Cerita Paino, Kesejahteraan Meningkat hingga Kuliahkan Anak Berkat Bertani Tembakau
Kamis, 11 Juli 2024 - 13:01 WIB
WONOGIRI – Kesejahteraan Paino (55), seorang petani tembakau dari Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, meningkat sejak dirinya mengikuti program kemitraan dengan PT HM Sampoerna Tbk. (Sampoerna) melalui perusahaan pemasok.
Paino menceritakan, ia telah menjadi petani mitra dalam program kemitraan Sampoerna yang dijalankan melalui pemasok sejak tahun 2016. Awalnya, pemasok tersebut mengadakan sosialisasi program kemitraan petani tembakau di desanya.
Petani yang juga menanam padi ini akhirnya memutuskan ikut bergabung menjadi mitra, meskipun tidak pernah bersentuhan dengan pertanian tembakau sebelumnya.
"(Sebelumnya) saya belum pernah tanam tembakau. Tapi karena ajakan teman-teman petani lain yang sudah lebih dulu ikut dan keluarga yang sangat mendukung sekali, saya akhirnya juga ikut program kemitraan," kata Paino ditemui di sela-sela menyiapkan lahan tanaman tembakau di Wonogiri, Jawa Tengah.
Rupanya tidak adanya pengalaman itu bukan masalah. Sebab Paino mendapatkan berbagai pelatihan terkait bertani tembakau.
"Ada pelatihan tentang bagaimana cara mengolah tanah, pembibitan, proses tanam, sampai panen dan pasca-panen," jelasnya.
Paino mengenang, pertama kali ikut program kemitraan, ia memulai dengan jumlah bibit tanaman yang lebih sedikit daripada petani tembakau lain pada umumnya. Itu pun dengan diiringi kekhawatiran tanaman tembakaunya tidak berhasil tumbuh dengan baik. Setelah mendapat berbagai pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan, Paino akhirnya mengetahui cara tanam yang optimal, sehingga selanjutnya ia menanam tembakau di seluruh lahan miliknya hingga kini.
Sawah menjadi produktif
Program kemitraan Sampoerna bagi Paino adalah berkah. Sebelum ikut program ini, Paino setiap tahunnya hanya melakukan satu kali panen padi. Setelah itu lahannya ditanami jagung. Bahkan, jika tidak turun hujan atau musim kemarau, lahan sawahnya dia biarkan kosong tidak ditanami tanaman apa pun. Dengan demikian, jika sedang musim kering, Paino tidak memperoleh pendapatan dari lahannya.
"Padi cuma sekali. Habis padi, kadang-kadang kasih jagung. Itu saja kalau hujan. Kalau tidak ada hujan, tidak panen. Jadi sawah nganggur," ungkap Paino.
Sejak ada program kemitraan petani tembakau, jelas Paino, lahan sawah miliknya menjadi produktif saat musim kemarau. Ia tetap dapat mengolah lahan sawahnya untuk ditanami tembakau.
"Sekarang lahan sawah saya tidak pernah nganggur. Tiap tahun pasti ditanami tembakau," terang dia.
Diakui Paino, banyak manfaat yang diperoleh sejak ikut menjadi mitra petani tembakau. Penghasilannya jauh meningkat dibandingkan sebelum ikut program kemitraan.
Berkat ini, kata Paino, dirinya bisa merenovasi rumah dan membiayai anaknya, Nina Nur Oktavia (24), hingga selesai kuliah. Saat ini, kata Paino anaknya sudah bekerja.
Selain itu, karena pertanian tembakaunya terus berkembang, Paino mengatakan saat ini ia juga mempekerjakan dua orang tetangganya untuk membantu menggarap lahannya selama musim tanam tembakau. Mereka diminta untuk membantu saat pengolahan tanah, pemupukan dan musim panen. Dengan demikian, selain lahan menjadi produktif, program kemitraan pertanian tembakau juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
Salah satu pekerja tani tembakau, Setiyono (40) mengaku telah menggeluti pertanian tembakau sejak 2017. Sebelumnya, warga Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko ini merupakan buruh serabutan.
