Grab Business Forum 2025: Strategi Adaptif dan Optimisme Hadapi Dinamika Ekonomi Global
Selasa, 13 Mei 2025 - 15:57 WIB
Di tengah gejolak ekonomi global, fluktuasi pasar, dan percepatan transformasi teknologi, dunia usaha dituntut untuk berani beradaptasi dan mengambil langkah inovatif. Menjawab tantangan ini, Grab Indonesia kembali menggelar acara tahunan Grab Business Forum bertajuk “Beyond Bolder: Navigating Changes, Driving Growth”, sebagai ruang dialog strategis yang mempertemukan pembuat kebijakan, pemimpin perusahaan, dan pemangku kepentingan lintas sektor guna membahas ketahanan bisnis dan pertumbuhan jangka panjang.
Memasuki tahun keenam penyelenggaraannya, Grab Business Forum 2025 berlangsung di Hotel Fairmont, Jakarta, dan dihadiri oleh hampir 1.400 peserta dari lebih dari 800 perusahaan. Acara dibuka dengan paparan dari Deputi Bidang Pengembangan Iklim dan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi RI, Dr. Riyatno, S.H., LL.M, serta ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan RI periode 2013–2014, Chatib Basri. Keduanya menyampaikan pandangan makro tentang arah kebijakan ekonomi nasional, proyeksi investasi, dan pentingnya adaptasi di tengah dinamika pasar.
Grab turut menyoroti peran teknologi sebagai kunci dalam menjawab tantangan bisnis yang semakin kompleks. Roy Nugroho, Director of Grab For Business, menegaskan bahwa dukungan platform yang andal seperti Grab For Business dan berbagai solusi B2B dari Grab dirancang untuk menyederhanakan kebutuhan operasional perusahaan. Melinda Savitri, Country Marketing Head Grab Indonesia, menambahkan bahwa brand dapat memanfaatkan ekosistem Grab dan OVO untuk meningkatkan visibilitas melalui kampanye kreatif yang terintegrasi, termasuk melalui GrabAds yang menjangkau jutaan pengguna dan Mitra Grab secara tepat sasaran di berbagai touchpoint.
Pradeep Varadaraja, Head of Product Geo Grab, memperkenalkan GrabMaps sebagai solusi berbasis AI yang membantu perusahaan menavigasi lingkungan dinamis, dengan fitur seperti auto-validation yang memungkinkan verifikasi rute secara otomatis dan real-time.
Pada sesi diskusi panel, hadir pula pemimpin dari berbagai industri, antara lain Didiek Hartantyo (Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia), Salman Subakat (CEO PT Paragon Technology and Innovation), dan Rian Kaslan (Director Network & Retail Funding PT Bank Negara Indonesia Tbk), yang berbagi strategi menghadapi percepatan digitalisasi dan perubahan pasar yang cepat.
Menurut laporan World Economic Outlook 2025 dari IMF yang dirilis April lalu, pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksikan melambat menjadi 2,8%, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 3,3%, akibat ketidakpastian kebijakan dan tensi geopolitik. Meski terdampak, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan, dengan pertumbuhan triwulan I 2025 mencapai 4,87% menurut data BPS.
Dalam sambutannya, Dr. Riyatno menyampaikan bahwa investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi terbesar kedua pada 2024 dengan kontribusi 29,15%. Ia menyoroti ekonomi digital dan pusat data sebagai sektor prioritas dengan potensi investasi besar. “Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 130 miliar tahun ini, atau 44% dari total ekonomi digital Asia Tenggara. Ini peluang besar yang mendorong pentingnya kolaborasi triple helix antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif,” ujarnya.
