Rusia Memulai Latihan Angkatan Laut Besar-besaran Bersama Tiongkok
Rabu, 11 September 2024 - 10:56 WIB
Militer Rusia pada hari Selasa meluncurkan latihan angkatan laut dan udara besar-besaran yang mencakup kedua belahan bumi dan melibatkan Tiongkok dalam manuver bersama.
Latihan “Ocean-24” mencakup Samudra Pasifik dan Arktik, Laut Mediterania, Laut Kaspia, dan Laut Baltik serta melibatkan lebih dari 400 kapal perang, kapal selam, dan kapal pendukung, lebih dari 120 pesawat terbang dan helikopter, serta lebih dari 90.000 tentara, demikian ungkap Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan. Manuver-manuver ini akan berlanjut hingga 16 September, kata kementerian tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam sebuah komentar kepada para pejabat militer bahwa latihan perang ini adalah yang terbesar dari jenisnya dalam tiga dekade terakhir, dan bahwa kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat tempur China ikut ambil bagian. China mengkonfirmasi hal tersebut pada hari Senin, dengan mengatakan bahwa angkatan laut kedua negara akan berlayar bersama di Pasifik, tetapi tidak memberikan rinciannya.
Sebanyak 15 negara telah diundang untuk mengamati latihan tersebut, kata Putin, tanpa menyebutkan nama mereka.
“Kami memberikan perhatian khusus untuk memperkuat kerja sama militer dengan negara-negara sahabat. Hari ini, dalam konteks meningkatnya ketegangan geopolitik di dunia, hal ini sangat penting,” kata Putin.
Pemimpin Rusia itu menuduh Amerika Serikat “berusaha mempertahankan dominasi militer dan politik globalnya dengan cara apa pun,” dan berusaha “memberikan kekalahan strategis” kepada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina serta “merusak arsitektur keamanan dan keseimbangan kekuatan yang sudah mapan di kawasan Asia-Pasifik.”
“Dengan dalih untuk melawan ancaman Rusia yang diduga ada dan menahan Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat dan satelit-satelitnya meningkatkan kehadiran militer mereka di dekat perbatasan barat Rusia, di Arktik, dan di kawasan Asia-Pasifik,” kata Putin, seraya menekankan bahwa ”Rusia harus siap menghadapi perkembangan situasi apa pun.”
Rusia dan Cina, bersama dengan kritikus AS lainnya seperti Iran, telah menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka untuk menantang dan berpotensi menjungkirbalikkan tatanan demokrasi liberal yang dipimpin oleh Barat.
Dengan latihan bersama, Rusia telah meminta bantuan Tiongkok untuk mencapai tujuan yang telah lama didambakan untuk menjadi kekuatan Pasifik, sementara Moskow telah mendukung klaim teritorial Tiongkok di Laut Cina Selatan dan di tempat lain.
Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov mengatakan bahwa latihan itu bertujuan untuk melatih “menangkis agresi berskala besar dari musuh potensial dari arah laut, memerangi kapal tanpa awak, kendaraan udara tanpa awak, mempertahankan pangkalan angkatan laut, melakukan operasi amfibi, dan mengawal transportasi.”
Latihan “Ocean-24” mencakup Samudra Pasifik dan Arktik, Laut Mediterania, Laut Kaspia, dan Laut Baltik serta melibatkan lebih dari 400 kapal perang, kapal selam, dan kapal pendukung, lebih dari 120 pesawat terbang dan helikopter, serta lebih dari 90.000 tentara, demikian ungkap Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan. Manuver-manuver ini akan berlanjut hingga 16 September, kata kementerian tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dalam sebuah komentar kepada para pejabat militer bahwa latihan perang ini adalah yang terbesar dari jenisnya dalam tiga dekade terakhir, dan bahwa kapal-kapal perang dan pesawat-pesawat tempur China ikut ambil bagian. China mengkonfirmasi hal tersebut pada hari Senin, dengan mengatakan bahwa angkatan laut kedua negara akan berlayar bersama di Pasifik, tetapi tidak memberikan rinciannya.
Sebanyak 15 negara telah diundang untuk mengamati latihan tersebut, kata Putin, tanpa menyebutkan nama mereka.
“Kami memberikan perhatian khusus untuk memperkuat kerja sama militer dengan negara-negara sahabat. Hari ini, dalam konteks meningkatnya ketegangan geopolitik di dunia, hal ini sangat penting,” kata Putin.
Pemimpin Rusia itu menuduh Amerika Serikat “berusaha mempertahankan dominasi militer dan politik globalnya dengan cara apa pun,” dan berusaha “memberikan kekalahan strategis” kepada Rusia dalam perangnya dengan Ukraina serta “merusak arsitektur keamanan dan keseimbangan kekuatan yang sudah mapan di kawasan Asia-Pasifik.”
“Dengan dalih untuk melawan ancaman Rusia yang diduga ada dan menahan Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat dan satelit-satelitnya meningkatkan kehadiran militer mereka di dekat perbatasan barat Rusia, di Arktik, dan di kawasan Asia-Pasifik,” kata Putin, seraya menekankan bahwa ”Rusia harus siap menghadapi perkembangan situasi apa pun.”
Rusia dan Cina, bersama dengan kritikus AS lainnya seperti Iran, telah menyelaraskan kebijakan luar negeri mereka untuk menantang dan berpotensi menjungkirbalikkan tatanan demokrasi liberal yang dipimpin oleh Barat.
Dengan latihan bersama, Rusia telah meminta bantuan Tiongkok untuk mencapai tujuan yang telah lama didambakan untuk menjadi kekuatan Pasifik, sementara Moskow telah mendukung klaim teritorial Tiongkok di Laut Cina Selatan dan di tempat lain.
Menteri Pertahanan Rusia Andrei Belousov mengatakan bahwa latihan itu bertujuan untuk melatih “menangkis agresi berskala besar dari musuh potensial dari arah laut, memerangi kapal tanpa awak, kendaraan udara tanpa awak, mempertahankan pangkalan angkatan laut, melakukan operasi amfibi, dan mengawal transportasi.”
(sra)