Setuju Tunda Pemilu, Petani Sidoarjo Pertanyakan Perhatian Partai kala Pandemi
Senin, 21 Maret 2022 - 15:45 WIB
JAKARTA-- Hiruk pikuk wacana penundaan Pemilu tak hanya dibicarakan kalangan elit dan masyarakat yang melek politik. Petani tambak bandeng dan udang Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, pun turut menyorotinya.
Dengan membentangkan spanduk bertuliskan tangan, mereka minta elit politik lebih peduli nasib rakyat serta tidak hanya memikirkan Pemilu. "Pemilu untuk siapa? Kami butuh makan, bukan Pemilu" demikian bunyi tulisan spanduk tersebut.
Perwakilan petani Sugeng Ashari (44), mengatakan pihaknya sengaja menyuarakan hal tersebut lantaran kesal dengan perilaku elit yang seolah menutup mata dengan kondisi ekonomi masyarakat. Padahal, sambungnya, selama pandemi pendapatan mereka anjlok hingga 50 persen.
“Sekarang permintaan ikan mulai naik, tapi belum normal seperti dulu,” kata Sugeng, Senin (21/3), dalam siaran persnya kepada media.
Dia menuturkan, sejak pandemi tidak ada satu pun partai politik yang memberikan perhatian serius terhadap nasib mereka. Sekalipun ada yang datang, hal itu hanya dalam rangka kunjungan biasa.
“Ramainya pas pemilihan, minta dukungan. Lha, ini belum apa-apa sudah mau Pemilu lagi,” ujarnya.
Menurut Ashari, masyarakat tidak anti terhadap Pemilu. Namun, lanjutnya, akan lebih baik jika saat ini elit politik mencari solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. "Kalau cuma datang minta dukungan, setelah itu pergi buat apa Pemilu,” tegas Ashari.
Hal senada disampaikan Suwanto (46). Pemilu yang identik dengan urusan dukung-mendukung dianggap bukanlah solusi atas permasalahan yang ada. Masyarakat juga tidak akan dirugikan dengan penundaan Pemilu.
“Tidak ada ruginya, wong cuma begitu, dijanji-janji, suruh nyoblos, habis itu tak ada kabar," ungkap Suwanto.
Sebaliknya, ia menilai masyarakat justru dirugikan jika Pemilu dilaksanakan di tengah kondisi pandemi. Pasalnya, elit politik akan fokus berkampanye untuk meraih dukungan masyarakat.
“Di mana-mana yang diomongin politik. Belum lagi pendukungnya, masih-masing punya jago,” tuturnya.
Yang lebih penting lagi, tambah Suwanto, Pemilu dapat membelah masyarakat ke dalam kubu tertentu sehingga suasana harmonis yang sangat diperlukan dalam mengatasi pandemi bisa terganggu. "Jangan sampai terjadi lah," pungkasnya.
Dengan membentangkan spanduk bertuliskan tangan, mereka minta elit politik lebih peduli nasib rakyat serta tidak hanya memikirkan Pemilu. "Pemilu untuk siapa? Kami butuh makan, bukan Pemilu" demikian bunyi tulisan spanduk tersebut.
Perwakilan petani Sugeng Ashari (44), mengatakan pihaknya sengaja menyuarakan hal tersebut lantaran kesal dengan perilaku elit yang seolah menutup mata dengan kondisi ekonomi masyarakat. Padahal, sambungnya, selama pandemi pendapatan mereka anjlok hingga 50 persen.
“Sekarang permintaan ikan mulai naik, tapi belum normal seperti dulu,” kata Sugeng, Senin (21/3), dalam siaran persnya kepada media.
Dia menuturkan, sejak pandemi tidak ada satu pun partai politik yang memberikan perhatian serius terhadap nasib mereka. Sekalipun ada yang datang, hal itu hanya dalam rangka kunjungan biasa.
“Ramainya pas pemilihan, minta dukungan. Lha, ini belum apa-apa sudah mau Pemilu lagi,” ujarnya.
Menurut Ashari, masyarakat tidak anti terhadap Pemilu. Namun, lanjutnya, akan lebih baik jika saat ini elit politik mencari solusi atas masalah yang dihadapi masyarakat. "Kalau cuma datang minta dukungan, setelah itu pergi buat apa Pemilu,” tegas Ashari.
Hal senada disampaikan Suwanto (46). Pemilu yang identik dengan urusan dukung-mendukung dianggap bukanlah solusi atas permasalahan yang ada. Masyarakat juga tidak akan dirugikan dengan penundaan Pemilu.
“Tidak ada ruginya, wong cuma begitu, dijanji-janji, suruh nyoblos, habis itu tak ada kabar," ungkap Suwanto.
Sebaliknya, ia menilai masyarakat justru dirugikan jika Pemilu dilaksanakan di tengah kondisi pandemi. Pasalnya, elit politik akan fokus berkampanye untuk meraih dukungan masyarakat.
“Di mana-mana yang diomongin politik. Belum lagi pendukungnya, masih-masing punya jago,” tuturnya.
Yang lebih penting lagi, tambah Suwanto, Pemilu dapat membelah masyarakat ke dalam kubu tertentu sehingga suasana harmonis yang sangat diperlukan dalam mengatasi pandemi bisa terganggu. "Jangan sampai terjadi lah," pungkasnya.
(sra)