Chatib Basri menekankan bahwa ketidakpastian adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika ekonomi global. Ia mengambil analogi dari pembalap MotoGP Marc Marquez yang mampu bangkit meski jatuh 27 kali dalam satu musim. “Ketahanan dibentuk bukan dari menghindari risiko, tapi dari kemampuan beradaptasi saat menghadapi ketidakpastian. Berani dalam bisnis bukan soal nekat mengambil risiko, tetapi tentang kemampuan untuk tetap tegak ketika masa depan tidak pasti,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia relatif lebih tangguh terhadap tekanan eksternal dibanding banyak negara lain, berkat rasio ekspor terhadap PDB yang kecil dan ketergantungan terhadap pasar AS yang hanya sekitar 2,5%. “Di tengah dunia yang tidak stabil, kadang kita tidak butuh negara yang sempurna, tapi negara yang lebih baik dari alternatif lain. Indonesia mungkin tidak paling bersinar, tetapi justru karena dunia sedang bermasalah, kita menjadi relatif lebih menarik,” tambahnya.
Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia, menekankan pentingnya keberanian untuk bereksperimen dan cepat beradaptasi. “Optimisme tetap relevan dalam dinamika pasar yang semakin cepat berubah. Navigasi bisnis kini bukan soal menunggu kepastian, tetapi soal bagaimana kita mampu bertransformasi melalui teknologi dan data. Grab Business Forum kami hadirkan untuk menciptakan ruang kolaborasi lintas sektor dan membangun ekosistem bisnis yang tangguh dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Roy Nugroho menambahkan, “Keberanian untuk bereksperimen harus didukung oleh platform yang kuat. Solusi B2B Grab seperti GrabAds dan GrabMaps mendukung efisiensi, produktivitas, dan kontrol perusahaan dengan insight berbasis data.”
Melalui teknologi dan integrasi AI, Grab terus mendukung perusahaan agar tetap kompetitif dengan kontrol dan transparansi yang lebih baik. “Kolaborasi dengan perusahaan untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang optimal sangat mungkin diwujudkan melalui solusi terintegrasi dari Grab,” lanjut Roy.
Grab For Business merupakan solusi B2B terintegrasi dari Grab yang mencakup layanan transportasi, pengiriman, makanan, belanja, hingga periklanan digital dalam satu portal. Perusahaan kini juga dapat memanfaatkan layanan pembayaran utilitas serta metode pembayaran fleksibel seperti corporate billing, kartu kredit, OVO, dan lainnya. Saat ini, puluhan ribu perusahaan di Indonesia, dari UMKM hingga korporasi besar, telah menggunakan Grab For Business untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional mereka.
Memasuki tahun keenam penyelenggaraannya, Grab Business Forum 2025 berlangsung di Hotel Fairmont, Jakarta, dan dihadiri oleh hampir 1.400 peserta dari lebih dari 800 perusahaan. Acara dibuka dengan paparan dari Deputi Bidang Pengembangan Iklim dan Penanaman Modal Kementerian Investasi dan Hilirisasi RI, Dr. Riyatno, S.H., LL.M, serta ekonom senior dan mantan Menteri Keuangan RI periode 2013–2014, Chatib Basri. Keduanya menyampaikan pandangan makro tentang arah kebijakan ekonomi nasional, proyeksi investasi, dan pentingnya adaptasi di tengah dinamika pasar.
Grab turut menyoroti peran teknologi sebagai kunci dalam menjawab tantangan bisnis yang semakin kompleks. Roy Nugroho, Director of Grab For Business, menegaskan bahwa dukungan platform yang andal seperti Grab For Business dan berbagai solusi B2B dari Grab dirancang untuk menyederhanakan kebutuhan operasional perusahaan. Melinda Savitri, Country Marketing Head Grab Indonesia, menambahkan bahwa brand dapat memanfaatkan ekosistem Grab dan OVO untuk meningkatkan visibilitas melalui kampanye kreatif yang terintegrasi, termasuk melalui GrabAds yang menjangkau jutaan pengguna dan Mitra Grab secara tepat sasaran di berbagai touchpoint.
Pradeep Varadaraja, Head of Product Geo Grab, memperkenalkan GrabMaps sebagai solusi berbasis AI yang membantu perusahaan menavigasi lingkungan dinamis, dengan fitur seperti auto-validation yang memungkinkan verifikasi rute secara otomatis dan real-time.
