Menyusuri Legenda Putri Dayang Merindu di Goa Putri
Selasa, 11 Oktober 2022 - 10:27 WIB
Selain memiliki banyak air terjun, Sumatera Selatan juga ternyata menyimpan pesona alam lainnya. Salah satunya yakni Goa Putri yang berada di Desa Padang Bindu Kecamatan Semidang Aji Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Goa eksotis yang terletak 35 kilometer dari Kota Baturaja Kabupaten OKU tersebut merupakan jejak Kerajaan Ogan. Bahkan, menurut legenda masyarakat OKU, goa tersebut terbentuk karena kutukan Sipahit Lidah.
Sipahit Lidah ini adalah seorang tokoh sakti yang terkenal di Sumatera bagian selatan. Konon, dahulu hidup seorang putri yang bernama Dayang Merindu, seorang selir dari Prabu Amir Rasyid, penguasa Kerajaan Ogan. Menurut cerita, suata saat sang putri mandi di muara Sungai Semuhun pada pagi hari, melintaslah Sipahit Lidah dan berhasrat menyapa putri yang jelita itu.
Namun, keberadaannya tak dihiraukan Dayang Merindu. Merasa tidak dihiraukan, membuat Sipahit Lidah meradang dan berucap, Sombong sekali putri ini, diam seperti batu.
Sesaat kemudian, Dayang Merindu membeku menjelma menjadi batu. Kemudian, Sipahit Lidah menuju desa tempat tinggal Dayang Merindu. Desa itu tampak sepi, Sipahit Lidah pun bergumam, Betapa sepinya desa ini, tak ubahnya sebuah goa.
Desa itu pun kemudian berubah menjadi goa. Goa Putri yang terletak di Bukit Barisan di Desa Padang Bindu ini memiliki panjang 159 meter, lebar 8 hingga 20 meter, dengan ketinggian mencapai 20 meter.
Di dalamnya mengalir Sungai Semuhun, anak Sungai Ogan, yang mengalir dari arah barat ke timur. Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di sini.
Saat akan masuk, pengunjung dianjurkan mengetuk pintu gua sebanyak tiga kali, yang menandakan salam untuk para leluhur. Di bagian dalam yang temaram dan berhawa sejuk, pengunjung akan mendengar gemercik aliran sungai yang ikut mengiringi selama perjalanan.
Warga meyakini bahwa bagian sungai yang berada di dalam goa merupakan pemandian para putri kerajaan. Mereka juga percaya, air sungai ini membuat awet muda. Tak jarang pengunjung mandi atau sekadar membasuh muka di sini.
Selain stalaktit dan stalakmit dengan beragam bentuk yang memesona, tatanan batu di bagian dalam pun sangat menarik. Batu-batu tersebut secara alami terbentuk menyerupai tempat peristirahatan, singgasana, pedapuran untuk memasak, dan pembaringan (Dayang Merindu) yang di bawahnya mengalir air Sungai Semuhun.
Di bagian ujung, ada sebuah gua yang bernama Goa Penjagaan. Di sudut Goa Penjagaan terdapat sebuah lubang dan di sisi kirinya tampak bongkahan menyerupai dua ekor harimau. Konon, kedua harimau itu adalah penjaga di kala putri sedang mandi. Berkunjung ke Goa Putri, wisatawan hanya dikenai tiket masuk seharga Rp2.500 untuk anak sekolah dan Rp5.000 untuk orang dewasa. Sedangkan biaya parkir motor sebesar Rp2.000 dan Rp5.000 untuk minibus.
Goa eksotis yang terletak 35 kilometer dari Kota Baturaja Kabupaten OKU tersebut merupakan jejak Kerajaan Ogan. Bahkan, menurut legenda masyarakat OKU, goa tersebut terbentuk karena kutukan Sipahit Lidah.
Sipahit Lidah ini adalah seorang tokoh sakti yang terkenal di Sumatera bagian selatan. Konon, dahulu hidup seorang putri yang bernama Dayang Merindu, seorang selir dari Prabu Amir Rasyid, penguasa Kerajaan Ogan. Menurut cerita, suata saat sang putri mandi di muara Sungai Semuhun pada pagi hari, melintaslah Sipahit Lidah dan berhasrat menyapa putri yang jelita itu.
Namun, keberadaannya tak dihiraukan Dayang Merindu. Merasa tidak dihiraukan, membuat Sipahit Lidah meradang dan berucap, Sombong sekali putri ini, diam seperti batu.
Sesaat kemudian, Dayang Merindu membeku menjelma menjadi batu. Kemudian, Sipahit Lidah menuju desa tempat tinggal Dayang Merindu. Desa itu tampak sepi, Sipahit Lidah pun bergumam, Betapa sepinya desa ini, tak ubahnya sebuah goa.
Desa itu pun kemudian berubah menjadi goa. Goa Putri yang terletak di Bukit Barisan di Desa Padang Bindu ini memiliki panjang 159 meter, lebar 8 hingga 20 meter, dengan ketinggian mencapai 20 meter.
Di dalamnya mengalir Sungai Semuhun, anak Sungai Ogan, yang mengalir dari arah barat ke timur. Banyak hal menarik yang bisa ditemukan di sini.
Saat akan masuk, pengunjung dianjurkan mengetuk pintu gua sebanyak tiga kali, yang menandakan salam untuk para leluhur. Di bagian dalam yang temaram dan berhawa sejuk, pengunjung akan mendengar gemercik aliran sungai yang ikut mengiringi selama perjalanan.
Warga meyakini bahwa bagian sungai yang berada di dalam goa merupakan pemandian para putri kerajaan. Mereka juga percaya, air sungai ini membuat awet muda. Tak jarang pengunjung mandi atau sekadar membasuh muka di sini.
Selain stalaktit dan stalakmit dengan beragam bentuk yang memesona, tatanan batu di bagian dalam pun sangat menarik. Batu-batu tersebut secara alami terbentuk menyerupai tempat peristirahatan, singgasana, pedapuran untuk memasak, dan pembaringan (Dayang Merindu) yang di bawahnya mengalir air Sungai Semuhun.
Di bagian ujung, ada sebuah gua yang bernama Goa Penjagaan. Di sudut Goa Penjagaan terdapat sebuah lubang dan di sisi kirinya tampak bongkahan menyerupai dua ekor harimau. Konon, kedua harimau itu adalah penjaga di kala putri sedang mandi. Berkunjung ke Goa Putri, wisatawan hanya dikenai tiket masuk seharga Rp2.500 untuk anak sekolah dan Rp5.000 untuk orang dewasa. Sedangkan biaya parkir motor sebesar Rp2.000 dan Rp5.000 untuk minibus.
(sra)