SKK Migas - INPEX Menjaga Warisan Leluhur di Kepulauan Tanimbar

Selasa, 01 Maret 2022 - 05:02 WIB
Fransiskus Handoko, M.Sc, Widyaswara dari Kementrian Pariwisata (Baju merah).
click to zoom
Jecklyn F. Siletty, Ketua LSM PITA (paling kanan) beserta kelompok tenun dan desa dalam lokasi rumah tenun ATBM, Desa Amdasa
click to zoom
Galery yang baru diresmikan sebagai tempat promosi tenun ikat dan produk turunan di Desa Amdasa, Kab. Kepulauan Tanimbar
click to zoom
Kegiatan ceremony pembukaan galery tenun Batlolonar di Balai Desa Amdasa
click to zoom
Jakarta - Indonesia dikenal sangat kaya akan budaya yang merupakan warisan leluhur turun-temurun, salah satunya di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, sebuah Kabupaten baru di Maluku yang berbatasan langsung dengan negara Kangguru Australia. Salah satu aset budayanya yang telah merambah dunia luar adalah tenun yang terus dipertahankan dari waktu ke waktu. Kain tenun yang semula berupa kain tenun godokan telah berubah dengan cara penenunan melalui ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) dengan kualitas yang tak kalah dengan tenun godokan, namun harga lebih terjangkau.

Melihat perkembangan kain tenun yang semakin merambah dunia, INPEX Masela melalui Social Investment Indonesia dan LSM PITA selaku partner kegiatan pemberdayaannya mulai membina kelompok tenun di Desa Amdasa dan mengembangkan produk tenun godokan maupun ATBM dengan harapan kelompok masyarakat yang kemudian tergabung dalam BUMDes bisa mandiri dengan produk turunan tenun tersebut.

Bertepatan dengan rapat koordinasi Dinas Pariwisata se-Provinsi Maluku (Sabtu, 25/02), sejumlah produk turunan kain tenun godokan maupun ATBM dipamerkan di Vila bukit Indah Saumlaki. Pameran yang melibatkan seluruh kabupaten/kota di Maluku itu menghadirkan Staf Kementerian Pariwisata Fransiskus Handoko, Kadis Pariwisata Ekonomi dan Kreatif Provinsi Maluku Max Pattinama, Kepala Bappeda Provinsi Maluku Anton Lailosa, Para Kadis Pariwisata se-Kabupaten/Kota di Maluku dan stakeholder lainnya. Kepala Bappeda Provinsi Maluku Anton Lailosa kepada media menyampaikan bahwa rapat koordinasi ini diharapkan dapat merumuskan point-point penting yang akan dibawa ke tingkat nasional.

"Forum seperti ini diharapkan dapat memberi semangat dan wawasan lebih bagi kami sebagai perencana pembangunan bersama masyarakat di Kepulauan Tanimbar dalam membangun daerah ini", jelas Anton Lailosa Sementara itu Kepala dinas pariwisata ekonomi kreatif Provinsi Maluku Max Pattinama dalam keterangannya mengatakan, “Pariwisata merupakan sektor yang menghelat sektor lainnya, sehingga pemerintah pusat diharapkan lebih fokus untuk mengembangkan pariwisata sebagai sektor lokomotif karena terbukti jika pariwisata menimbulkan dampak positif sekaligus multi flyer effect bagi sektor lain. Terhitung sejak 01 Januari hingga 31 Desember 2021, kita telah menyumbang devisa sebesar Rp1,33 triliun sehingga kemiskinan mengalami penyusutan satu digit dari 17% menjadi 16%" ujar Pattinama.

Di tempat terpisah staf kementerian Pariwisata Fransiskus Handoko mengaku kagum atas antusiasme pemerintah daerah di tingkat Kabupaten, provinsi dan bahkan masyarakat, di mana potensi alam tidak hanya menjadi satu-satunya anugerah, namun semua potensi yang ada dapat meningkatkan derajat ekonomi sosial dan menjadi kebanggaan tersendiri. "Saya melihat bahwa ini luar biasa kekompakan yang dibangun, karena itu perlu kita apresiasi. Ini awal yang baik di mana Pemerintah provinsi Maluku dan pemerintah kabupaten/kota melakukan rapat koordinasi dapat ditetapkan poin-poin penting untuk digodok baik di tingkat nasional maupun internasional melalui persiapan-persiapan awal" ucap Handoko.

