Perjuangkan Inklusivitas, Kelompok Disabilitas Harus Mendapat Hak Setara
Jum'at, 14 April 2023 - 14:38 WIB
Seorang Influencer Disabilitas, Arrohma Sukma, menyampaikan pengalamannya di dunia kerja sebagai seorang difabel. Menurut dia, kelompok difabel masih sulit mencari kerja karena dipandang sebelah mata sebagai seorang disabilitas.
“Waktu itu saya pernah melamar di industri perkapalan, ketika saya diterima, mereka membatalkan karena mereka tahu kaki saya harus diamputasi,” kata Arrohma saat Media Event bertajuk Mendukung Hak Akses Pekerjaan untuk Semua yang diselenggarakan oleh Campaign dan Indika Foundation seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (13/4/2023).
Menurut Arrohma, peraturan pemerintah untuk disabilitas saat ini masih sangat kurang. Banyak fasilitas di dunia kerja yang tidak aksesibel untuk para difabel, khususnya Tuna Daksa seperti dirinya. Selain itu, masyarakat dan penyedia lapangan kerja seringkali menganggap bahwa penyandang disabilitas tidak cekatan, dan tidak tanggap saat bekerja,
Padahal dia meyakini, seorang disabilitas bukan suatu kekurangan, tetapi dengan keadaan ini, justru dapat menjadi kesempatan untuk menggali potensi yang dimiliki.
“Perlu adanya kesadaran serta kampanye lebih lanjut bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap teman-teman disabilitas, mendukung, serta memberikan peluang hak akses pekerjaan yang setara,” imbuh dia
Berangkat dari pengalaman tersebut, Indika Foundation dan Campaign melakukan serangkaian kampanye guna mendukung penyandang disabilitas. Salah satunya adalah SEHATI Project (Social Empowerment in Harmony and Alliance Towards Inclusion) bersama 12 komunitas/organisasi sosial untuk menyelenggarakan kampanye bertema inklusivitas di aplikasi Campaign #ForChange.
Tercatat sebanyak 2.378 supporter mengikuti kampanye ini hingga menghasilkan 10.798 aksi kampanye sosial. Melalui project ini, masyarakat diajak untuk meningkatkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi bagi para penyandang disabilitas.
Salah satu kampanye dalam aksi ini diorganisir oleh Lingkar Sosial Indonesia. Organisasi difabel ini menerbitkan kampanye yang bertajuk ‘Mari Inisiasi Kesehatan Disabilitas dan Reproduksi’.
Lingkar Sosial Indonesia menyampaikan, hasil donasi dari kampanye dipergunakan untuk pelatihan menulis dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi bagi penyandang disabilitas yang dihadiri oleh 20 peserta di Malang, Jawa Timur.
“Selain itu, terdapat pula organisasi anak muda Generasi Pintar. Organisasi yang fokus pada isu kemanusiaan dan kaum marjinal ini membuat kampanye ‘Merakit Inklusi’ yang bertujuan untuk mengajak anak-anak muda menciptakan lingkungan yang inklusif,” ujar Lingkar Sosial Indonesia.
Ahmad Fathul Aziz selaku Engagement Lead dari Campaign, menyebutkan para komunitas/organisasi sosial yang terlibat seperti Lingkar Sosial Indonesia telah melalui berbagai seleksi. Hal ini dilakukan agar kampanye benar-benar berdampak positif, tidak hanya pada masyarakat sekitar, tapi juga berdampak bagi para pendukung kampanyenya,
“Kampanye sosial ini dirancang untuk memberikan pesan yang dapat menumbuhkan kesadaran terhadap isu sosial bagi para pendukungnya. Dampaknya bagi mereka yang menyelesaikan aksi adalah mereka dapat lebih sensitif dan empati terhadap permasalahan kesetaraan, baik itu bagi dirinya sendiri atau pun sekitar,” ungkap Ahmad.
Senada dengan Aziz, Senior Program Officer dari Indika Foundation, William Cahyawan, mengungkapkan, kolaborasi Indika Foundation bersama Campaign tidak hanya sebatas membuat kampanye yang bagus tapi juga dapat menghasilkan dampak nyata.
“Bentuk dukungan INDIKA Foundation untuk Campaign berupa pelatihan untuk (komunitas atau organisasi sosial) agar bisa belajar mengkreasikan program yang tidak hanya bagus, tapi berdampak. Selain itu kerjasama ini juga menciptakan peluang-peluang kolaborasi dan grant dengan komunitas-komunitas yang bertujuan menciptakan sustainable collaboration dengan Campaign,” ujar dia.
Melalui acara ini, diharapkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi dapat tumbuh dan tak berhenti. Sebab isu kesetaraan adalah salah satu fokus dari Campaign.
Sebagai informasi, dalam Aplikasi Campaign #ForChange, pengguna dapat mendukung berbagai kampanye sosial dengan empat fokus isu, meliputi pendidikan, kesehatan, kesetaraan, dan lingkungan.
