Aksi Simpati Hikmahbudhi Terhadap Kudeta di Myanmar
Hikmahbudhi (Himpunan Mahasiswa Buddhis Indonesia), mengeluarkan pernyataan sikap terkait penggunaan kekerasan dan kebrutalan terhadap aktivis demokrasi yang menyampaikan penolakan atas Kudeta yang telah dilakukan oleh Junta Militer Myanmar. Tindakan tersebut telah menggunakan cara-cara yang melampui batas kemanusiaan dan brutal dalam menghadapi aktivis demokrasi.
Ketua Umum Presidium Pusat Hikmahbudhi Ari Sutrisno, mengatakan Junta Militer Myanmar harus menghormati keputusan demokrasi dan menghentikan segala bentuk kekerasan dan kebrutalan dalam menghadapi demonstrasi yang dilakukan oleh para aktivis demokrasi. "Mengecam keras tindakan kekerasan tersebut. Kematian para aktivis demokrasi yang diantaranya tertembak adalah benar-benar perilaku yang tidak mencerminkan kemanusiaan," kata Ari, Senin (8/3), saat dalam keterangan pers.
Peristiwa ini, juga menjadi bukti nyata bahwa tentara Myanmar sudah bertindak melampui batas dan tidak lagi menghargai Hak Asasi Manusia. Aktivis Buddhis ini juga mendorong ASEAN untuk mendesak Junta Militer Myanmar mengakiri kekerasan kepada pendududuk dan aktivis demokrasi.
Dia juga meminta Pemerintah Indonesia dalam hal ini Kementerian Luar Negeri mengirim perwakilan diplomat untuk Myanmar agar menghentikan kekerasan dan agar menangani demonstran dengan manusiawi. "Saya berharap Kemenlu segera mengirim diplomat ke Myanmar, untuk berdialog dengan Junta Militer supaya menghentikan kekerasan terhadap para demonstran pejuang demokrasi," ujarnya.
Sebelumnya di beritakan kudeta yang terjadi di Myanmar diikuti dengan aksi penolakan besar-besaran dari masyrakat luas dan dihadapi dengan senjata api oleh Junta militer Myanmar. Dan beberapa hari terakhir juga sempat beredar di media sosial foto seorang gadis belia yang menjadi korban senjata api yang dilakukan junta militer Myanmar.
Seorang gadis belia yang bergerak dengan optimisme yang ia simbolkan dengan kaos hitam bertuliskan "Everything Will Be OK". "Padahal ia tahu betul, bahwa ia tidak akan baik-baik saja. Dia juga mengantongi penegenal, yang dibelakangnya ada informasi golongan darah, jika kelak dia tertembak atau butuh transfusi," ungkap Ari.
"Ding Jia Xi” adalah nama gadis Belia itu, seorang anak muda yang memiliki kesadaran bahwa ia tidak boleh diam jika ingin negara yang ia cintai kembali baik-baik saja. Kejadian tersebut mendapat simpati dari berbagai kalangan organisasi mahasiswa dan pemuda, salah satunya HikmahbudhiI. Menggelar aksi damai dengan mendatangi langsung Kantor Kedutaan Besar Myanmar yang ada di indonesia dan dengan membawa karangan bunga sebagai bentuk solidaritas terhadap para aktivis demokrasi di Myanmar. "Ditengah aksi damai itu kita mendapat informasi berita bahwa ada dua demonstran antikudeta di Myanmar kembali tewas setelah menerima tembakan," tandasnya.
Itu menambah bukti betapa tidak manusiawinya para militer disana dengan membunuh warga sipil yang tidak bersenjata. Karangan bunga yang berjajar di depan Kedubes Myanmar berasal dari berbagai organisasi: Hikmahbudi, Institut Nagarjuna, DN-FABB, SIDDHI, PBD-NSI, IMM, GMKI, PMKRI, LMND dan organisasi lainnya.
Terlihat banyak karangan bunga yang telah dipindahkan oleh pihak keamanan, namun semoga semangat dan perhatian komunitas Buddhis di Indonesia dan komunitas lintas agama mendapat perhatian dari pihak Kedutaan Besar Myanmar di Indonesia.
Sebelum aksi damai ini berakhir kita mendapat informasi berita bahwa ada dua demonstran antikudeta di Myanmar kembali tewas setelah menerima tembakan pada Senin (8/3) yang kemarin. Itu menambah bukti betapa tidak manusiawinya para militer disana dengan membunuh warga sipil yang tidak bersenjata. Semoga kejadian-kejadian ini tidak terulang kembali dan semoga Myanmar Kembali pulih menjadi negara yang damai dan anti kekerasan.