Mengenal Titi, Seni Tato Tertua di Dunia yang Dimiliki Suku Mentawai

Senin, 25 Desember 2023 - 18:58 WIB
Suku Mentawai adalah suku asli yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat.
click to zoom
Suku Mentawai berada di pedalaman. Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia.
click to zoom
Banyak kalangan yang datang ke wilayah ini untuk melakukan penelitian, terutama untuk memahami pola hidup maupun interaksi suku yang terdapat di bagian barat Indonesia.
click to zoom
Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam.
click to zoom
Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya.
click to zoom
Kebudayaan tato Mentawai, yang dikenal dengan nama titi disebutkan hampir punah. Titi masih dilestarikan di Pulau Siberut meski di beberapa pulau yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sudah jarang dijumpai.
click to zoom
Kelompok masyarakat yang mendiami Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat ini memang punya tradisi mentato tubuhnya. Tradisi tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyangnya.
click to zoom
Masyarakat Mentawai menganggap tato sebagai busana abadi. Tak hanya itu, tato ini juga sebagai simbol yang mencerminkan keselarasan antara manusia dan alam sekitarnya.
click to zoom
Di Mentawai tato disebut titi. Tradisi tato di etnis Mentawai sudah ada sejak 1500-500 Sebelum Masehi atau zaman Logam, sehingga tato Mentawai ini dinobatkan sebagai tato tertua di dunia.
click to zoom
Suku Mentawai adalah suku asli yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat. Suku Mentawai berada di pedalaman. Suku Mentawai merupakan salah satu suku tertua di Indonesia. Banyak kalangan yang datang ke wilayah ini untuk melakukan penelitian, terutama untuk memahami pola hidup maupun interaksi suku yang terdapat di bagian barat Indonesia.

Mentawai (juga dikenal sebagai Mentawei dan Mentawi) adalah penduduk asli Kepulauan Mentawai, sekitar 100 mil dari provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Mereka menjalani gaya hidup pemburu-pengumpul semi-nomaden di lingkungan pesisir dan hutan hujan di pulau-pulau tersebut.

Suku ini dikenal sebagai peramu dan ketika pertama kali dipelajari belum mengenal bercocok tanam. Tradisi yang khas adalah penggunaan tato di sekujur tubuh, yang terkait dengan peran dan status sosial penggunanya. Kebudayaan tato Mentawai, yang dikenal dengan nama titi disebutkan hampir punah. Titi masih dilestarikan di Pulau Siberut meski di beberapa pulau yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, sudah jarang dijumpai.

terkenal dengan tatonya. Kelompok masyarakat yang mendiami Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat ini memang punya tradisi mentato tubuhnya. Tradisi tersebut sudah ada sejak zaman nenek moyangnya.

Masyarakat Mentawai menganggap tato sebagai busana abadi. Tak hanya itu, tato ini juga sebagai simbol yang mencerminkan keselarasan antara manusia dan alam sekitarnya.

Di Mentawai tato disebut ‘titi’. Tradisi tato di etnis Mentawai sudah ada sejak 1500-500 Sebelum Masehi atau zaman Logam, sehingga tato Mentawai ini dinobatkan sebagai tato tertua di dunia.

Dikutip dari Sindonews, Dosen STKIP Abdi Pendidikan Payakumbuh Fikrul Hanif Sufyan mengatakan bahwa orang Mentawai sudah menato tubuh sejak kedatangan mereka ke pantai barat Sumatera.

Suku Mentawai dikenal sebagai bangsa Proto Melayu yang datang dari daratan Asia (Indocina) pada zaman Logam. Dari situ, bisa disimpulkan bahwa tato Mentawai merupakan yang tertua di dunia, bukan tato Mesir yang baru dikenal pada 1300 SM.

Mengutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, tato Mentawai merupakan bagian dari tradisi dan budaya yang berfungsi sebagai simbol, tanda pengenal, atau hiasan berupa suatu sistem penandaan yang merupakan prinsip hidup.

Bagi Masyarakat Mentawai, budaya tato dilakukan pada saat usia 7 tahun yang dilakukan oleh sipatiti, seniman tato.

Sebelum penatoan, dilakukan punen enegat atau upacara inisiasi di puturukat (galeri miliki sipatiti). Upacara ini dipimpin oleh sikerei dan harus menyembelih satu ekor babi untuk sekali tato.

Proses tato tidak menggunakan bius, sehingga tato tidak bisa dilakukan sekaligus karena sangat beresiko dan sakit. Oleh karena itu, masyarakat Mentawai memiliki waktu jeda sebulan, atau hingga bagian tato sembuh dan dinilai bagus.

Jika tato belum sembuh, maka mereka akan mengulangi proses tato dan kembali menyelenggarakan upacara dengan memotong babi.

Pewarna tato Mentawai terbuat dari campuran arang dan air tebu yang dipanaskan dengan tempurung kelapa. Teknik pembuatan tato dilakukan dengan mengetok-ngetok menggunakan jarum.

Setelah penatoan selesai, bagian tubuh yang ditato diolesi digosokkan daun kukuet (sejenis daun lengkuas) untuk mencegah infeksi dan bengkak.

Orang yang sudah ditato dilarang mengkonsumsi makanan berminyak. Hal ini dikarenakan cairan minyak menyerap di kulit, sehingga tato tidak terbentuk.

Foto Kontributor Galerimu/Adek Firdaus
(sra)
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More