Mangrove Jadi Strategi Jitu PPLi Kurangi Limbah B3 di Pesisir Balikpapan
Kamis, 22 Juni 2023 - 07:18 WIB
Kawasan pesisir di Kota Balikpapan berpotensi cuan melalui industri pariwisata. Terlebih lagi, menjelang pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara (PPU), yang notabene tetangga Kota Balikpapan.
Namun, kini kawasan pesisir itu mulai terancam abrasi. Hal itu pun diakui oleh Kabid Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan Irma Nurmayanti.
“Bahkan, kata garis pantai di Kota Balikpapan ini sudah mulai terkikis,” kata Irma, usai kegiatan penanaman mangrove di Lamaru, Rabu (21/6/2023).
Tak hanya itu, pertambahan penduduk serta beragam industri di Balikpapan tentu juga memiliki dampak terhadap lingkungan.
Salah satunya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3.
Limbah B3 mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat atau konsentrasinya maupun jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup.
Maka butuh langkah nyata untuk menyelamatkan pesisir Kota Balikpapan, agar saat IKN kelak pindah dan Kota Balikpapan sudah siap menjadi penyangganya.
Hal itu juga yang menjadi alasan PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) menanam sebanyak 200 bibit mangrove di pesisir Kota Balikpapan. Kali ini yang dipilih adalah pesisir Pantai Lamaru, Balikpapan Timur.
“Dengan mangrove, setidaknya mampu mengontrol limbah B3 di Kota Balikpapan,” tutur Public Relationship and Legal Manager PT PPLi Arum Tripusposari.
Penanaman mangrove ini juga sebagai wujud komitmen untuk mencegah dan memelihara lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran limbah B3.
Karena mangrove hanya bersifat mengontrol, maka PPLi juga berencana untuk mengolah limbah di Kota Balikpapan.
Sebagai upaya maksimal, khususnya untuk penanganan limbah terutama dari migas.
Proses penanaman mangrove dipandu oleh ahli mangrove di Kota Balikpapan yakni personel Ditpolairud Polda Kaltim Bripka Taufik Ismail.
Bersama unsur relawan dan juga rekan-rekan media, turut serta menanam mangrove, yang sempat tertunda akibat air laut pasang.
Menurut Bripka Taufik Ismail, kegiatan serupa sejatinya kerap digelar di Balikpapan. Bahkan hingga ribuan mangrove yang diupayakan ditanam di pesisir Kota Minyak.
Menurutnya, bibit yang baik itu telah berusia enam bulanan, kemudian tumbuh dalam waktu dua tahun.
“Itu pun harus diperiksa, dipastikan agar bibit itu bisa tumbuh dan lestari. Jadi setelah ditanam itu juga harus dirawat,” pungkasnya
Namun, kini kawasan pesisir itu mulai terancam abrasi. Hal itu pun diakui oleh Kabid Pengendalian Pencemaran Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Balikpapan Irma Nurmayanti.
“Bahkan, kata garis pantai di Kota Balikpapan ini sudah mulai terkikis,” kata Irma, usai kegiatan penanaman mangrove di Lamaru, Rabu (21/6/2023).
Tak hanya itu, pertambahan penduduk serta beragam industri di Balikpapan tentu juga memiliki dampak terhadap lingkungan.
Salah satunya Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun atau B3.
Limbah B3 mengandung bahan berbahaya atau beracun karena sifat atau konsentrasinya maupun jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan atau merusak lingkungan hidup.
Maka butuh langkah nyata untuk menyelamatkan pesisir Kota Balikpapan, agar saat IKN kelak pindah dan Kota Balikpapan sudah siap menjadi penyangganya.
Hal itu juga yang menjadi alasan PT Prasadha Pamunah Limbah Industri (PPLi) menanam sebanyak 200 bibit mangrove di pesisir Kota Balikpapan. Kali ini yang dipilih adalah pesisir Pantai Lamaru, Balikpapan Timur.
“Dengan mangrove, setidaknya mampu mengontrol limbah B3 di Kota Balikpapan,” tutur Public Relationship and Legal Manager PT PPLi Arum Tripusposari.
Penanaman mangrove ini juga sebagai wujud komitmen untuk mencegah dan memelihara lingkungan. Dalam hal ini, pencemaran limbah B3.
Karena mangrove hanya bersifat mengontrol, maka PPLi juga berencana untuk mengolah limbah di Kota Balikpapan.
Sebagai upaya maksimal, khususnya untuk penanganan limbah terutama dari migas.
Proses penanaman mangrove dipandu oleh ahli mangrove di Kota Balikpapan yakni personel Ditpolairud Polda Kaltim Bripka Taufik Ismail.
Bersama unsur relawan dan juga rekan-rekan media, turut serta menanam mangrove, yang sempat tertunda akibat air laut pasang.
Menurut Bripka Taufik Ismail, kegiatan serupa sejatinya kerap digelar di Balikpapan. Bahkan hingga ribuan mangrove yang diupayakan ditanam di pesisir Kota Minyak.
Menurutnya, bibit yang baik itu telah berusia enam bulanan, kemudian tumbuh dalam waktu dua tahun.
“Itu pun harus diperiksa, dipastikan agar bibit itu bisa tumbuh dan lestari. Jadi setelah ditanam itu juga harus dirawat,” pungkasnya
(sra)