TGB HM Zainul Majdi Hadiri Dialog Kebangsaan DPW Partai Perindo Sumut
Sabtu, 10 September 2022 - 10:30 WIB
Politik uang atau money politic menjadi sesuatu yang dianggap lumrah saat ini. Hal ini membuat biaya politisi di Indonesia begitu tinggi.
Pernyataan ini muncul dari anggota Forum Dai dan Ustad Muda Medan Sugiarto yang disampaikan kepada Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo TGB HM Zainul Majdi dalam acara Dialog Kebangsaan yang digelar oleh DPW Partai Perindo Sumatera Utara.
"Gimana ketika masuk dalam kelompok (partai politik) dapat mendahulukan kemaslahatan umat. Kondisi hari ini selalu mendahulukan partai baru rakyat," katanya, Jumat malam (9/9).
TGB mengatakan, berbicara mengenai politik uang tak dapat hanya dilihat satu faktor. Munculnya politik uang memungkinkan terjadi karena tak menghadirkan gagasan. Memandang politik secara pragmatis.
"Politik itu bukan bikin bakso, malam dibuat pagi dimakan. Atau seperti menanam jagung, tanam sekarang tiga bulan panen," ucapnya.
Ulama Ahli Tafsir Alquran ini mengibaratkan berpolitik ini seperti menanam Pohon Jati. Setelah ditanam, butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan kayu.
Maka politisi datang bukan bicara mengenai uang, sebaliknya bicara ide dan gagasan. Mengajak masyarakat bersama-sama berkontribusi untuk Indonesia.
"Saya berani mendebat itu (politik uang). Kalau anda datang dengan gaya membawa uang, maka uang lah yang ditunggu masyarakat," urainya.
TGB pun mengisahkan pengalamannya saat maju periode pertama sebagai Gubernur NTB pada Tahun 2008. Saat itu ia menghadapi calon kuat yang juga petahana serta koalisi dari partai besar.
Ia membuktikan bila kerja politik adalah kerja panjang. Keterlibatannya di masyarakat selama ini seolah mengkompensasi uang.
"Atribut yang buat masyarakat. Mereka berlomba membantu saya," kisahnya.
Cucu Pahlawan Nasional TGKH M Zainuddin Abdul Madjid ini pun mengkritik soal politik uang yang kerap muncul di ruang publik. Menghabiskan biaya cukup besar. Padahal, ada pula yang berpolitik dengan gagasan, tak melulu menjadikan uang sebagai ukuran.
"Cuma yang muncul kan politisi ini habis sekian miliar, yang itu sekian miliar. Politisi yang tak habiskan uang banyak jarang diceritakan," tutupnya.
Pernyataan ini muncul dari anggota Forum Dai dan Ustad Muda Medan Sugiarto yang disampaikan kepada Ketua Harian Nasional DPP Partai Perindo TGB HM Zainul Majdi dalam acara Dialog Kebangsaan yang digelar oleh DPW Partai Perindo Sumatera Utara.
"Gimana ketika masuk dalam kelompok (partai politik) dapat mendahulukan kemaslahatan umat. Kondisi hari ini selalu mendahulukan partai baru rakyat," katanya, Jumat malam (9/9).
TGB mengatakan, berbicara mengenai politik uang tak dapat hanya dilihat satu faktor. Munculnya politik uang memungkinkan terjadi karena tak menghadirkan gagasan. Memandang politik secara pragmatis.
"Politik itu bukan bikin bakso, malam dibuat pagi dimakan. Atau seperti menanam jagung, tanam sekarang tiga bulan panen," ucapnya.
Ulama Ahli Tafsir Alquran ini mengibaratkan berpolitik ini seperti menanam Pohon Jati. Setelah ditanam, butuh bertahun-tahun untuk mendapatkan kayu.
Maka politisi datang bukan bicara mengenai uang, sebaliknya bicara ide dan gagasan. Mengajak masyarakat bersama-sama berkontribusi untuk Indonesia.
"Saya berani mendebat itu (politik uang). Kalau anda datang dengan gaya membawa uang, maka uang lah yang ditunggu masyarakat," urainya.
TGB pun mengisahkan pengalamannya saat maju periode pertama sebagai Gubernur NTB pada Tahun 2008. Saat itu ia menghadapi calon kuat yang juga petahana serta koalisi dari partai besar.
Ia membuktikan bila kerja politik adalah kerja panjang. Keterlibatannya di masyarakat selama ini seolah mengkompensasi uang.
"Atribut yang buat masyarakat. Mereka berlomba membantu saya," kisahnya.
Cucu Pahlawan Nasional TGKH M Zainuddin Abdul Madjid ini pun mengkritik soal politik uang yang kerap muncul di ruang publik. Menghabiskan biaya cukup besar. Padahal, ada pula yang berpolitik dengan gagasan, tak melulu menjadikan uang sebagai ukuran.
"Cuma yang muncul kan politisi ini habis sekian miliar, yang itu sekian miliar. Politisi yang tak habiskan uang banyak jarang diceritakan," tutupnya.
(sra)