Alumni Swedia Gaungkan Kolaborasi Fashion Berkelanjutan

Selasa, 20 Desember 2022 - 08:21 WIB
Alumni Swedia menggagas kolaborasi antara korporasi dan komunitas untuk mengembangkan berbagai inisiatif industri fashion yang lebih berkelanjutan di Indonesia pada masa depan. Gagasan tersebut terungkap pada acara SI Green Fashion Day yang dihelat oleh Alumni Swedia bersama Swedish Institute, di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (17/12) sore.
click to zoom
Alumni Swedia menggagas kolaborasi antara korporasi dan komunitas untuk mengembangkan berbagai inisiatif industri fashion yang lebih berkelanjutan di Indonesia pada masa depan. Gagasan tersebut terungkap pada acara SI Green Fashion Day yang dihelat oleh Alumni Swedia bersama Swedish Institute, di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (17/12) sore.
click to zoom
Alumni Swedia menggagas kolaborasi antara korporasi dan komunitas untuk mengembangkan berbagai inisiatif industri fashion yang lebih berkelanjutan di Indonesia pada masa depan. Gagasan tersebut terungkap pada acara SI Green Fashion Day yang dihelat oleh Alumni Swedia bersama Swedish Institute, di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (17/12) sore.
click to zoom
Alumni Swedia menggagas kolaborasi antara korporasi dan komunitas untuk mengembangkan berbagai inisiatif industri fashion yang lebih berkelanjutan di Indonesia pada masa depan. Gagasan tersebut terungkap pada acara SI Green Fashion Day yang dihelat oleh Alumni Swedia bersama Swedish Institute, di Gedung Sarinah, Jakarta, Sabtu (17/12) sore.

Duta Besar Kerajaan Swedia untuk Indonesia, Timor Leste dan ASEAN, Marina Berg, sebagai pembicara kunci mengatakan, “Sepanjang sejarah, mode, dan dorongan untuk mengekspresikan diri melalui mode telah menjadi bagian dari diri kita. Kita melihatnya setiap hari di Indonesia, misalnya dengan corak batik yang indah. Sayangnya, cara kita memproduksi dan mengkonsumsi pakaian sangat tidak berkelanjutan. Sekaranglah waktunya untuk mengadopsi praktik ekonomi sirkular dan bekerja lebih berkelanjutan – untuk kepentingan Swedia, Indonesia, dan seluruh dunia.”

Ketua Alumni Swedia, Dothy, secara terpisah mengungkapkan, bahwa kesadaran pada isu keberlanjutan sebenarnya semakin meningkat di masyarakat. Kondisi tersebut membuat industri tekstil sebagai salah satu penyumbang limbah terbesar semakin disorot. Hal itu diperparah dengan tren ‘fast fashion’ atau pola produksi pabrik penjual dan perilaku konsumerisme pembeli yang berdampak banyaknya sampah sisa fashion di dunia. Termasuk di negara dengan jumlah penduduk besar dalam kondisi ekonomi dan kemampuan konsumsi yang bertumbuh, seperti Indonesia.

“Alumni Swedia didukung Swedish Institute mengajak kolaborasi lintas organisasi, baik korporasi maupun komunitas, untuk meningkatkan kesadaran pada isu penting, inisiatif fashion yang berkelanjutan. Di antaranya Business Sweden, Thread4Hope, KADIN, PLN, Sustainable Fashion ID, Khaya Heritage, dan Sisa Kain Mama. Kami mengajak semua berkolaborasi, berdiskusi, berbagi pengetahuan, kapabilitas, dan sumber daya, untuk menghasilkan dukungan kepada komunitas yang merasa bisa mulai mempraktikan inisiatif fashion berkelanjutan ini,” jelas Dothy.

SI Green Fashion Day yang diadakan menjelang Peringatan Hari Ibu, 22 Desember, juga diisi dengan sejumlah kegiatan menarik. Di antaranya diskusi dengan para pembicara dan moderator perempuan yang bertajuk “Towards A More Sustainable Future: How Can Companies and Communities Shape the Future of Sustainable Fashion?”. Pembicara yang hadir yaitu Jeanny Primasari dari Sustainable Fashion ID dan Khaya Heritage, Sinthya Roesly Ketua Srikandi PLN, Svida Alisjahbana dari KADIN Pemberdayaan Perempuan dan Thread4Hope serta Firman Ardiansyah dari Business Sweden.

Salah satu pembicara, Svida Alisjahbana, CEO dari Thread4Hope, yang juga Ketua Komite Tetap Kesetaraan Gender dari Kamar Dagang Indonesia (KADIN) menekankan kini merupakan momen untuk menghubungkan antara industri kecil menengah, yang kebanyakan pelakunya adalah perempuan, dengan industri fashion secara umum, untuk berkolaborasi dalam inisiatif strategi produksi yang lebih ramah lingkungan. “Misalnya berkolaborasi memintal dan menenun dari sampah industri fashion. Selain itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru dalam proses batik, pewarnaan di antara pengusaha UKM tekstil di Indonesia,” ungkapnya. ThreadforHope ingin mengajak berbagai pihak untuk kolaborasi dan terlibat langsung dengan kegiatan fashion berkelanjutan ini.

Selain diskusi, juga ada lokakarya tentang upcycling atau 'daur naik' / proses menambah masa penggunaan produk yakni memperbaiki pakaian lama menjadi tetap pantas dan nyaman dipakai, dengan instruktur Jane Langking dari Sisa Kain Mama, dan Jeanny yang juga pembicara diskusi.

Vivi Cypta, pehobi fashion paruh baya asal Jakarta Selatan tampak bersemangat mengikuti lokakarya upcycling. "Dari diskusi ini saya jadi tersadarkan jadi seperti merasa berdosa kalau membuang pakaian bekas. Dengan mengikuti workshop upcycling, saya berharap tidak hanya akan mendonasikan pakai bekas ke tempat yang tepat. Tetapi juga siapa tahu bisa mendapatkan manfaat ekonomi dari pakaian upcycling karya saya," ujarnya. Sementara itu, peserta lain, Ameliya Rosita datang ke acara dengan membawa sekantong pakaian layak pakai untuk didonasikan melalui dropbox yang disediakan Alumni Swedia di Sarinah, agar juga mengundang pengunjung mall untuk turut berdonasi.
(sra)
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More