Dibangun Pada Masa Kolonial Belanda, Jembatan Gantung Ujung Gading Kini Kusam dan Tak Terawat
Kamis, 02 Desember 2021 - 09:33 WIB
Pagi itu, saat jam istirahat sekolah, tiga pelajar sekolah dasar (SD) yang masih mengenakan seragam berlari menuju jembatan gantung kuno yang kondisinya sangat memprihatinkan. Tiga pelajar itu terus berlari dan meniti besi-besi tua hingga berada di tengah-tengah jembatan gantung yang tidak memiliki lantai setelah puluhan tahun terbengkalai.
Mungkin pembangunan jembatan baru di sebelahnya membuat jembatan yang dulu sangat penting ini pantas terabaikan. Kayu-kayu kokoh yang dulunya menjadi lantai dari jembatan gantung ini satu per satu menghilang. Hingga sampai pada titik yang paling memprihatinkan: saat ini tidak ada satu pun kayu balok yang menjadi lantai jembatan ini. Menurut warga sekitar balok-balok yang jadi lantai jembatan ini diambil dan dijadikan jembatan untuk melintasi sungai-sungai kecil menuju area perkebunan warga, dan sebagian lagi menghilang entah ke mana.
Jembatan gantung dengan total panjang bentang utama 120 meter ini dulu berdiri kokoh di atas Sungai Batang Sikerbau, Ujung Gading, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Ia merupakan jembatan bersejarah dan menjadi kebanggaan warga karena pada masanya jembatan ini berdiri megah di sebuah negeri yang jauh dari pusat kota. Jembatan gantung ini dibangun pada masa kolonial Belanda, 1929, dan menjadi jalur transportasi utama untuk mengakut rempah-rempah menuju pantai barat Sumatera, daerah Air Bangis, sebelum dibawa keluar menggunakan jalur laut.
Pada masa kolonial itu rupanya ada sejumlah jembatan yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, misalnya terdapat tiga jembatan gantung yang dibuat pada masa penjajahan Belanda, yakni Jembatan Gantung Kamasan, Jembatan Gantung Mambalan dan Jembatan Gantng Dodokan. Jembatan-jembatan itu tersebut masih berdiri dan berfungsi dengan baik. Selain bisa dilewati untuk pejalan kaki juga dijadikan sebagai objek wisata karena kenangan masa lalu dan nilai sejarah.
Infrastruktur penyeberangan kuno lainnya ialah Jembatan Titi Gantung di Medan, Sumatera Utara, yang dijadikan landmark kota kosmopolit ini dan masih berfungsi dengan baik. Jembatan lain yang menjadi peninggalan sejarah adalah Jembatan Kota Intan di Kota Tua, Jakarta Utara, jembatan bersejarah ini masih terawat dengan baik dan dijadikan monumen serta terbuka untuk umum.
Keberadaan jembatan bersejarah yang ada di Indonesia merupakan peninggalan masa lalu untuk mempermudah membawa hasil bumi. Jembatan Gantung Ujung Gading merupakan jembatan peninggalan kolonial yang keberadaannya tidak kalah megah dari sejumlah jembatan kuno lain yang ada di Indonesia. Sayang, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan, bahkan bisa berbahaya jika sewaktu-waktu jembatan tersebut runtuh akibat termakan usia.
Kurangnya perhatian pemerintah daerah serta tidak adanya tanda larangan bagi warga atau anak-anak yang meniti jembatan tua tersebut bisa saja suatu saat akan membahayakan keselamatan mereka. Besi-besi penyangga yang menjadi penopang utama sudah berkarat dan terkikis akibat terpaan panas dan hujan.
Foto dan Teks : KORAN SINDO/ASTRA BONARDO
Mungkin pembangunan jembatan baru di sebelahnya membuat jembatan yang dulu sangat penting ini pantas terabaikan. Kayu-kayu kokoh yang dulunya menjadi lantai dari jembatan gantung ini satu per satu menghilang. Hingga sampai pada titik yang paling memprihatinkan: saat ini tidak ada satu pun kayu balok yang menjadi lantai jembatan ini. Menurut warga sekitar balok-balok yang jadi lantai jembatan ini diambil dan dijadikan jembatan untuk melintasi sungai-sungai kecil menuju area perkebunan warga, dan sebagian lagi menghilang entah ke mana.
Jembatan gantung dengan total panjang bentang utama 120 meter ini dulu berdiri kokoh di atas Sungai Batang Sikerbau, Ujung Gading, Pasaman Barat, Sumatera Barat. Ia merupakan jembatan bersejarah dan menjadi kebanggaan warga karena pada masanya jembatan ini berdiri megah di sebuah negeri yang jauh dari pusat kota. Jembatan gantung ini dibangun pada masa kolonial Belanda, 1929, dan menjadi jalur transportasi utama untuk mengakut rempah-rempah menuju pantai barat Sumatera, daerah Air Bangis, sebelum dibawa keluar menggunakan jalur laut.
Pada masa kolonial itu rupanya ada sejumlah jembatan yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia. Di Kota Mataram dan Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat, misalnya terdapat tiga jembatan gantung yang dibuat pada masa penjajahan Belanda, yakni Jembatan Gantung Kamasan, Jembatan Gantung Mambalan dan Jembatan Gantng Dodokan. Jembatan-jembatan itu tersebut masih berdiri dan berfungsi dengan baik. Selain bisa dilewati untuk pejalan kaki juga dijadikan sebagai objek wisata karena kenangan masa lalu dan nilai sejarah.
Infrastruktur penyeberangan kuno lainnya ialah Jembatan Titi Gantung di Medan, Sumatera Utara, yang dijadikan landmark kota kosmopolit ini dan masih berfungsi dengan baik. Jembatan lain yang menjadi peninggalan sejarah adalah Jembatan Kota Intan di Kota Tua, Jakarta Utara, jembatan bersejarah ini masih terawat dengan baik dan dijadikan monumen serta terbuka untuk umum.
Keberadaan jembatan bersejarah yang ada di Indonesia merupakan peninggalan masa lalu untuk mempermudah membawa hasil bumi. Jembatan Gantung Ujung Gading merupakan jembatan peninggalan kolonial yang keberadaannya tidak kalah megah dari sejumlah jembatan kuno lain yang ada di Indonesia. Sayang, saat ini kondisinya sudah sangat memprihatinkan, bahkan bisa berbahaya jika sewaktu-waktu jembatan tersebut runtuh akibat termakan usia.
Kurangnya perhatian pemerintah daerah serta tidak adanya tanda larangan bagi warga atau anak-anak yang meniti jembatan tua tersebut bisa saja suatu saat akan membahayakan keselamatan mereka. Besi-besi penyangga yang menjadi penopang utama sudah berkarat dan terkikis akibat terpaan panas dan hujan.
Foto dan Teks : KORAN SINDO/ASTRA BONARDO
(sra)