Luncurkan iLearn, Indonesia Re Perkuat Kapasitas Industri Asuransi untuk Capai Target Insurance Density 2,4 Juta di 2027

Selasa, 08 Oktober 2024 - 02:11 WIB
Launching iLearn Program Indonesia Re Institute Learning dan Small Talk di Hotel DoubleTree, Jakarta pada 7 Oktober 2024,
click to zoom
Launching iLearn Program Indonesia Re Institute Learning dan Small Talk di Hotel DoubleTree, Jakarta pada 7 Oktober 2024,
click to zoom
Launching iLearn Program Indonesia Re Institute Learning dan Small Talk di Hotel DoubleTree, Jakarta pada 7 Oktober 2024,
click to zoom
Jakarta — Menegaskan komitmen dalam mendukung pengembangan industri perasuransian nasional melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pengetahuan yang terintegrasi, Indonesia Re meluncurkan sebuah inisiasi baru, program iLearn. Melalui Indonesia Re Institute, perusahaan berperan sebagai Center of Knowledge and Excellence yang bertujuan memperkuat ekosistem Industri Perasuransian di Indonesia. Inisiatif ini diwujudkan dengan menghadirkan platform pembelajaran, termasuk program iLearn, yang dirancang untuk mendorong transformasi SDM dalam menghadapi tantangan industri yang semakin dinamis.

Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selama lima tahun terakhir perusahaan reasuransi di Indonesia mencatat pertumbuhan aset yang signi?kan, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 12%. Pada akhir tahun 2022, total aset Industri Reasuransi di Indonesia mencapai Rp 34 triliun. Klaim yang menjadi liabilitas dari perusahaan-perusahaan reasuransi juga meningkat 9,6% per tahun pada periode yang sama, dengan nilai klaim mencapai Rp 53,94 triliun pada tahun 2022. Tren positif ini menunjukkan bahwa Industri Perasuransian memiliki potensi besar untuk terus memperkuat kapasitas reasuransi domestik.

Meskipun menunjukkan tren positif pada tingkat pertumbuhan premi, Industri Perasuransian masih menghadapi tantangan yang cukup berat dalam aspek penetrasi, inklusi, dan literasi. Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia sempat tercatat mencapai 3.23% pada tahun 2020. Namun, angka ini kembali mengalami penurunan pada periode berikutnya, dan terakhir tingkat penetrasi asuransi di Indonesia tercatat berada di level 2.64% pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa sektor asuransi Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memperluas cakupan premi terhadap PDB meskipun ada potensi pasar yang luas.

Tingkat inklusi asuransi, yang menggambarkan persentase masyarakat yang menggunakan produk asuransi, juga berada pada tingkat rendah. Pada 2022, hanya 16.63% masyarakat yang menggunakan produk asuransi, jauh di bawah target pemerintah dan angka inklusi sektor perbankan yang mencapai 74% atau lebih. Rendahnya inklusi ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan juga kendala kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi setelah beberapa kasus gagal bayar dan manajemen buruk di perusahaan asuransi tertentu.

Senada dengan tingkat penetrasi, tingkat literasi asuransi di Indonesia juga masih memerlukan upaya peningkatan yang serius. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK, indeks literasi asuransi pada 2022 tercatat sebesar 31.72%. Meskipun angka ini mengalami peningkatan dibandingkan survei sebelumnya, literasi asuransi masih lebih rendah dibandingkan dengan sektor perbankan yang berada di atas 49%. Literasi yang rendah menandakan bahwa banyak masyarakat masih kurang memahami produk dan manfaat asuransi. Oleh karena itu, sejalan dengan komitmen perusahaan menjadi Center of Knowledge and Excellence, Indonesia Re ingin agar peningkatan kualitas industri asuransi tidak hanya dirasa dari aspek bisnis, tetapi juga dari aspek kapabilitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi penggerak dan modal utama dari Industri Perasuransian.

Melalui kegiatan yang bertajuk Launching iLearn Program – Indonesia Re Institute Learning dan Small Talk di Hotel DoubleTree, Jakarta pada 7 Oktober 2024, Benny Waworuntu selaku Direktur Utama Indonesia Re memaparkan jalan panjang upaya perusahaan dalam menghasilkan keputusan-keputusan perusahaan berbasis data dan informasi yang akuntabel. “Bagaimana kita bisa menjadi katalisator, agar industri ini bisa dijalankan berdasarkan data dan riset. Kita bukan hanya reasuradur tetapi juga center of knowledge. Kita harus punya cara pandang yang sama dalam melihat risiko.” jelasnya. Ia juga menegaskan dengan Indonesia Re mengedepankan proses belajar bagi semua talenta terkait. Hal ini sejalan dengan target Indonesia Re untuk menjadi perusahaan yang “Knowledge Based and Data Driven Industry”.