Sejak menjadi pekerja tani tembakau, penghasilan Setiyono mengalami peningkatan. Ia juga mendapatkan kepastian kesejahteraan dari pekerjaannya sebagai pekerja tani tembakau.
"Waktu saya mencoba, hasilnya bermanfaat bagi saya. Terus bisa mencukupi kebutuhan saya," ungkapnya.
Sebagai pekerja tani tembakau, Setiyono mengaku turut mendapat pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan Sampoerna. Pelatihan ini meliputi cara merawat tanaman tembakau yang baik dan benar dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), proses panen hingga pasca-panen.
Meski tidak setiap hari, jelas Setiyono, hasil dari pekerja tani tembakau bisa mencukupi kebutuhan keluarga. “Bahkan, jika mau juga bisa untuk membeli kendaraan,” katanya.
Program kemitraan petani tembakau Sampoerna di Wonogiri pertama kali dimulai tahun 2009. Saat ini, ada sekitar 2.000 petani tembakau yang bergabung ke dalam program tersebut. Mereka tersebar di tiga kecamatan, yaitu Pracimantoro, Eromoko, dan Wuryantoro.
Program yang dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tembakau dan kesejahteraan petani.
Melalui program kemitraan, para petani binaan mendapatkan pendampingan, bimbingan teknis, akses yang mudah terhadap permodalan serta prasarana produksi pertanian, hingga jaminan pembelian bagi petani sesuai dengan kesepakatan.
Selain pendampingan proses budidaya, para petani binaan juga menerima berbagai pelatihan guna mengurangi dampak terhadap lingkungan dan menciptakan kondisi bekerja yang aman dan berkeadilan.
Beragam program pemberdayaan perempuan dan pendampingan usaha juga diimplementasikan untuk para istri petani tembakau. Rangkaian kegiatan ini bertujuan agar dampak positif program kemitraan dapat juga dirasakan bagi komunitas di sekitar petani.
Paino menceritakan, ia telah menjadi petani mitra dalam program kemitraan Sampoerna yang dijalankan melalui pemasok sejak tahun 2016. Awalnya, pemasok tersebut mengadakan sosialisasi program kemitraan petani tembakau di desanya.
Petani yang juga menanam padi ini akhirnya memutuskan ikut bergabung menjadi mitra, meskipun tidak pernah bersentuhan dengan pertanian tembakau sebelumnya.
"(Sebelumnya) saya belum pernah tanam tembakau. Tapi karena ajakan teman-teman petani lain yang sudah lebih dulu ikut dan keluarga yang sangat mendukung sekali, saya akhirnya juga ikut program kemitraan," kata Paino ditemui di sela-sela menyiapkan lahan tanaman tembakau di Wonogiri, Jawa Tengah.
Rupanya tidak adanya pengalaman itu bukan masalah. Sebab Paino mendapatkan berbagai pelatihan terkait bertani tembakau.
"Ada pelatihan tentang bagaimana cara mengolah tanah, pembibitan, proses tanam, sampai panen dan pasca-panen," jelasnya.
Paino mengenang, pertama kali ikut program kemitraan, ia memulai dengan jumlah bibit tanaman yang lebih sedikit daripada petani tembakau lain pada umumnya. Itu pun dengan diiringi kekhawatiran tanaman tembakaunya tidak berhasil tumbuh dengan baik. Setelah mendapat berbagai pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan, Paino akhirnya mengetahui cara tanam yang optimal, sehingga selanjutnya ia menanam tembakau di seluruh lahan miliknya hingga kini.
Sawah menjadi produktif
Program kemitraan Sampoerna bagi Paino adalah berkah. Sebelum ikut program ini, Paino setiap tahunnya hanya melakukan satu kali panen padi. Setelah itu lahannya ditanami jagung. Bahkan, jika tidak turun hujan atau musim kemarau, lahan sawahnya dia biarkan kosong tidak ditanami tanaman apa pun. Dengan demikian, jika sedang musim kering, Paino tidak memperoleh pendapatan dari lahannya.
