Mengintip Aktivitas Industri Rumahan Perajin Koper Fiber di Semarang
Aktivitas perajin koper fiber, Ghulam Koper di Jalan Ayodyapala Krobokan Semarang tengah memasang roda dan melakukan finishing. Selama pandemi dua tahun ini, adanya pembatasan pariwisata, ibadah umroh dan haji membuat industri rumahan perajin koper terkena dampaknya. Namun, sejak dibukanya pembatasan tersebut industri tas koper mulai bangkit kembali.
Pemasaran Ghulam Koper, Eko Utomo mengatakan usaha tas koper dirintis sejak 2011 lalu. Dulunya ngontrak lalu menetap di Ayodya Pala sejak 2018 lalu. Awal mulanya, Ghulam Koper merupakan tempat kerajinan koper kain. Namun, seiring berkembangnya zaman dan tuntutan zaman.
Koper berbahan fiber dinilai lebih awet, lebih elegan, dan ada seni. Selain itu, pembuatannya lebih cepat. Sempat vakum dua tahun yang lalu karena pandemi Covid-19. Mereka mengatasinya dengan membuat koper untuk pasar retail, memasukkan ke swalayan, Pasar Johar dan online. Pemasaran koper fiber ini merambah Jakarta, Jawa Timur ke Malang dan di Jawa Barat ke Lembang.
Bahan utama dari koper ini adalah Fiber ABS berasal dari China. Dengan lebar 18 inchi hingga 24 inchi dan ketebalan tiga milimeter. Lembaran dari China, lalu dicetak di kawasan, pemasangan resleting dan rodanya lalu dipasarkan. Harga koper mulai dari Rp270.000 hingga Rp1 juta untuk umroh dan haji.