Foto Cerita : Hantu Itu Bernama Tanah Bergerak
Senin, 22 Agustus 2022 - 12:00 WIB
“Kretek, kretek, kretek,” suara menyeramkan itu terdengar dari bangunan atau tembok yang sedikit demi sedikit retak dan runtuh di salah satu rumah warga di Kampung Cihuni, Desa Curugpanjang, Kabupaten Lebak akibat bencana pergerakan tanah.
Sedikitnya 43 rumah warga rusak dan satu sekolah madrasah beserta sebuah mushola amblas yang mengakibatkan sedikitnya 173 warga yang tinggal di daerah tersebut terpaksa pindah ke tenda pengungsian yang beralaskan plastik. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sedikitrnya empat rumah roboh total.
Kejadian tersebut berawal dari salah satu ruang kelas dan ruang perpustakaan MTs Ar Ribathiyah yang amblas sedalam 15 meter pada awal bulan Februari 2022 lalu.
Semakin lama, tanah semakin amblas kedalam bahkan hanya dalam satu bulan saja kedalamannya mencapai 40 meter ke bawah tanah sehingga merembes pada pemukiman warga yang berdekatan dengan sekolah tersebut yang juga ikut terdampak.
Kini warga yang tinggal di daerah tersebut dihantui rasa takut akibat sering terdengar suara “kretek, kretek, kretek” suara gesekan dinding bangunan rumah yang ditempati warga kampung Cihuni. Kampung yang semula penuh dengan keriangan dan keceriaaan, kini penuh dengan kewaspadaan jangan sampai pergerakan tanah susulan terjadi kembali secara tiba-tiba.
Warga juga harus bergantian menjaga kampung mereka karena sebagian besar dari rumah-rumah telah ditinggalkan oleh penghuninya dan mereka terpaksa tinggal sementara di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat. Meski ada sebagian warga yang mengungsi di rumah sanak keluarga dan ada juga yang membuat tenda di halaman rumah mereka untuk tinggal sekaligus menjaga barang-barang berharga yang ada di rumah mereka.
Mereka saat ini hanya menunggu realisasi rencana pemerintah yang akan merelokasi warga yang terdampak tanah bergerak tersebut di lahan seluas 6.000 meter di Kampung Curugseeng yang telah diteliti oleh Badan Geologi Kementerian ESDM dan sudah dinyatakan layak untuk ditempati.
Bagi warga, dimana pun tempat relokasinya, bukanlah masalah yang penting kecerian dan rasa aman kembali dirasakan oleh warga di kampung Cihuni.
Foto : Muhammad Bagus Khoirunas
Editor : Yusran Uccang
Sedikitnya 43 rumah warga rusak dan satu sekolah madrasah beserta sebuah mushola amblas yang mengakibatkan sedikitnya 173 warga yang tinggal di daerah tersebut terpaksa pindah ke tenda pengungsian yang beralaskan plastik. Meskipun tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut, namun sedikitrnya empat rumah roboh total.
Kejadian tersebut berawal dari salah satu ruang kelas dan ruang perpustakaan MTs Ar Ribathiyah yang amblas sedalam 15 meter pada awal bulan Februari 2022 lalu.
Semakin lama, tanah semakin amblas kedalam bahkan hanya dalam satu bulan saja kedalamannya mencapai 40 meter ke bawah tanah sehingga merembes pada pemukiman warga yang berdekatan dengan sekolah tersebut yang juga ikut terdampak.
Kini warga yang tinggal di daerah tersebut dihantui rasa takut akibat sering terdengar suara “kretek, kretek, kretek” suara gesekan dinding bangunan rumah yang ditempati warga kampung Cihuni. Kampung yang semula penuh dengan keriangan dan keceriaaan, kini penuh dengan kewaspadaan jangan sampai pergerakan tanah susulan terjadi kembali secara tiba-tiba.
Warga juga harus bergantian menjaga kampung mereka karena sebagian besar dari rumah-rumah telah ditinggalkan oleh penghuninya dan mereka terpaksa tinggal sementara di tenda-tenda pengungsian yang disiapkan pemerintah setempat. Meski ada sebagian warga yang mengungsi di rumah sanak keluarga dan ada juga yang membuat tenda di halaman rumah mereka untuk tinggal sekaligus menjaga barang-barang berharga yang ada di rumah mereka.
Mereka saat ini hanya menunggu realisasi rencana pemerintah yang akan merelokasi warga yang terdampak tanah bergerak tersebut di lahan seluas 6.000 meter di Kampung Curugseeng yang telah diteliti oleh Badan Geologi Kementerian ESDM dan sudah dinyatakan layak untuk ditempati.
Bagi warga, dimana pun tempat relokasinya, bukanlah masalah yang penting kecerian dan rasa aman kembali dirasakan oleh warga di kampung Cihuni.
Foto : Muhammad Bagus Khoirunas
Editor : Yusran Uccang
(sra)