“Waktu itu saya pernah melamar di industri perkapalan, ketika saya diterima, mereka membatalkan karena mereka tahu kaki saya harus diamputasi,” kata Arrohma saat Media Event bertajuk Mendukung Hak Akses Pekerjaan untuk Semua yang diselenggarakan oleh Campaign dan Indika Foundation seperti dikutip dari siaran pers, Kamis (13/4/2023).
Menurut Arrohma, peraturan pemerintah untuk disabilitas saat ini masih sangat kurang. Banyak fasilitas di dunia kerja yang tidak aksesibel untuk para difabel, khususnya Tuna Daksa seperti dirinya. Selain itu, masyarakat dan penyedia lapangan kerja seringkali menganggap bahwa penyandang disabilitas tidak cekatan, dan tidak tanggap saat bekerja,
Padahal dia meyakini, seorang disabilitas bukan suatu kekurangan, tetapi dengan keadaan ini, justru dapat menjadi kesempatan untuk menggali potensi yang dimiliki.
“Perlu adanya kesadaran serta kampanye lebih lanjut bagi masyarakat untuk meningkatkan kepedulian terhadap teman-teman disabilitas, mendukung, serta memberikan peluang hak akses pekerjaan yang setara,” imbuh dia
Berangkat dari pengalaman tersebut, Indika Foundation dan Campaign melakukan serangkaian kampanye guna mendukung penyandang disabilitas. Salah satunya adalah SEHATI Project (Social Empowerment in Harmony and Alliance Towards Inclusion) bersama 12 komunitas/organisasi sosial untuk menyelenggarakan kampanye bertema inklusivitas di aplikasi Campaign #ForChange.
Tercatat sebanyak 2.378 supporter mengikuti kampanye ini hingga menghasilkan 10.798 aksi kampanye sosial. Melalui project ini, masyarakat diajak untuk meningkatkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi bagi para penyandang disabilitas.
Salah satu kampanye dalam aksi ini diorganisir oleh Lingkar Sosial Indonesia. Organisasi difabel ini menerbitkan kampanye yang bertajuk ‘Mari Inisiasi Kesehatan Disabilitas dan Reproduksi’.
Lingkar Sosial Indonesia menyampaikan, hasil donasi dari kampanye dipergunakan untuk pelatihan menulis dan sosialisasi mengenai kesehatan reproduksi bagi penyandang disabilitas yang dihadiri oleh 20 peserta di Malang, Jawa Timur.
“Selain itu, terdapat pula organisasi anak muda Generasi Pintar. Organisasi yang fokus pada isu kemanusiaan dan kaum marjinal ini membuat kampanye ‘Merakit Inklusi’ yang bertujuan untuk mengajak anak-anak muda menciptakan lingkungan yang inklusif,” ujar Lingkar Sosial Indonesia.
Ahmad Fathul Aziz selaku Engagement Lead dari Campaign, menyebutkan para komunitas/organisasi sosial yang terlibat seperti Lingkar Sosial Indonesia telah melalui berbagai seleksi. Hal ini dilakukan agar kampanye benar-benar berdampak positif, tidak hanya pada masyarakat sekitar, tapi juga berdampak bagi para pendukung kampanyenya,
“Kampanye sosial ini dirancang untuk memberikan pesan yang dapat menumbuhkan kesadaran terhadap isu sosial bagi para pendukungnya. Dampaknya bagi mereka yang menyelesaikan aksi adalah mereka dapat lebih sensitif dan empati terhadap permasalahan kesetaraan, baik itu bagi dirinya sendiri atau pun sekitar,” ungkap Ahmad.
Senada dengan Aziz, Senior Program Officer dari Indika Foundation, William Cahyawan, mengungkapkan, kolaborasi Indika Foundation bersama Campaign tidak hanya sebatas membuat kampanye yang bagus tapi juga dapat menghasilkan dampak nyata.
“Bentuk dukungan INDIKA Foundation untuk Campaign berupa pelatihan untuk (komunitas atau organisasi sosial) agar bisa belajar mengkreasikan program yang tidak hanya bagus, tapi berdampak. Selain itu kerjasama ini juga menciptakan peluang-peluang kolaborasi dan grant dengan komunitas-komunitas yang bertujuan menciptakan sustainable collaboration dengan Campaign,” ujar dia.
Melalui acara ini, diharapkan kesetaraan, inklusivitas, dan toleransi dapat tumbuh dan tak berhenti. Sebab isu kesetaraan adalah salah satu fokus dari Campaign.
Sebagai informasi, dalam Aplikasi Campaign #ForChange, pengguna dapat mendukung berbagai kampanye sosial dengan empat fokus isu, meliputi pendidikan, kesehatan, kesetaraan, dan lingkungan.
(sra)