Duka di Lumajang, Ratusan Rumah Luluhlantak Diterjang Gempa M 6,1
Senin, 12 April 2021 - 07:39 WIB
Bangunan rumah berguguran, menyisakan puing-puing berserakan. Cerita pilu itu berawal saat bumi bergetar di Sabtu (10/4/2021) siang, sekitar pukul 14.00 WIB. Getaran gempa yang berpusat di selatan Kabupaten Malang, menghentak warga Dusun Iburaja, Desa Kaliuling, Kecamatan Tempursari, Kabupaten Lumajang.
Dalam beberapa detik, tanah berubah layaknya gelombang lautan yang ganas. Tak banyak yang bisa dilakukan Liana (42) warga RT 2 RW 10 Desa Kaliuling. Hanya nama Allah yang berulangkali disebutnya, ketika melihat tanah tempat rumahnya berdiri bergerak naik turun seperti gelombang.
Seperti Liana, warga lainnya di Dusun Iburaja berlari berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri. Asap gelap berterbangan. Desa yang damai di pesisir selatan Lumajang tersebut, berubah menjadi jerit tangis kepanikan dan ketakutan.
Kengerian di Sabtu (10/4/2021) siang itu, masih terasa hingga Minggu (11/4/2021). Wajah-wajah duka dan trauma masih tergambar di warga dusun yang memiliki pemandangan eksotis tersebut. "Kami masih takut untuk masuk rumah," ungkap Ny. Eka (30).
Eka dan keluarganya terpaksa mengungsi ke rumah orang tuanya, karena rumahnya sendiri sudah hancur rata dengan tanah. Kepanikan juga terjadi di Minggu (11/4/2021) pagi, saat gempa susulan terjadi pukul 06.54 WIB. Tanah kembali bergetar, akibat guncangan gempa bermagnitudo 5,5.
"Rumah kami sudah roboh hari Sabtu (10/4/2021). Tadi pagi (Minggu, 11/4/2021) kembali diguncang gempa, sehingga kandang kambing di belakang dapur ikut roboh, serta talut di depan rumah longsor," ujar Jumiko (54).
Kekalutan, kepedihan, dan trauma masih menyala di setiap tatap mata warga dusun ini. Rumah yang mereka bangun bertahun-tahun kini runtuh tak tersisa. Di wilayah Kecamatan Tempursari, tercatat ada 531 rumah rusak akibat gempa, di antara jumlah itu ada 153 rumah yang rusak berat dan tak bisa dihuni lagi.
Kini warga hanya bisa bertahan hidup di tenda-tenda sederhana yang mereka bangun di depan reruntuhan rumah. Tak banyak canda dan tawa di antara mereka. "Kami masih bersyukur bisa selamat dari bencana ini," ungkap Sunar (84) sambil terduduk di depan tenda sederhana tempatnya mengungsi bersama sang istri.
KORAN SINDO/YUSWANTORO
Dalam beberapa detik, tanah berubah layaknya gelombang lautan yang ganas. Tak banyak yang bisa dilakukan Liana (42) warga RT 2 RW 10 Desa Kaliuling. Hanya nama Allah yang berulangkali disebutnya, ketika melihat tanah tempat rumahnya berdiri bergerak naik turun seperti gelombang.
Seperti Liana, warga lainnya di Dusun Iburaja berlari berhamburan keluar rumah menyelamatkan diri. Asap gelap berterbangan. Desa yang damai di pesisir selatan Lumajang tersebut, berubah menjadi jerit tangis kepanikan dan ketakutan.
Kengerian di Sabtu (10/4/2021) siang itu, masih terasa hingga Minggu (11/4/2021). Wajah-wajah duka dan trauma masih tergambar di warga dusun yang memiliki pemandangan eksotis tersebut. "Kami masih takut untuk masuk rumah," ungkap Ny. Eka (30).
Eka dan keluarganya terpaksa mengungsi ke rumah orang tuanya, karena rumahnya sendiri sudah hancur rata dengan tanah. Kepanikan juga terjadi di Minggu (11/4/2021) pagi, saat gempa susulan terjadi pukul 06.54 WIB. Tanah kembali bergetar, akibat guncangan gempa bermagnitudo 5,5.
"Rumah kami sudah roboh hari Sabtu (10/4/2021). Tadi pagi (Minggu, 11/4/2021) kembali diguncang gempa, sehingga kandang kambing di belakang dapur ikut roboh, serta talut di depan rumah longsor," ujar Jumiko (54).
Kekalutan, kepedihan, dan trauma masih menyala di setiap tatap mata warga dusun ini. Rumah yang mereka bangun bertahun-tahun kini runtuh tak tersisa. Di wilayah Kecamatan Tempursari, tercatat ada 531 rumah rusak akibat gempa, di antara jumlah itu ada 153 rumah yang rusak berat dan tak bisa dihuni lagi.
Kini warga hanya bisa bertahan hidup di tenda-tenda sederhana yang mereka bangun di depan reruntuhan rumah. Tak banyak canda dan tawa di antara mereka. "Kami masih bersyukur bisa selamat dari bencana ini," ungkap Sunar (84) sambil terduduk di depan tenda sederhana tempatnya mengungsi bersama sang istri.
KORAN SINDO/YUSWANTORO
(bon)