Merajut Nusantara Bakti Kominfo : Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global

Kamis, 13 Oktober 2022 - 15:21 WIB
Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Webinar Merajut Nusantara dengan menghadirkan narasumber, H.Muhammad Farhan, S.E (Anggota DPR RI Komisi 1 Fraksi NasDem), Prof. Dr. Henri Subiakto (Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga) dan Muhammad Anwar (koordinator JPPR DKIJakarta) dengan tema Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan Live Youtube.
click to zoom
Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Webinar Merajut Nusantara dengan menghadirkan narasumber, H.Muhammad Farhan, S.E (Anggota DPR RI Komisi 1 Fraksi NasDem), Prof. Dr. Henri Subiakto (Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga) dan Muhammad Anwar (koordinator JPPR DKIJakarta) dengan tema Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan Live Youtube.
click to zoom
Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Webinar Merajut Nusantara dengan menghadirkan narasumber, H.Muhammad Farhan, S.E (Anggota DPR RI Komisi 1 Fraksi NasDem), Prof. Dr. Henri Subiakto (Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga) dan Muhammad Anwar (koordinator JPPR DKIJakarta) dengan tema Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan Live Youtube.
click to zoom
JAKARTA-- Badan Aksebilitas Telekomunikasi dan Informasi Kementrian Komunikasi dan Informasi (Bakti Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Webinar Merajut Nusantara dengan menghadirkan narasumber, H.Muhammad Farhan, S.E (Anggota DPR RI Komisi 1 Fraksi NasDem), Prof. Dr. Henri Subiakto (Guru Besar Komunikasi Universitas Airlangga) dan Muhammad Anwar (koordinator JPPR DKIJakarta) dengan tema "Masyarakat Cakap Digital Indonesia Mampu Hadapi Tantangan Global” secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan Live Youtube.

Dalam pemaparannya H, Muhammad Farhan, S.E. mengutarakan bahwa Pertumbuhan internet dipengaruhi karena adanya perkembangan dan pemanfaatan layanan layanan digital dalam bentuk aplikasi base rata rata seperti ecommerce.

"Pemanfaatan internet di indonesia berdasarkan data dari APJII mengungkapkan ada sembilan alasan utama seseorang menggunakan internet, yaitu, mengakses media sosial, seperti Facebook, WhatsApp, Telegram, Line, Twitter, Instagram, dan YouTube sebanyak 98,02 persen, mengakses informasi/berita sebanyak 92,21 persen, bekerja atau bersekolah dari rumah sebanyak 90,21 persen, mengakses layanan publik sebanyak 84,9 persen,menggunakan layanan e-mail sebanyak 80,7 persen, melakukan transaksi online sebanyak 79 persen, mengakses konten hiburan sebanyak 77,25 persen, mengakses transportasi online sebanyak 76,47 persen, mengakses layanan keuangan sebesar 72,32 persen," kata Farhan, Kamis (13/10).

Data-data tersebut menunjukan bawahsaat ini, pemanfaatan internet sudah lebih dari sekedar alat atau sarana hiburan semata, perkembangan teknologi informasi membuat konektivitas menjadi sangat luas dalam segala hal, mulai dari bisnis, manusia, sistem, hingga perangkat atau mesin, dapat terhubung secara real time.

"Hal ini pada akhirnya memaksa kita sebagai warga digital untuk wajib memiliki kemampuan untuk memahamidan menguasai penggunaan teknologi-teknologi baru (perangkat lunak/keras) dalam menunjang aktivitas sehari-hari," ujarnya.

Pada materi kedua yang disampaikan oleh Prof. Dr. Henri Subiakto menyampaikan bahwa ketikakita menggunakan internet, maka kita secara teknologi terkoneksi, secara budaya dan ekonomi kita akan terkoneksi. Artinya dalam konteks seperti ini kalau kita sudah menggunakan internet kita punyaopportunity memanfaatkanya untuk kepentingan yang lebih luas, untuk kepentingan sosial kita akanpunya jejaring atau borderless yang luas sampai seluruh dunia.

"Kita juga bisa mengembangkan bisniseccommers atau bisnis yg berbasis teknologi digital dengan siapapun yang menggunakan teknologi digital," tandas Henri.

Era globalisasi sejak dulu sudah ada, namun masih membutuhkan waktu untuk berhubungan dengan orang lain yang jauh dari negara kita, artinya globalisasi sudah ada sejak lama, bahkan sejak masa adanya VOC sebenarnya sudah ada globalisasikarena ada kekuatan kapitalis dari eropa dan belanda yang masuk ke indonesia.

Namun berbeda dengan globalisasi sekarang karena globalisasi jaman dahulu lebih ke arah fisik sifatnya sedangkan sekarang sifatnya diluar fisik, secara teknologi juga global, apapun yang kita buat sekarang dalam konteks komunikasi ataupun ekonomi digital itu semua bisa mengglobal dengan sangat cepat, karena tidak lagi terbatas olehruang dan waktu.

Pada materi yang terakhir disampaikan oleh Muhammad Anwar diantaranya ancaman globalisasi dan masa depan demokrasi di Indonesia, terkait globalisasi ada empay aspek yang telah dibuat oleh IMF tahun 2000 yaitu, perdagangan dan transaksi, pergerakan modal dan investasi, migrasi danperpindahan manusia, pembebasan ilmu pengetahuan.

"Terkait aspek aspek globalisasi, bahwasanya globalisasi ini telah terjadi lebih dahulu, istilah ini lebih populer pada tahun 2000an karena batasan antar negara dan juga batasan demografis yang sudah tidak terpengaruh, dengan adanya teknologi, sehingga globalisasi ini membuat hubungan satu dengan lainnya baik negara maupun masyarakat bisa mengakses informasi di negara lainnya dan juga bisa bekerja sama dari empat aspek ini hampir seluruh dunia menerapkan empat aspek ini, kecuali beberapa negara yang membatasi dan memiliki kebijakan negara nya yang menutup akses dengan negara lain seperti negara korea utara," ujar Anwar.

Globalisasi ini memiliki dampak terhadap demokrasi bisa berupa peluang atau bahkan bisa menjadi ancaman, untuk mengukur hal tersebut apakah termasuk peluang atau ancaman bisa melalui dua prinsip yang bisa di terapkan: yang pertama adalah prinsip otonomi yang mengandung pengertiankemampuan manusia untuk melakukan pertimbangan secara sadar diri, melakukan perenungan diri, dan melakukan penentuan diri. Otonomi mencakup kemampuan untuk berunding, mempertimbangkan, memilih, dan melakukan (atau mungkin tidak melakukan) tindakan yang berbeda baik dalam kehidupan pribadi maupun kehidupan publik dengan memahami kebaikan demokrasi atau kebaikan umum.

"Prinsip otonomi ini mengandung dua gagasan pokok. Pertama, rakyat seharusnya memegang peranan penentuan diri. Kedua, pemerintahan demokratis harus menjadi pemerintahan yang terbatas, yaitu pemerintahan yang menjunjung tinggi kekuasaan yang dibatasi secara resmi. Yang kedua adalah prinsip Kesetaraan merujuk pada konsepsi politik bahwa individu harus mempunyai kesamaan politik yang setara agar proses politik berjalan demokratis," ungkap Anwar.
(sra)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More