Ridwan Kamil: Pentingnya Mendengarkan Aspirasi Masyarakat dalam Kepemimpinan Jakarta
Calon Gubernur Jakarta, Ridwan Kamil, menekankan bahwa kepemimpinan yang baik harus terbuka terhadap masukan, terutama dari tokoh masyarakat. Menjaga silaturahmi dengan berbagai lapisan masyarakat sangatlah penting.
“Tugas pertama seorang calon gubernur adalah lebih banyak mendengarkan ketimbang bicara, menyerap aspirasi dan ilmu dari para tokoh. Pak Lutfi, sebagai ulama dan tokoh masyarakat Betawi, telah menceritakan sejarah Cakung, budaya, serta aspirasi untuk memulihkan kebudayaan Betawi melalui lembaga adat,” ujar Kang Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, setelah silaturahmi dengan tokoh masyarakat di kediaman Ketua Umum Forum Betawi Rempug (FBR), K.H. Lutfi Hakim, di Cakung, Jakarta Timur, pada Minggu (22/9).
Menurut Undang-Undang Daerah Khusus Jakarta yang disahkan Maret lalu, lembaga adat dan kebudayaan Betawi menjadi unsur penting dalam memajukan kebudayaan daerah. Ketum FBR, Lutfi, berharap Ridwan Kamil dapat memperjuangkan hal ini.
“Instrumennya ada, tetapi aksinya belum ada. Saya melakukan kunjungan seperti ini agar bisa lebih banyak menjaring aspirasi dan harapan. Mungkin gagasan untuk memajukan Jakarta itu 30% dari saya, tetapi 70% datang dari aspirasi warga,” tambah Kang Emil.
Kang Emil menegaskan bahwa silaturahmi ini bukan permintaan dukungan politik dalam Pilkada Jakarta, melainkan kesempatan untuk berdialog dan mendapatkan masukan tentang Jakarta.
Salah satu pelajaran yang ia ambil adalah mengenai budaya Betawi yang jujur dan toleran. Jakarta, yang merupakan tempat berkumpulnya berbagai suku, tidak mengharuskan pendatang untuk meninggalkan budaya asli mereka. Sebaliknya, semua orang harus hidup berdampingan dan bersama-sama memajukan Jakarta.
“Saya tidak menghalangi jika orang lain memanggil saya Abang. Saya sendiri dipanggil Akang sejak kecil. Begitu juga Pak Jokowi dan Pak Ahok, yang memiliki panggilan berbeda sesuai daerah asal mereka,” jelas Ridwan Kamil.
Dengan keberagaman etnis, Jakarta memiliki potensi untuk terus maju. Melalui pendekatan kolaboratif dengan seluruh lapisan masyarakat, Kang Emil percaya Jakarta bisa menjadi kota global tanpa kehilangan akar budayanya.