Terkait Desakan Mundur Dirjen Pajak, JAN Pertanyakan Kesalahan dan Alasannya
JAKARTA--Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara (JAN), Romadhon JASN menyayangkan desakan mundur terhadap Dirjen Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Suryo Utomo. Pasalnya, tak ada alasan yang emargency dan signifikan memecat yang bersangkutan apalagi alasannya lantaran viral diketahui mengendarai motor gede (moge) Belasting Rijder dan memiliki harta sebesar Rp.19,45 miliar.
"Jangan karena desakan publik akal sehat kita jadi kacau berfikirnya. Tidak boleh kita ikut arus dan terjebak propaganda opini publik yang liar dan menyesatkan itu. Karena tak ada alasan emargency mencopot pak dirjen pajak. Kan tidak rasional mecat dirjen dengan alasan mengendarai moge atau ikut gabung klub motor gede sama punya harta miliaran," kata Romadhon JASN, Senin (27/2), kepada media di Jakarta.
Romadhon juga menegaskan bawa keterlibatan Dirjen Pajak Suryo Utomo dalam komunitas klub motor gede (moge) Belasting Rijder tidak jadi soal termasuk juga kepemilikan harta miliaran itu, tetapi yang terpenting jelas sumber pendapatan dan asal muasal harta kekayaannya tersebut dan terlapor dalam Laporan Harta Kekayaan Pejabat Negara (LHKPN).
"Pak dirjen pajak ini kan udah melaporkan hartanya sebagai pejabat negara dan terlapor dalam LHKPN, lalu untuk apa dipersoalkan. Masa iya ikut klub motor gede termasuk juga harta kekayaannya didesak klarifikasi ke publik. Saya kira tidak boleh menjustifikasi dan membangun persepsi buruk tentang beliau. Pejabat lain banyak kok hartanya yang melimpah melebihi beliau tapi tak dihujat," ujarnya.
Di sisi lain kata Mantan Pj Ketum PB HMI itu, mengendari moge atau ikut dalam klub motor gede (moge) Belasting Rijder sebenarnya bukan gaya hidup mewah glamor seperti yang dipersepsikan publik, tetapi itu bagian dari menyalurkan hobi apalagi merasa cukup dan mampu untuk membeli tentu tidak jadi masalah.
"Ikut klub moge itu tidak identik gaya hidup mewah glamor tetapi itulah cara masing-masing orang menyalurkan hobi sehingga membuatnya senang gembira dan puas. Artinya kalau dibilang glamor salah total ini soal kemampuan seseorang kalau dia mampu beli dan ikut moge kan ngak ada soal," tutur Romadhon.
Oleh karena itu lanjutnya, Romadhon meminta dirjen pajak Suryo Otomo serta jajaran Kemenkeu jangan terprovokasi dengan hujatan, bulliyan, dan derasnya arus opini publik yang liar di media sosial. Sehingga tak perlu mundur karena tidak memiliki kesalahan yang signifikan. Sebaliknya buktikan saja kepada publik taat dan patuh prosedur.
"Jadi tidak ada masalah. Hanya netizen cari sensasi dan mempersoalkan sesuatu hal yang biasa menjadi bom bastis. Artinya jangan sampai terpengaruh opini liar di medsos. Sehingga jangan mundur karen bukan kesalahan. Ini semua karena kuatnya persepsi dan narasi negatif yang dibangun nitizen," pungkasnya.