Anak Desa Bulakan Pemalang Dukung Langkah Cerdas Wapres lewat Desa Siber Indonesia
Minggu, 12 Januari 2025 - 20:35 WIB
Pemalang – Desa Siber Indonesia (DSI) menyatakan dukungan penuh terhadap program Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, yang mendorong pengajaran pemrograman (coding) masuk ke dalam kurikulum tingkat dasar dan menengah. Desa Bulakan, Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, menjadi pilot project untuk merealisasikan desa cerdas berbasis teknologi.
Pendiri Desa Siber Indonesia, Bangkit Kukuh bersama Andri Johandri, menegaskan bahwa program ini sejalan dengan visi besar DSI untuk membangun desa yang cerdas, mandiri, dan berdaya saing. “Ini bukan sekadar memperkenalkan coding sebagai keterampilan baru, tetapi juga membangun fondasi teknologi di desa yang mampu memberdayakan masyarakat dan mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045,” ujar Bangkit.
Sebagai percontohan, Desa Bulakan akan menjadi model penerapan teknologi secara menyeluruh. Program ini mencakup pengembangan infrastruktur digital, pelatihan keterampilan teknologi, serta penciptaan ekosistem inovasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Andri Johandri, salah satu pendiri DSI, menyebutkan bahwa pihaknya telah mulai memberikan pelatihan coding kepada anak-anak di Desa Bulakan sebagai langkah awal untuk mempersiapkan mereka menghadapi era digital. “Kami sudah bergerak memberikan pelatihan coding dasar kepada anak-anak di Desa Bulakan. Antusiasme mereka sangat luar biasa. Ini menunjukkan bahwa anak-anak desa memiliki potensi besar untuk menguasai teknologi jika diberikan akses dan bimbingan yang tepat,” ujar Andri.
Andri menambahkan bahwa program ini adalah upaya untuk menjembatani kesenjangan teknologi di desa. “Kami ingin anak-anak desa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar teknologi seperti anak-anak di perkotaan. Jika mereka memiliki akses yang memadai, bukan tidak mungkin mereka bisa bersaing secara global,” tegasnya.
Andri juga menyoroti pentingnya membekali generasi muda dengan keterampilan digital seperti pemrograman, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning. “Dengan kemampuan ini, anak-anak desa tidak hanya akan menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang inovatif bagi masyarakat mereka sendiri,” tambahnya.
Bangkit Kukuh menyebut langkah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang mendorong pengajaran coding di tingkat SD dan SMP sebagai inisiatif strategis. Menurutnya, program ini akan mencetak generasi muda yang unggul dan adaptif terhadap perkembangan zaman. “Jika India bisa melahirkan jutaan tenaga ahli teknologi, Indonesia juga pasti bisa, bahkan lebih baik. Desa-desa kita memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari kekuatan teknologi nasional,” ujar Bangkit.
Program Desa Siber Indonesia tidak hanya fokus pada pendidikan teknologi, tetapi juga digitalisasi layanan publik di tingkat desa. Teknologi akan diintegrasikan untuk meningkatkan efisiensi masyarakat, seperti melalui aplikasi berbasis teknologi untuk pengelolaan hasil pertanian, promosi wisata lokal, hingga administrasi desa.
“Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal keberdayaan. Kami ingin menunjukkan bahwa revolusi digital bisa dimulai dari desa-desa kecil,” ungkap bangkit.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia untuk mengadopsi teknologi sebagai pilar pembangunan. Bangkit dan Andri memastikan bahwa model ini dapat direplikasi di desa lain dengan dukungan pemerintah dan mitra strategis.
“Dengan semangat gotong royong, kami percaya desa-desa bisa menjadi ujung tombak perubahan. Ini adalah langkah nyata yang tidak hanya mengubah wajah desa, tapi juga memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional di era digital,” pungkas Bangkit.
Pendiri Desa Siber Indonesia, Bangkit Kukuh bersama Andri Johandri, menegaskan bahwa program ini sejalan dengan visi besar DSI untuk membangun desa yang cerdas, mandiri, dan berdaya saing. “Ini bukan sekadar memperkenalkan coding sebagai keterampilan baru, tetapi juga membangun fondasi teknologi di desa yang mampu memberdayakan masyarakat dan mendukung pencapaian Indonesia Emas 2045,” ujar Bangkit.
Sebagai percontohan, Desa Bulakan akan menjadi model penerapan teknologi secara menyeluruh. Program ini mencakup pengembangan infrastruktur digital, pelatihan keterampilan teknologi, serta penciptaan ekosistem inovasi yang inklusif dan berkelanjutan.
Andri Johandri, salah satu pendiri DSI, menyebutkan bahwa pihaknya telah mulai memberikan pelatihan coding kepada anak-anak di Desa Bulakan sebagai langkah awal untuk mempersiapkan mereka menghadapi era digital. “Kami sudah bergerak memberikan pelatihan coding dasar kepada anak-anak di Desa Bulakan. Antusiasme mereka sangat luar biasa. Ini menunjukkan bahwa anak-anak desa memiliki potensi besar untuk menguasai teknologi jika diberikan akses dan bimbingan yang tepat,” ujar Andri.
Andri menambahkan bahwa program ini adalah upaya untuk menjembatani kesenjangan teknologi di desa. “Kami ingin anak-anak desa memiliki kesempatan yang sama untuk belajar teknologi seperti anak-anak di perkotaan. Jika mereka memiliki akses yang memadai, bukan tidak mungkin mereka bisa bersaing secara global,” tegasnya.
Andri juga menyoroti pentingnya membekali generasi muda dengan keterampilan digital seperti pemrograman, kecerdasan buatan (AI), dan machine learning. “Dengan kemampuan ini, anak-anak desa tidak hanya akan menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta solusi yang inovatif bagi masyarakat mereka sendiri,” tambahnya.
Bangkit Kukuh menyebut langkah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka yang mendorong pengajaran coding di tingkat SD dan SMP sebagai inisiatif strategis. Menurutnya, program ini akan mencetak generasi muda yang unggul dan adaptif terhadap perkembangan zaman. “Jika India bisa melahirkan jutaan tenaga ahli teknologi, Indonesia juga pasti bisa, bahkan lebih baik. Desa-desa kita memiliki potensi besar untuk menjadi bagian dari kekuatan teknologi nasional,” ujar Bangkit.
Program Desa Siber Indonesia tidak hanya fokus pada pendidikan teknologi, tetapi juga digitalisasi layanan publik di tingkat desa. Teknologi akan diintegrasikan untuk meningkatkan efisiensi masyarakat, seperti melalui aplikasi berbasis teknologi untuk pengelolaan hasil pertanian, promosi wisata lokal, hingga administrasi desa.
“Ini bukan hanya soal teknologi, tapi soal keberdayaan. Kami ingin menunjukkan bahwa revolusi digital bisa dimulai dari desa-desa kecil,” ungkap bangkit.
Program ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa-desa lain di seluruh Indonesia untuk mengadopsi teknologi sebagai pilar pembangunan. Bangkit dan Andri memastikan bahwa model ini dapat direplikasi di desa lain dengan dukungan pemerintah dan mitra strategis.
“Dengan semangat gotong royong, kami percaya desa-desa bisa menjadi ujung tombak perubahan. Ini adalah langkah nyata yang tidak hanya mengubah wajah desa, tapi juga memberikan kontribusi bagi pembangunan nasional di era digital,” pungkas Bangkit.
(sra)