Hujan Deras, Brasil Selatan Kembali Terendam Banjir
Jum'at, 24 Mei 2024 - 18:19 WIB
PORTO ALEGRE, Brasil, 23 Mei (Reuters) - Hujan deras kembali mengguyur beberapa wilayah di negara bagian paling selatan Brasil pada hari Kamis, menghancurkan upaya pembersihan yang telah dilakukan selama berhari-hari dan membanjiri daerah-daerah yang sebelumnya tak tersentuh di ibukota Rio Grande do Sul, Porto Alegre.
Rekor banjir selama sebulan terakhir telah menewaskan 163 orang dan membuat sekitar 600.000 orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 64 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Hujan telah mereda menjadi gerimis selama beberapa hari terakhir, dengan toko-toko mulai dibuka dan penduduk bekerja untuk membangun kembali.
Namun, langit kembali mendung pada Kamis pagi, hujan lebat dan banjir kembali menggenangi wilayah Porto Alegre.
Sebuah tempat penitipan anak di lingkungan Menino Deus, yang telah dibuka kembali pada hari Rabu setelah pembersihan selama seminggu, terpaksa dievakuasi karena hujan deras.
“Semuanya terjadi dengan sangat cepat, (banjir) jauh lebih cepat daripada yang terakhir kali,” kata direktur tempat penitipan anak tersebut, yang tidak menyebutkan namanya.
Dalam kurun waktu 12 jam, beberapa bagian Porto Alegre menerima lebih banyak hujan daripada yang biasanya terjadi selama sebulan penuh, menurut data dari lembaga meteorologi nasional.
Banjir pada hari Kamis juga melanda daerah-daerah di Porto Alegre, seperti di bagian selatan, yang sebelumnya tidak terkena banjir.
Gimena Samuel harus menelepon orang tuanya yang sudah lanjut usia untuk diselamatkan di lingkungan Cavalhada, di mana jalanan banjir dan mobil tidak dapat melewatinya.
“Ada banyak orang tua di sini yang tidak bisa keluar sendiri,” katanya.
Awal pekan ini, kota Porto Alegre telah meminta warga untuk meninggalkan sampah di trotoar untuk dibuang. Namun, hujan yang baru saja turun membawa sampah-sampah tersebut ke jalan, menyumbat saluran air dan memperburuk banjir.
Walikota Porto Alegre, Sebastiao Melo, mengatakan kepada para wartawan bahwa kota tersebut tidak terkejut dengan hujan yang turun, namun hujan tersebut “sangat deras”.
Namun, warga mengeluhkan kurangnya peringatan.
(Laporan oleh Debora Ely di Porto Alegre; Pelaporan tambahan oleh Diego Vara; Penulisan oleh Andre Romani; Penyuntingan oleh Kylie Madry dan Michael Perry)
Rekor banjir selama sebulan terakhir telah menewaskan 163 orang dan membuat sekitar 600.000 orang lainnya kehilangan tempat tinggal. Sebanyak 64 orang lainnya masih dinyatakan hilang.
Hujan telah mereda menjadi gerimis selama beberapa hari terakhir, dengan toko-toko mulai dibuka dan penduduk bekerja untuk membangun kembali.
Namun, langit kembali mendung pada Kamis pagi, hujan lebat dan banjir kembali menggenangi wilayah Porto Alegre.
Sebuah tempat penitipan anak di lingkungan Menino Deus, yang telah dibuka kembali pada hari Rabu setelah pembersihan selama seminggu, terpaksa dievakuasi karena hujan deras.
“Semuanya terjadi dengan sangat cepat, (banjir) jauh lebih cepat daripada yang terakhir kali,” kata direktur tempat penitipan anak tersebut, yang tidak menyebutkan namanya.
Dalam kurun waktu 12 jam, beberapa bagian Porto Alegre menerima lebih banyak hujan daripada yang biasanya terjadi selama sebulan penuh, menurut data dari lembaga meteorologi nasional.
Banjir pada hari Kamis juga melanda daerah-daerah di Porto Alegre, seperti di bagian selatan, yang sebelumnya tidak terkena banjir.
Gimena Samuel harus menelepon orang tuanya yang sudah lanjut usia untuk diselamatkan di lingkungan Cavalhada, di mana jalanan banjir dan mobil tidak dapat melewatinya.
“Ada banyak orang tua di sini yang tidak bisa keluar sendiri,” katanya.
Awal pekan ini, kota Porto Alegre telah meminta warga untuk meninggalkan sampah di trotoar untuk dibuang. Namun, hujan yang baru saja turun membawa sampah-sampah tersebut ke jalan, menyumbat saluran air dan memperburuk banjir.
Walikota Porto Alegre, Sebastiao Melo, mengatakan kepada para wartawan bahwa kota tersebut tidak terkejut dengan hujan yang turun, namun hujan tersebut “sangat deras”.
Namun, warga mengeluhkan kurangnya peringatan.
(Laporan oleh Debora Ely di Porto Alegre; Pelaporan tambahan oleh Diego Vara; Penulisan oleh Andre Romani; Penyuntingan oleh Kylie Madry dan Michael Perry)
(sra)