Ngobrol Bareng Legislator Cerdas Menggunakan Media Sosial Raup Cuan dengan Menjadi Viral
JAKARTA-- Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Aptika Kominfo) menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng Legislator dengan menghadirkan narasumber Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem Hillary Brigitta Lasut, Ketua DPP GP NasDem Chepy Aprianto dan Sekretaris PW GP Ansor DKI Jakarta dan pegiat media sosial Sulton Mu'minah. Kegiatan ini bertema “Cerdas Menggunakan Media Sosial Raup Cuan Dengan Menjadi Viral” yang dilaksanakan secara hybrid melalui aplikasi Zoom Meeting dan YouTube.
Kegiatan dibuka dengan sambutan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI Samuel A. Pangerapan. Dalam sambutan ia menyampaikan, pesatnya teknologi yang semakin terpacu dengan adanya pandemi Covid-19, telah mendorong masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan aktivitas di ruang digital.
"Kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang kian mempertegas bahwa kita sedang berada di era percepatan transformasi digital," kata Samuel, Rabu (27/7).
Meski begitu, masifnya pengguna internet di Indonesia menurut dia membawa berbagai resiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying dan konten-konten negatif lainnya.
"Kementerian Kominfo mengemban mandat dari Presiden Joko Widodo sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital bangsa Indonesia. dalam mencapai visi dan misi tersebut Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang digital di Indonesia," kata dia.
Dalam rangka menjalankan salah satu hal tersebut terkait pengembangan SDM digital, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siber Kreasi serta mitra dan jejaringnya, hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital yang menjadi kemampuan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
Sementara menurut Hillary, di era digital semua dapat dengan mudah viral dan berperan aktif, serta dapat meraup cuan dengan berbagai konten atau platform media sosial seperti Youtube, Facebook, Twitter dan lainnya.
"Dalam hal ini UMKM menjadi suatu hal yang menarik bagi kalangan masyarakat dan memang dengan UMKM dapat menjadi suatu pendorong ekonomi yang memiliki peran yang luar biasa. Dengan adanya platform digital UMKM dapat berjalan dengan pesat," ungkap Hillary.
Ia mengharapkan para pelaku UMKM agar lebih kreatif serta update apa yang saat ini menjadi viral, dan dapat mengambil kesempatan untuk mendulang cuan dengan tidak keluar dari norma-norma.
"Contohnya seperti kejadian viral dalam beberapa hari ini 'Citayam Fashion Week'," tandasnya.
Citayam Fashion Week sendiri bukanlah sebutan untuk panggung peragaan busana resmi. Tapi merupakan sekumpulan remaja yang berkumpul di area sekitar Dukuh Atas, Sudirman di tiap minggunya, dengan mengenakan berbagai outfit atau pakaian kekinian.
"Fenomena viral ini bisa saja dibuat untuk cuan bagi para pelaku UMKM dengan membuat tim kreatif yang dapat menunjang UMKM tersebut," kata Hillary.
Chepy Aprianto dalam pemaparannya menyampaikan, cara pandang konvensional menjadi super-digital, serta perilaku budaya kita, menjadi lumbung menghadapi perubahan yang begitu sangat cepat. Pemerintah sendiri, kata dia berkomitmen untuk terus menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan ekonomi digital di Indonesia.
"Berbagai potensi yang dimiliki Indonesia dapat memperkuat peluang akselerasi perkembangan ekonomi digital. Dalam bermedia sosial masyarakat Indonesia seringkali berinteraksi melalui media digital seperti halnya berapa kali masyarakat membuka media sosial, apakah masyarakat membaca media massa, cetak dan berapa persen masyarakat membukanya," ujarnya.
"Media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya (users) bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual," jelasnya.
Adapun Andreas Kapian dan Michael Haenlein mengatakan, media sosial merupakan kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun di atas dasar ideologi dan teknologi Web 2.0. Serta memungkinkan penciptaan dan pertukaran user-generated content.
Sulton Mu'minah menyampaikan, bahwa keterlibatan individu terhadap psikologi massa melibatkan berbagai komponen.
"Di antaranya memberi pengaruh (influence), mempunyai kekuasaan (power), mempunyai wewenang (authority) dan mempunyai kekuatan (force)," tandasnya.