Suku Baduy terbagi dalam dua golongan yang disebut dengan Baduy Dalam dan Baduy Luar. Perbedaan yang paling mendasar dari kedua suku ini adalah dalam menjalankan pikukuh atau aturan adat. Baduy Dalam masih memegang teguh adat dan menjalankan aturan adat dengan murni. Sementara, Baduy Luar sudah terpengaruh dengan budaya luar selain Baduy. Penggunaan barang elektronik dan sabun diperkenankan oleh ketua adat yang di sebut Jaro, untuk menopang aktivitas sehari-hari. Selain itu, Baduy Luar juga menerima tamu yang berasal dari luar Baduy. Bahkan tamu diperbolehkan mengunjungi hingga menginap di salah satu rumah warga Baduy Luar. Sebutan Baduy merupakan pemberian dari peneliti Belanda yang melihat kemiripan masyarakat di sini dengan masyarakat Badawi atau Bedoin di Arab. Kemiripan ini karena dahulu, masyarakat di sini sering berpindah-pindah mencari tempat yang sempurna untuk mereka tinggali. Namun ada versi lain yang menyebutkan, nama Baduy adalah nama Sungai Cibaduy yang terletak di bagian utara Desa Kanekes. Mata pencaharian mayarakat suku Baduy umumnya berladang dan bertani. Alamnya yang subur mempermudah suku ini dalam menghasilkan kebutuhan sehari-hari. Kopi, padi, dan umbi-umbian menjadi komoditas yang paling sering ditanam oleh masyarakat Baduy.
Anda punya koleksi foto jalan-jalan yang keren, liburan tak terlupakan, atau foto indah penuh makna?
Kirim foto-foto Anda untuk tampil di GALERIMU SINDOnews.com