Kisah Paramedis RS Indonesia di Gaza, Disiksa Hingga Alami Kebutaan dan Kaki Ditembak

Jum'at, 12 Juli 2024 - 15:45 WIB
Mantan perawat Palestina, pasien Tamer Ossama al-Hafi, 40, yang mengatakan bahwa dia terluka parah dalam tahanan Israel di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, duduk di unit perawatan intensif, di rumah sakit darurat Uni Emirat Arab di kapal yang berlabuh di Al Arish, Mesir, 4 Juli 2024. REUTERS/Amr Alfiky
click to zoom
Mantan perawat Palestina, pasien Tamer Ossama al-Hafi, 40 tahun, yang mengatakan bahwa dia terluka parah dalam tahanan Israel di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, menunjukkan foto dirinya dengan anak-anaknya, di ponsel pintarnya, saat duduk di unit perawatan intensif di rumah sakit darurat Uni Emirat Arab di kapal yang berlabuh di Al Arish, Mesir, 4 Juli 2024. REUTERS/Amr Alfiky
click to zoom
Mantan perawat Palestina, pasien Tamer Ossama al-Hafi, 40, yang mengatakan bahwa dia terluka parah dalam tahanan Israel di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, duduk di unit perawatan intensif, di rumah sakit darurat Uni Emirat Arab di kapal yang berlabuh di Al Arish, Mesir, 4 Juli 2024. REUTERS/Amr Alfiky
click to zoom
Mantan perawat Palestina, pasien Tamer Ossama al-Hafi, 40, yang mengatakan bahwa dia terluka parah dalam tahanan Israel di tengah perang yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, duduk di unit perawatan intensif, di rumah sakit darurat Uni Emirat Arab di kapal yang berlabuh di Al Arish, Mesir, 4 Juli 2024. REUTERS/Amr Alfiky
click to zoom
Dari ranjang rumah sakit di Mesir, Ossama Salem al-Hafy, seorang warga Palestina, mengenang kembali cobaan yang dialaminya di Gaza, di mana Israel menuduhnya sebagai teroris.

Seorang paramedis di Rumah Sakit Indonesia di Gaza utara, al-Hafy mengatakan bahwa ia ditembak di bawah lutut oleh pasukan Israel ketika ia membantu para korban luka-luka di atas tandu setelah serangan udara Israel pada bulan November lalu.

Ia sempat menjadi pasien di sana, namun ketika rumah sakit tersebut diserang, ayahnya menggendongnya di punggungnya, menuju ke pusat kesehatan lain.

Namun, tentara di pos pemeriksaan militer Israel menuduh al-Hafy sebagai "teroris".

Dia mengatakan mereka menahannya di tenda penjara selama 35 hari sebelum membebaskannya tanpa dakwaan.

Dia mengatakan bahwa dia dipukuli dan dipermalukan dan tidak menerima perawatan medis.

Dan matanya ditutup dan tangan dan kakinya diborgol ke tempat tidur di tenda sepanjang waktu.

"Selama saya di penjara, penutup mata tidak pernah dibuka sama sekali, kecuali pada hari-hari interogasi. Selama interogasi, mereka akan membuka penutup mata saya dan memakaikannya kembali. Saya tidak melihat matahari sampai saya dibebaskan dari penjara. Makanan diberikan setiap tiga atau empat hari sekali. Itu adalah sebungkus vitamin cair. Di pagi hari, mereka akan membangunkan Anda untuk minum dan hal yang sama di malam hari. Mereka akan menaruh sedotan di mulut saya, Anda mengambil sedikit dan kemudian dia berkata, "itu saja, cukup". Keadaan yang tidak ada yang tahu kecuali Tuhan."

Pihak berwenang Israel tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar atas laporan al-Hafy dan Reuters tidak dapat memverifikasinya secara independen.

Namun, hal ini konsisten dengan orang-orang Palestina lainnya yang telah ditahan oleh Israel, seperti orang-orang ini, dan dengan pernyataan dari kelompok-kelompok hak asasi manusia mengenai dugaan pelecehan dan penganiayaan.

Militer Israel mengatakan bahwa tuduhan penganiayaan terhadap tahanan Palestina sedang diselidiki.

Al-Hafy dirawat di sebuah rumah sakit yang dikelola Emirat di sebuah kapal kargo yang berlabuh di Mesir, di mana ia ingin sekali kembali ke istri dan keempat anaknya yang belum pernah ia temui sejak November.

Saat dibebaskan, katanya, ia "dibuang" di Gaza selatan dan harus merangkak sejauh beberapa mil.

Dia dirawat di empat rumah sakit Gaza yang berbeda, kemudian menderita pembekuan darah di paru-parunya dan mengalami koma, katanya.

Ketika dia terbangun sekitar 25 hari kemudian, dia kehilangan penglihatan di mata kanannya.

Al-Hafy percaya bahwa menjadi petugas medis membuatnya menjadi target.

"Mereka sudah membenci kru medis. Mereka mempermalukan kami hanya karena label "tenaga medis", tanpa tuduhan apa pun. Kata-kata 'tenaga medis' dan bekerja di rumah sakit, itu sudah cukup bagi mereka untuk memperlakukan Anda sebagai tersangka."

Militer Israel menuduh para pejuang Hamas dan Jihad Islam bersembunyi di rumah sakit dan menggunakan perisai manusia, sebuah tuduhan yang mereka bantah. Militer juga mengatakan bahwa mereka telah menangkap para pejuang di fasilitas-fasilitas medis.

Mereka mengatakan bahwa para tahanan diperlakukan sesuai dengan hukum internasional.

REUTERS/Amr Alfiky
(sra)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More