Dies Natalis Ke-67, Unair Gelar Sunatan Massal di Surabaya
Tim medis LKMI dan PPDS Urologi melakukan prosedur bedah ketika melayani Khitanan Massal yang digelar BKRSFK bersama Puspas Unair, di Yayasan SDI Himmatun Ayat, Tegalsari, Surabaya, Minggu (24/10/2021). Badan Koordinasi Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan (BKRSFK) Universitas Airlangga menggandeng Pusat Pengelolaan Dana Sosial Universitas Airlangga (PUSPAS Unair) dan Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) FK Unair menggelar Khitanan Massal di Yayasan SDI Himmatun Ayat, Tegalsari, Surabaya.
Ketua Badan Koordinasi Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan (BKRSFK) Unair, Prof. Soetojo, mengatakan kegiatan Bakti Sosial yang diikuti 25 anak dari Yayasan dan 15 anak kuota umum tersebut dalam rangka menyambut Dies Natalis Universitas Airlangga Ke-67. "Ini bagian dari Dies Natalis dan ibadah kita semua. Karena anak-anak dan semua orang itu wajib hukumnya khitan," katanya, Minggu (24/10).
Untuk memperlancar proses khitan massal, panitia mengerahkan tenaga medis dari mahasiswa kedokteran baik S1 maupun PPDS. Yakni PPDS Urologi FK Unair 10 orang, LKMI 51 orang terdiri dari 35 tim medis dan 16 tim administrasi, Puspas Unair 10 orang termasuk untuk pemeriksaan Genose dan BKRSFK 6 orang. "Yang menangani dokter semua, jadi aman. Mereka merangkap jadi dokter dan perawat," tegasnya.
Soetojo menjelaskan, pada khitanan massal kali ini pihaknya menggunakan metode konvensional. Metode ini dipilih karena simpel dan tidak ribet, sehingga cocok untuk khitan massal. Bahkan tingkat kesembuhan hanya membutuhkan sekitar 3 hari. Ia menuturkan, bagi orangtua peserta khitan supaya tidak kawatir tentang efek samping karena selama ini terbukti aman. Untuk makanan juga tidak perlu pilih-pilih. "Makan bebas gak harus tarak, harus banyak protein. Aktifitas dan gerak juga seperti biasa saja," tuturnya.
Menurutnya, selain hukumnya wajib juga sangat bermanfaat bagi kesehatan. Yakni dapat mengurangi risiko infeksi saluran kemih, mengurangi risiko kanker penis hingga mencegah peradangan yang terjadi pada penis. "Orang yang tidak khitan bisa fimosis. Pada saat kencing tidak lancar dan kembali ke atas menyebabkan infeksi, hingga bisa menyebabkan ginjal. Kalau tidak disunat kotoran yang mengendap bisa menyebabkan infeksi. Jika dibiarkan terus menerus bisa kanker penis, makanya harus di sunat," terang Soetojo.
Ketua Pusat Pengelolaan Dana Sosial Universitas Airlangga (PUSPAS Unair), Wisudanto, menambahan Khitanan Massal ini sebagai bagian dari pertanggungjawaban pada para donatur yang selama ini menyalurkan donasinya ke Puspas Unair. "Donasi-donasi dari masyarakat itu kita wujudkan. Kami kembalikan kepada masyarakat juga," imbuhnya.
Untuk menghindari muculnya klaster Covid-19, kata Wisudanto, panitia menerapkan protokol kesehatan yang cukup ketat. Seluruh peserta khitan diwajibkan mengikuti pemeriksaan Genose pada H-1 pelaksanaan khitan. "Sebelum dilakukan sunat dilakukan Genose dulu sehari sebelumnya. Tapi saat pelaksanaan Genose juga kita siapkan, karena masih ada peserta khitan yang daftar saat pelaksnaan," tandasnya.