Perkuat Kolaborasi, Kementan Tingkatkan Investasi Komoditas Perkebunan Pacu Pertumbuhan Ekonomi
Jakarta - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) meminta jajarannya meningkatkan kualitas mutu hasil pertanian dan investasi pada sektor pertanian termasuk perkebunan.
Investasi ini diperlukan karena merupakan motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional, selain ekspor. Investasi mampu memperbesar kapasitas produksi, nilai tambah, dan kesempatan kerja bagi masyarakat. Sejalan dengan arahan Presiden Jokowi kepada semua Kementerian dan Non Kementerian/Lembaga untuk mendorong investasi agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi nasional.
Direktorat Jenderal Perkebunan menginisiasi kegiatan dalam rangka mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya dari sisi investasi dan ekspor komoditas perkebunan.
"Forum ini dimaksudkan untuk mendorong peningkatan investasi di sub sektor perkebunan dan perluasan akses pasar pelaku usaha perkebunan melalui Business networking antara pelaku usaha dan off-taker atau buyer komoditas perkebunan," ujar Andi Nur Alam Syah, Direktur Jenderal Perkebunan saat memberikan arahan pada kegiatan Forum Investasi dan Business Matching Komoditas Perkebunan. Forum ini bagian dari rangkaian acara Perkebunan Indonesia Expo (BUNEX) 2022 di Hall B JCC Senayan Jakarta (22/12).
Pada kegiatan ini, Lanjut Andi Nur menyampaikan, "Kami targetkan tercapainya MoU atau Kesepakatan Kerjasama senilai Rp. 100 Triliun dan syukur alhamdulilah realisasi MoU mencapai Rp. 237,66 triliun untuk komoditas karet dan turunannya, CPO dan turunannya, produk olahan kelor, minyak atsiri, kopi dan rempah-rempah," ujar Andi Nur.
Andi Nur menegaskan, Kita harus terus dorong, bina, dan kawal secara kontinyu karena masih banyak target-target yang harus direalisasikan dan diakselerasikan dalam bentuk strategi-strategi yang lebih operasional sebagaimana kebijakan Kementerian Pertanian dalam peningkatan ekspor 3 kali lipat atau Gratieks.
"Ditjen Perkebunan terus berupaya berkontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional dari sektor non migas hingga tahun 2024 yang menjadi target besar dari Bapak Menteri Pertanian. Komoditas unggulan perkebunan seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan lainnya tetap diarahkan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga 1.400 triliun tahun 2024, dari kondisi saat ini devisa negeri dari ekspor perkebunan baru mencapai 400-500 triliun per tahun," jelasnya.
Diketahui bahwa tahun 2022 ini nilai ekspor komoditas perkebunan mencapai Rp. 577,17 triliun atau berkontribusi sebesar 92,34% dari total nilai ekspor komoditas Pertanian sebesar Rp. 625,04 triliun, meningkat hampir Rp. 200 Triliun dibandingkan tahun 2020. Walaupun didominasi oleh CPO dan turunan nya, tetapi komoditas unggulan lainnya seperti kopi, kelapa, rempah-rempah dan kakao juga sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan.
"Potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor dan tanaman atsiri perlu terus didorong karena semakin meningkatnya kebutuhan dunia khususnya di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages serta bahan baku industri lainnya," ujarnya.
Sepanjang Tahun 2021 ekspor Indonesia mengalami peningkatan sebesar 41,88% dibandingkan tahun sebelumnya dengan nilai sebesar USD 231,54 miliar. Dari kontribusi komoditas perkebunan sebesar 92,34% dari total nilai ekspor Pertanian, kelapa sawit memberikan kontribusi share sebesar 73,83%. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, Tahun 2021 merupakan tahun dimana ekspor minyak kelapa sawit (CPO dan turunannya) mengalami kenaikan paling tinggi selama kurun waktu 5 tahun terakhir yaitu sebesar USD 27,6 miliar dengan pertumbuhan sebesar 58,79% dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini lah yang menjadikan kelapa sawit sebagai komoditas yang berperan penting dalam trend positif sektor pertanian dan sekaligus telah menjadikannya sebagai komoditas unggulan ekspor Indonesia. Dari total ekspor kelapa sawit tersebut, lebih dari 70% merupakan produk olahan CPO.
