa ini terbentuk. Keraton Surakarta, menurutnya jadi bukti kuat dari terbentuknya nilai dan norma yang melekat dari jati diri setiap masyarakat, terutama Jawa.
Melalui kunjungannya, Alam berharap lebih banyak anak muda yang mau turun dan terlibat dalam melestarikan kebudayaan warisan leluhur.
"Harapannya warna putih biru (kesultanan) ini masih bisa tetap lestari dan juga lebih banyak lagi teman-teman yang berpartisipasi aktif untuk menjaga karena bisa dilihat masih butuh nafas anak muda untuk mengabdikan passionnya terhadap peninggalan sejarah kesultanan Surakarta," ungkap am.
"Ini dasar budaya yang luar biasa kuat dan sudah menjadi darah daging khususnya bagi masyarakat, tidak hanya Surakarta tapi melebar ke daerah sekitar," pungkasnya.
Alam datang dan didampingi rekan komunitas selama di Keraton Surakarta. Dirinya datang dalam rangka liburan, salah satunya memenuhi rasa ingin tahunya terhadap nilai budaya dan sejarah dari Keraton Surakarta.
"Ternyata panjang banget sejarahnya, tadi diperlihatkan silsilah dari atas yang berawal dari kerajaan Mataram, terpecah menjadi kesultanan Surakarta dan Yogyakarta. Ada beberapa peninggalan yang masih disimpan dan diabadikan di museum ini," kata Alam.
Berdirinya Keraton Surakarta tidak terlepas dari Kerajaan Mataram. Kerajaan Mataram ini didirikan oleh Panembahan Senapati Ing Ngalogo pada tahun 1575 dan menjadi sultan pertama. Kerajaan Mataram berkembang hingga mencapai puncak kejayaannya pada masa Sultan Agung pada tahun 1613-1645.
Dari Kerajaan Mataram ini kemudian melahirkan keturunan dinasti berikutnya, yaitu Keraton Surakarta yang didirikan oleh Pakubuwono II dengan gelar Susuhunan Paku Buwana Senapati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panatagama.
Adapun perpindahan dari Keraton Kartasura ke Keraton Surakarta juga disebabkan oleh adanya peristiwa Geger Pecinan pada tahun 1740-an.
Dari kedatangannya tersebut, Alam mengaku banyak informasi dan pengetahuan yang diperoleh tentang bagaimana peradaban bangsa ini terbentuk. Keraton Surakarta, menurutnya jadi bukti kuat dari terbentuknya nilai dan norma yang melekat dari jati diri setiap masyarakat, terutama Jawa.
Melalui kunjungannya, Alam berharap lebih banyak anak muda yang mau turun dan terlibat dalam melestarikan kebudayaan warisan leluhur.
"Harapannya warna putih biru (kesultanan) ini masih bisa tetap lestari dan juga lebih banyak lagi teman-teman yang berpartisipasi aktif untuk menjaga karena bisa dilihat masih butuh nafas anak muda untuk mengabdikan passionnya terhadap peninggalan sejarah kesultanan Surakarta," ungkap am.
"Ini dasar budaya yang luar biasa kuat dan sudah menjadi darah daging khususnya bagi masyarakat, tidak hanya Surakarta tapi melebar ke daerah sekitar," pungkasnya.
(sra)