Pemerintah Tangani Danau Kritis Rawa Pening, Begini Indonesia Care Cs Olah Sedimentasinya

Kamis, 18 November 2021 - 20:06 WIB
Yayasan Indonesia CARE bersama komunitas Negeri Lohjinawi (NLJ), Posko Jenggala dan Relawan Tani mencoba memanfaatkan limbah sedimentasi dan tanaman eceng gondok yang telah diangkat oleh tim Penyelamatan Danau Kritis tersebut untuk pemberdayaan dan penguatan para petani di Jawa Tengah.
click to zoom
Indonesia CARE dan sejumlah komunitas ini menargetkan 100 ribu petani bisa terbantu melalui pembagian bibit unggul gratis hasil dari pemanfaatan sedimentasi sebagai media tanam dan eceng gondok sebagai pupuk organik dalam program konservasi danau kritis Rawa Pening ini.
click to zoom
Indonesia CARE dan sejumlah komunitas ini menargetkan 100 ribu petani bisa terbantu melalui pembagian bibit unggul gratis hasil dari pemanfaatan sedimentasi sebagai media tanam dan eceng gondok sebagai pupuk organik dalam program konservasi danau kritis Rawa Pening ini.
click to zoom
Program pembibitan sejumlah tanaman produktif diantaranya kubis, cabai, terong, seledri, daun bawang, bawang merah, tomat, kentang dan lain-lain. Tentunya media tanam yang digunakan dari hasil limbah sedimentasi.
click to zoom
program pembibitan sejumlah tanaman produktif diantaranya kubis, cabai, terong, seledri, daun bawang, bawang merah, tomat, kentang dan lain-lain. Tentunya media tanam yang digunakan dari hasil limbah sedimentasi
click to zoom
program pembibitan sejumlah tanaman produktif diantaranya kubis, cabai, terong, seledri, daun bawang, bawang merah, tomat, kentang dan lain-lain. Tentunya media tanam yang digunakan dari hasil limbah sedimentasi
click to zoom
Danau Rawa Pening, Ambarawa, Jawa Tengah merupakan salahsatu dari 15 danau kritis di Indonesia yang menjadi perhatian serius pemerintah, untuk itu dibentuklah tim Penyelamatan Danau Prioritas Nasional dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) sebagai ketua sesuai Peraturan Presiden (Perpres) nomor 60 tahun 2021.

Berulangkali tim terus berusaha mengangkat sedimentasi yang ada didasar danau seluas 2670 hektar tersebut untuk memperbesar daya tampung air yang masuk ke Rawa Pening, namun tak juga bisa tuntas. Bahkan kini luasan danau kian kritis karena menyusut oleh tanaman eceng gondok. Kini permukaan danau tersisa 1850 hektar saja. Pasalnya jutaan batang pohon eceng gondok sudah menguasai hampir sebagian permukaan danau serta hasil dari sedimentasi yang telah diangkat juga tergerus kembali masuk ke danau saat hujan datang. Belum lagi banyaknya tempat-tempat makan diatas danau ikut berkonstribusi menimbulkan sedimentasi baru dari sampah makanan yang membusuk di dasar danau.

Sedimentasi dan tanaman eceng gondok ini telah menimbulkan permasalahan bagi kehidupan sekitarnya berupa luapan air danau yang merendam kawasan pertanian masyarakat, mengurangi debit air yang dapat ditampung di Rawa Pening, menurunkan kualitas air danau serta mengurangi jumlah ekosistem yang ada didalamnya.

Untuk mengatasinya, perlu penanganan komprehensif termasuk untuk pemanfaatan sedimentasi yang telah diangkat tersebut agar tidak kembali masuk kedalam danau serta eceng gondok yang kini telah menutupi lebih dari 60 persen permukaan danau. Pertanyaannya dikemanakan sebaiknya hasil pengangkatan sedimentasi dan sampah tanaman eceng gondok tersebut?

Untuk itu Yayasan Indonesia CARE bersama komunitas Negeri Lohjinawi (NLJ), Posko Jenggala dan Relawan Tani mencoba memanfaatkan limbah sedimentasi dan tanaman eceng gondok yang telah diangkat oleh tim Penyelamatan Danau Kritis tersebut untuk pemberdayaan dan penguatan para petani di Jawa Tengah.

Setidaknya, Indonesia CARE dan sejumlah komunitas ini menargetkan 100 ribu petani bisa terbantu melalui pembagian bibit unggul gratis hasil dari pemanfaatan sedimentasi sebagai media tanam dan eceng gondok sebagai pupuk organik dalam program konservasi danau kritis Rawa Pening ini.

Demikian diungkapkan Direktur Eksekutif Indonesia CARE, Lukman Azis Kurniawan saat mengunjungi workshop pembibitan bersama di Wonosobo, Jawa Tengah. "Saat ini kami tengah menjalankan program pembibitan sejumlah tanaman produktif diantaranya kubis, cabai, terong, seledri, daun bawang, bawang merah, tomat, kentang dan lain-lain. Tentunya media tanam yang digunakan dari hasil limbah sedimentasi tadi," ungkapnya.

Bibit-bibit tersebut selanjutnya dibagikan secara gratis ke ribuan petani di Jawa Tengah. "Sudah ada sekitar 3000an petani yang terdata dan sebagian diantaranya telah menerima bibit gratisnya. Sedimentasi dari danau Rawa Pening ini mampu meningkatkan hingga dua kali lipat hasil panen dibandingkan dengan pupuk biasa dalam luasan area yang sama," tambah Ketua Negeri Loh Jinawi (NLJ), Joko Windoro saat membersamai Indonesia CARE.

Untuk mengembangkan program ini serta memperbanyak penerima manfaatnya sekaligus membantu pemerintah menangani limbah sedimentasi danau kritis yang ada di Indonesia, pihaknya mengharapkan dukungan semua pihak baik donatur perorangan maupun perusahaan melalui program Company Social Responsibility (CSR) dan Community Development (Comdev)nya guna membersamai. "Kami mengajak masyarakat dan dunia usaha untuk peduli terhadap isu lingkungan demi masa depan anak cucu kita dan bumi dimana kita hidup," tandas kordinator program konservasi Rawa Pening dan distribusi bibit gratis untuk petani Indonesia CARE, Muchsin.

Program konservasi Rawa Pening melalui pemanfaatan sedimentasi untuk pembudidayaan bibit unggul organik kepada para petani ini sebagai pilot project Indonesia CARE, NLJ, Posko Jenggala dan Relawan Tani Indonesia. "Kami akan duplikasi program ini untuk 14 danau kritis lainnya seperti Danau Toba di Sumatera Utara, Danau Singkarak di Sumatera Barat, Danau Kerinci di Jambi, Danau Maninjau Sumatera Barat, Danau Rawa Danau di Banten, Danau Batur di Bali, Danau Sentarum Kalimantan Barat, Danau Kaskade Kalimantan Timur, Danau Tondano Sulawesi Utara, Danau Limboto Gorontalo, Danau Tempe Sulawesi Selatan, Danau Poso Sulawesi Tengah, Danau Matano Sulawesi Selatan dan Danau Sentani Papua.
(sra)
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More