Andi Nur menjelaskan, Tantangan pembangunan perkebunan Nasional yang perlu digarisbawahi ada 6 hal yaitu tantangan peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan, tantangan pascapanen & pengolahan terutama aspek mutu dan standarisasinya, tantangan penguatan kelembagaan pekebun khususnya peran para generasi muda untuk bangun perkebunan di daerahnya masing-masing, tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi, serta terakhir tantangan ciptakan iklim investasi yang baik dan sehat untuk membangun serta memperkuat usaha agribisnis perkebunan.
Andi Nur menekankan, Kita tidak hanya menciptakan iklim investasi yang sehat tetapi sekaligus menghidupkan sendi-sendi perekonomian masyarakat dari berbagai bidang seperti pariwisata, pemanfaatan tenaga kerja terampil, agroindustri, hilirisasi komoditas dan lain sebagainya, dengan didukung regulasi yang tepat, aspek pembiayaan juga sangat diperlukan. Kedepannya investasi yang dibutuhkan transfer knowledge atau investasi dalam keahlian dan bidang inovasi teknologi serta aspek kekinian lainnya di era industry 4.0.
Tema kegiatan Forum ini adalah Penguatan Akses Pasar dan Pengembangan Kemitraan Perkebunan Berkelanjutan, kita harus fokus pada komoditas yang diunggulkan dan yang dibutuhkan pasar, tentunya didukung oleh strategi-strategi pemasaran yang tepat, harus selalu bertindak cepat, dan tepat dalam menghadapi segala dinamika dunia terutama pada aspek perdagangan dunia yang banyak sekali dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim. Sekaligus mendorong pendekatan kebersamaan multistakeholder untuk memajukan perkebunan dengan asas saling menguntungkan dan bersama meraih visi misi pembangunan perkebunan yang berkelanjutan, sesuai dengan tagline baru Ditjen. Perkebunan yaitu Fokus, Responsif dan Kolaboratif.
"Kita dihadapkan tantangan yang cukup besar, khususnya setelah masa pandemi mulai pulih, situasi perekonomian dunia masih fluktuatif. Ini tantangan besar untuk Pertanian Indonesia termasuk Perkebunan, kita harus bersama berjuang keras agar perekonomian Indonesia terus tumbuh, devisa ekspor perkebunan Indonesia terus meningkat. Untuk menghadapi tantangan tersebut, dan demi mendukung perekonomian nasional, utamanya dalam pengembangan hilirisasi, nilai tambah dan daya saing serta peningkatan produksi & produktivitas, maka program kerja Ditjen Perkebunan kedepan diantaranya produksi benih melalui pembangunan nursery modern, pengembanga sagu hulu-hilir (Sagunesia/ Sagu untuk Indonesia), pengembangan pemanis non tebu, percepatan swasembada gula konsumsi, fasilitasi Pabrik Minyak Goreng (Pamigo), pengembangan Kopi Komandan, perkebunan partisipatif berbasis koorporasi petani, dan lain sebagainya," ujarnya.
"Kami memberikan apresiasi dan terimakasih kepada seluruh insan perkebunan yang turut membantu mensukseskan kegiatan BUNEX 2022 ini, khususnya kegiatan Forum Investasi dan Business Matching komoditas perkebunan," ujarnya.
Sebelum agenda pemaparan narasumber dari BKPM, BPDP-KS dan KADIN, kegiatan forum ini didahului dengan penandatanganan kesepakatan kerjasama / MoU komoditas perkebunan antar para pelaku usaha / Eksportir dengan petani dan buyer atau dengan stakeholder lainnya.
"Berharap kedepannya jajaran Ditjen Perkebunan dan seluruh pihak terkait dapat terus bersinergi dan kolaborasi bersama, serta memfasilitasi tumbuhnya akses pasar yang lebih luas untuk komoditas perkebunan sehingga terciptanya iklim investasi yang berdampak positif di sub sektor perkebunan demi memajukan pembangunan perkebunan kedepan serta mensejahterakan masyarakat termasuk petani perkebunan," harap Andi Nur