Pada sesi diskusi panel, hadir pula pemimpin dari berbagai industri, antara lain Didiek Hartantyo (Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia), Salman Subakat (CEO PT Paragon Technology and Innovation), dan Rian Kaslan (Director Network & Retail Funding PT Bank Negara Indonesia Tbk), yang berbagi strategi menghadapi percepatan digitalisasi dan perubahan pasar yang cepat.
Menurut laporan World Economic Outlook 2025 dari IMF yang dirilis April lalu, pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksikan melambat menjadi 2,8%, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 3,3%, akibat ketidakpastian kebijakan dan tensi geopolitik. Meski terdampak, ekonomi Indonesia tetap menunjukkan ketahanan, dengan pertumbuhan triwulan I 2025 mencapai 4,87% menurut data BPS.
Dalam sambutannya, Dr. Riyatno menyampaikan bahwa investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi terbesar kedua pada 2024 dengan kontribusi 29,15%. Ia menyoroti ekonomi digital dan pusat data sebagai sektor prioritas dengan potensi investasi besar. “Ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai USD 130 miliar tahun ini, atau 44% dari total ekonomi digital Asia Tenggara. Ini peluang besar yang mendorong pentingnya kolaborasi triple helix antara pemerintah, industri, dan akademisi untuk menciptakan pertumbuhan yang lebih inklusif,” ujarnya.
Chatib Basri menekankan bahwa ketidakpastian adalah bagian tak terpisahkan dari dinamika ekonomi global. Ia mengambil analogi dari pembalap MotoGP Marc Marquez yang mampu bangkit meski jatuh 27 kali dalam satu musim. “Ketahanan dibentuk bukan dari menghindari risiko, tapi dari kemampuan beradaptasi saat menghadapi ketidakpastian. Berani dalam bisnis bukan soal nekat mengambil risiko, tetapi tentang kemampuan untuk tetap tegak ketika masa depan tidak pasti,” katanya.
Ia juga menjelaskan bahwa Indonesia relatif lebih tangguh terhadap tekanan eksternal dibanding banyak negara lain, berkat rasio ekspor terhadap PDB yang kecil dan ketergantungan terhadap pasar AS yang hanya sekitar 2,5%. “Di tengah dunia yang tidak stabil, kadang kita tidak butuh negara yang sempurna, tapi negara yang lebih baik dari alternatif lain. Indonesia mungkin tidak paling bersinar, tetapi justru karena dunia sedang bermasalah, kita menjadi relatif lebih menarik,” tambahnya.
Neneng Goenadi, Country Managing Director Grab Indonesia, menekankan pentingnya keberanian untuk bereksperimen dan cepat beradaptasi. “Optimisme tetap relevan dalam dinamika pasar yang semakin cepat berubah. Navigasi bisnis kini bukan soal menunggu kepastian, tetapi soal bagaimana kita mampu bertransformasi melalui teknologi dan data. Grab Business Forum kami hadirkan untuk menciptakan ruang kolaborasi lintas sektor dan membangun ekosistem bisnis yang tangguh dan berkelanjutan,” ungkapnya.
Roy Nugroho menambahkan, “Keberanian untuk bereksperimen harus didukung oleh platform yang kuat. Solusi B2B Grab seperti GrabAds dan GrabMaps mendukung efisiensi, produktivitas, dan kontrol perusahaan dengan insight berbasis data.”
Melalui teknologi dan integrasi AI, Grab terus mendukung perusahaan agar tetap kompetitif dengan kontrol dan transparansi yang lebih baik. “Kolaborasi dengan perusahaan untuk menghadirkan pengalaman pengguna yang optimal sangat mungkin diwujudkan melalui solusi terintegrasi dari Grab,” lanjut Roy.
Grab For Business merupakan solusi B2B terintegrasi dari Grab yang mencakup layanan transportasi, pengiriman, makanan, belanja, hingga periklanan digital dalam satu portal. Perusahaan kini juga dapat memanfaatkan layanan pembayaran utilitas serta metode pembayaran fleksibel seperti corporate billing, kartu kredit, OVO, dan lainnya. Saat ini, puluhan ribu perusahaan di Indonesia, dari UMKM hingga korporasi besar, telah menggunakan Grab For Business untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas operasional mereka.
(sra)