Hadir memberikan special remarks, Asisten Deputi Bidang Jasa Asuransi dan Dana Pensiun Kementerian BUMN, Hendrika Nora Osloi Sinaga menekankan pentingnya kerja sama strategis dari berbagai sisi termasuk Kementerian BUMN dalam mencapai target peningkatan kapabilitas talenta BUMN. “Kementerian BUMN sangat mengapresiasi upaya Indonesia Re dalam mendukung agenda peningkatan literasi dan penetrasi asuransi di Indonesia. Kami percaya bahwa kolaborasi antara regulator dan industri reasuransi sangat krusial untuk memastikan keberhasilan program," ujar Nora. Lebih lanjut, Nora menyebut bahwa ke depannya, BUMN tidak hanya fokus pada penerimaan negara dan meraih pro?t, tetapi juga mengembangkan potensi insan di BUMN.

Hadir pula Koordinator Keasdepan Bidang Manajemen SDM BUMN Kementerian BUMN, Herudi Kandau Nugroho yang menekankan pentingnya SDM BUMN sebagai agen perubahan yang berpengaruh pada hajat hidup orang banyak dan berdampak membantu pertumbuhan ekonomi masyarakat kecil. “Sebagai bagian dari BUMN, setiap insan tidak hanya menjalankan bisnis, tetapi diharapkan bisa menjadi Value Creator, mengembangkan ekonomi nasional dan meraih keuntungan sebesar-besarnya. Insan BUMN juga dibentuk menjadi Agent of Development, membantu kehidupan orang banyak dan mendorong ekonomi lewat UMKM. Budaya sharing knowledge masih sangat perlu untuk ditingkatkan, itu kenapa saya sangat mengapresiasi langkah Indonesia Re untuk menginisiasi iLearn sebagai wadah untuk belajar dan terus bertumbuh.”

iLearn adalah platform pembelajaran dari departemen Institute Learning Center Indonesia Re, yang diharapkan dapat menjadi penggerak utama transformasi industri perasuransian melalui peningkatan kapabilitas sumber daya manusia (SDM). Dalam peluncurannya, acara ini juga menghadirkan diskusi yang menyoroti potensi asuransi dalam meningkatkan penetrasi asuransi dan meringankan beban negara.

Pada kesempatan yang sama, Beatrix Santi Anugrah, Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Re, menjelaskan bahwa IndonesiaRe Institute melalui tema Journey to Excellence: Continuous Learning Culture as Business Transformation Enabler” merancang program iLearn sebagai platform pembelajaran bagi partner cedant yang juga dapat diakses oleh seluruh pemangku kepentingan serta publik umum. “iLearn adalah bentuk komitment IndonesiaRe Institute sebagai secondary services knowledge based dalam rangka mendorong pertumbuhan level penetrasi asuransi di Indonesia (2023 : 2,64%) yang mengalami penurunan sejak tahun 2021 (3,06%) dan merupakan langkah nyata Indonesia Re dalam menciptakan budaya belajar yang berkelanjutan, yang pada akhirnya akan mendukung perbaikan berkelanjutan Industri perasuransian, melalui transformasi bisnis dalam meningkatkan daya saing industri perasuransian Indonesia,” ujar Beatrix.

Sesi diskusi "Small Talk" juga menghadirkan beberapa tokoh strategis dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan juga Universitas Indonesia. Pada kesempatan ini, Heddy Agus Pritasa, S.E., M.M., sebagai pengajar di Program Studi Magister Manajemen Bencana Universitas Indonesia membahas pentingnya pengelolaan risiko keuangan dalam manajemen risiko bencana di ASEAN, khususnya terkait pengurangan risiko bencana di Indonesia lewat perencanaan Disaster Risk Finance Insurance (DRFI). “DRFI membantu masyarakat menjaga stabilitas keuangan mereka sekalipun terkena risiko bencana.” Salah satu skema penting dari DRFI adalah Property Catasthrope Risk Insurance dimana pemangku kebijakan mengembangkan pasar asuransi bencana dan berusaha meningkatkan asuransi.

Lalu hadir mengisi diskusi Small Talk Bapak Dr. Raditya Jati, sebagai Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB, memaparkan data-data risiko bencana, dan Bapak Fiza Wira Atmaja menyampaikan ringkasan hasil riset terkait potensi asuransi bencana sekaligus sebagai moderator. Serta Bapak Iwan Pasila sebagai Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun - OJK menyampaikan pentingnya holistic approach dalam memberikan solusi instrumen transfer risiko bencana.

Acara ini juga menjadi kesempatan bagi Indonesia Re untuk menekankan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan penetrasi asuransi dan pengelolaan risiko. Indonesia Re Institute diharapkan dapat terus menjadi motor penggerak pengembangan SDM dan pusat kegiatan berbasis pengetahuan di Indonesia Re Group.
(sra)
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Foto Terkait
Foto Terpopuler
Foto Terkini More