Sementara itu Kepala dinas pariwisata ekonomi dan kreatif Kepulauan Tanimbar Herman Joseph Lerebulan mengatakan, potensi budaya di Tanimbar sangat kaya, tidak hanya sebatas kain tenun, namun pakaian berbahan kulit kayu yang saat ini sudah mulai punah, alat musik gambus yang belakangan nyaris tidak terdengar, perlu diangkat dan dikembangkan lagi. Kata-kata sapaan di berbagai daerah di Tanimbar juga nyaris hilang karena itu perlu dipertahankan dan dikembangkan. "Ciri-ciri Tanimbar itu ada 3 aspek, pertama holistik atau segala sesuatu berasal dari Tuhan, natural yang berarti akan semesta harus dijaga dan misticaly atau peninggalan budaya leluhur yang perlu diangkat kembali yang bersifat mistik", tegas Herman.

Kegiatan pameran dilanjutkan dengan peresmian Galeri Batlolonar - kelompok tenun khas Tanimbar di Desa Amdasa. Usai peresmian, rombongan disambut Pemerintah Desa Amdasa, Kecamatan Wertamrian, Bonefasius Batmyanik. Dalam sambutannya Batmyanik berharap ada angin segar dari kunjungan yang dilakukan rombongan, "Saya berharap kehadiran Bapak Kadis Pariwisata Provinsi Maluku bisa membawa perubahan berarti di desa ini, baik di saat ini maupun di waktu- waktu yang akan datang" papar Bonefasius singkat.

Sementara itu Sr. Manager communications and relations INPEX Masela Ltd Puri Minari mengatakan, meski INPEX belum beroperasi bahkan belum melaksanakan aktifitas migas yang berarti, INPEX Masela melihat bahwa lisensi sosial merupakan suatu hal yang fundamental dan perlu perhatian serius sehingga INPEX tetap komitmen dalam melaksanakan kegiatan untuk memperoleh lisensi sosial sejak dini melalui kepercayaan, penerimaan dan dukungan masyarakat sekitar. "Kegiatan yang dinamakan Investasi Sosial (Social Investment) tersebut sudah berlangsung sejak lama, bahkan di saat INPEX belum banyak melakukan aktifitas di bumi Duan lolat" jelas Puri Minari.

Dalam implementasinya, INPEX menekankan pada dua pokok pendekatan yang meliputi pertama melibatkan desainer skala nasional dalam proses pelatihan yakni Samuel Wattimena dan Wingyo Rahadi. Keterlibatan desainer dimaksudkan untuk mendapat hasil end to end, yakni melakukan pendampingan dan pelatihan sekaligus berkontribusi dan bertanggung jawab dalam memperkenalkan tenun Tanimbar ke pasar dengan menggunakan jejaring (networking) yang mereka miliki.

Kedua, INPEX sangat menyadari bahwa program semacam ini akan menciptakan ketergantungan dan jauh dari hasil yang berkelanjutan (sustainability result) jika tidak melibatkan stakeholders lain untuk turut serta. Untuk itu dalam rangka melebarkan kontribusi serta membuka peluang adanya upaya berkelanjutan, INPEX berupaya secara proaktif untuk melibatkan pemangku kepentingan lain dalam upaya mengembangkan tenun ikat Tanimbar. Adanya upaya sinergi dan kolaborasi diyakini INPEX akan semakin memperkaya dan memperkokoh upaya multi-stakeholders dalam merevitalisasi tenun Tanimbar sebagai budaya lokal KKT sekaligus mengembangkan tenun Tanimbar sebagai salah satu kegiatan ekonomi kreatif KKT khususnya bagi para penenun.

Pemilihan Desa Amdasa sebagai salah satu lokasi bukan tanpa alasan. Sikap proaktif pemerintah desa dalam mendukung program ini menjadi alasan utama mengapa desa ini terpilih. Pemerintah Desa Amdasa sangat mendukung program ini dengan menyediakan secara cuma-cuma lahan dan bahkan membangun workshop tempat para penenun dapat melalukan kegiatannya dengan nyaman dan aman. "Tak hanya itu, galery yang hari ini kita resmikan, lokasi galeri ini merupakan upaya PemDes dalam menyediakan lahan karena mereka sadar perlu adanya tempat untuk mempromosikan hasil tenunan mereka kepada para tourist yang sedang berkunjung ke Kepulauan Tanimbar." imbuhnya. Puri Minari berharap semoga daya dan upaya yang dilakukan INPEX dapat diterima dan dirasakan manfaatnya tidak saja masyarakat penenun namun masyarakat KKT dan Maluku pada umumnya.
(sra)
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More