"Padi cuma sekali. Habis padi, kadang-kadang kasih jagung. Itu saja kalau hujan. Kalau tidak ada hujan, tidak panen. Jadi sawah nganggur," ungkap Paino.
Sejak ada program kemitraan petani tembakau, jelas Paino, lahan sawah miliknya menjadi produktif saat musim kemarau. Ia tetap dapat mengolah lahan sawahnya untuk ditanami tembakau.
"Sekarang lahan sawah saya tidak pernah nganggur. Tiap tahun pasti ditanami tembakau," terang dia.
Diakui Paino, banyak manfaat yang diperoleh sejak ikut menjadi mitra petani tembakau. Penghasilannya jauh meningkat dibandingkan sebelum ikut program kemitraan.
Berkat ini, kata Paino, dirinya bisa merenovasi rumah dan membiayai anaknya, Nina Nur Oktavia (24), hingga selesai kuliah. Saat ini, kata Paino anaknya sudah bekerja.
Selain itu, karena pertanian tembakaunya terus berkembang, Paino mengatakan saat ini ia juga mempekerjakan dua orang tetangganya untuk membantu menggarap lahannya selama musim tanam tembakau. Mereka diminta untuk membantu saat pengolahan tanah, pemupukan dan musim panen. Dengan demikian, selain lahan menjadi produktif, program kemitraan pertanian tembakau juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitarnya.
Salah satu pekerja tani tembakau, Setiyono (40) mengaku telah menggeluti pertanian tembakau sejak 2017. Sebelumnya, warga Dukuh Ngepoh, Desa Sumberharjo, Kecamatan Eromoko ini merupakan buruh serabutan.
Sejak menjadi pekerja tani tembakau, penghasilan Setiyono mengalami peningkatan. Ia juga mendapatkan kepastian kesejahteraan dari pekerjaannya sebagai pekerja tani tembakau.
"Waktu saya mencoba, hasilnya bermanfaat bagi saya. Terus bisa mencukupi kebutuhan saya," ungkapnya.
Sebagai pekerja tani tembakau, Setiyono mengaku turut mendapat pelatihan sebagai bagian dari program kemitraan Sampoerna. Pelatihan ini meliputi cara merawat tanaman tembakau yang baik dan benar dengan menggunakan alat pelindung diri (APD), proses panen hingga pasca-panen.
Meski tidak setiap hari, jelas Setiyono, hasil dari pekerja tani tembakau bisa mencukupi kebutuhan keluarga. “Bahkan, jika mau juga bisa untuk membeli kendaraan,” katanya.
Program kemitraan petani tembakau Sampoerna di Wonogiri pertama kali dimulai tahun 2009. Saat ini, ada sekitar 2.000 petani tembakau yang bergabung ke dalam program tersebut. Mereka tersebar di tiga kecamatan, yaitu Pracimantoro, Eromoko, dan Wuryantoro.
Program yang dijalankan melalui perusahaan pemasok tembakau ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas tembakau dan kesejahteraan petani.
Melalui program kemitraan, para petani binaan mendapatkan pendampingan, bimbingan teknis, akses yang mudah terhadap permodalan serta prasarana produksi pertanian, hingga jaminan pembelian bagi petani sesuai dengan kesepakatan.
Selain pendampingan proses budidaya, para petani binaan juga menerima berbagai pelatihan guna mengurangi dampak terhadap lingkungan dan menciptakan kondisi bekerja yang aman dan berkeadilan.
Beragam program pemberdayaan perempuan dan pendampingan usaha juga diimplementasikan untuk para istri petani tembakau. Rangkaian kegiatan ini bertujuan agar dampak positif program kemitraan dapat juga dirasakan bagi komunitas di sekitar petani.
(sra)