Ngobrol Bareng Legislator : Menjadi Milenial yang Kreatif dan Inovatif di Era Kompetitif
JAKARTA-- Direktorat Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI (Aptika Komimfo) menyelenggarakan kegiatan Ngobrol Bareng Legislator, Jumat (29/7). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Anggota Komisi I DPR RI Fraksi NasDem Muhammad Farhan, Wasekjen DPP GP NasDem Ahmad Kaelani, serta Sekretaris PW GP Ansor DKI Jakarta sekaligus pegiat media sosial Sulton Mu'minah.
Kegiatan dengan tema “Menjadi Milenial Yang Kreatif Dan Inovatif di Era Kompetitif” ini, dilaksanakan secara hybrid melalui Zoom Meeting dan disiarkan langsung lewat YouTube.
Acara dipandu oleh MC Aida Nuraida, moderator Dedi Purnama dan dibuka dengan sambutan Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, Samuel A. Pangerapan.
Samuel menyampaikan, pesatnya teknologi yang semakin terpacu dengan adanya pandemi Covid-19, telah mendorong masyarakat untuk berinteraksi dan melakukan berbagai kegiatan aktivitas di ruang digital.
"Kehadiran teknologi digital sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat yang kian mempertegas bahwa kita sedang berada di era percepatan transformasi digital," kata Samuel.
"Namun masifnya pengguna internet di Indonesia membawa berbagai resiko seperti penipuan online, hoax, cyber bullying dan konten-konten negatif lainnya," ujarnya.
Kementerian Kominfo, kata dia mengemban mandat dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai garda terdepan dalam memimpin upaya percepatan transformasi digital bangsa Indonesia. Dalam mencapai visi dan misi tersebut, Kementerian Kominfo memiliki peran sebagai regulator, fasilitator, dan akselerator di bidang digital di Indonesia.
Dalam rangka menjalankan salah satu hal tersebut, terkait pengembangan SDM digital, Kementerian Kominfo bersama Gerakan Nasional Literasi Digital Siber Kreasi serta mitra dan jejaringnya, hadir untuk memberikan pelatihan literasi digital yang menjadi kemampuan digital tingkat dasar bagi seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
"Berbagai pelatihan literasi digital yang kami berikan berbasis empat pilar utama yaitu, kecakapan digital, budaya digital, etika digital dan keamanan digital," ungkap Samuel.
Hingga tahun 2021, program literasi digital telah berhasil menjangkau lebih dari 12 juta masyarakat di 515 kota, pada 34 provinsi di seluruh Indonesia.
"Peningkatan literasi digital masyarakat adalah pekerjaan besar, oleh karena itu, kami tidak bisa bekerja sendiri diperlukan kolaborasi yang baik agar tidak ada masyarakat yang tertinggal dalam proses percepatan digital ini," ungkap Samuel.
Sementara menurut Farhan, pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia berdasarkan data dari We Are Social, per Januari 2022 jumlahnya telah mencapai sebanyak 204,7 juta pengguna. Indonesia juga tercatat sebagai negara pengguna internet terbesar keempat di dunia. Pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia didorong karena adanya pandemi Covid-19, yang mana pandemi memaksa semua untuk terlibat dalam transformasi digital.
"Hal yang paling terasa adalah dengan meningkatnya penggunaan aplikasi e-commerce, ride hailing, telemedicine, serta jasa kirim barang. Selain itu, pengguna internet dan potensi pasar digital di Indonesia diprediksi akan terus meningkat," tandas Farhan.
Farhan mengharapkan, perbaikan serta peningkatan infrastruktur internet di Indonesia harus dibarengi dengan kesiapan dan pemahaman atas pemanfaatan internet. Sehingga diharapkan dapat memacu kemampuan kita dalam berpikir kritis, kreatif, solutif serta inovatif. Hal tersebut merupakan sebuah bekal dan modal bagi kita dalam menghadapi tantangan-tantangan dari perkembangan teknologi yang akan datang.
"Penting untuk selalu memiliki keinginan untuk terus belajar, karena era digitalisasi menuntut kita untuk terus mampu beradaptasi dan menjadi selalu relevan. Pentingnya menjaga ekosistem dalam ruang digital, karena ruang digital merupakan sebuah gerbang awal terjadinya perubahan perilaku dan pola pikir masyarakat-salah satunya dapat, diwujudkan melalui literasi digital," tandasnya.
"Kita harus selalu melakukan pemikiran pemikiran yang inovatif dengan menelurkan karya-karya kreatif," imbuhnya.
Sulton Mu'minah menjelaskan, generasi milenial menghabiskan 85 persen waktu dalam sehari untuk menggunakan gadget. Mereka juga sangat menyukai pengembangan diri. Di samping itu, milenial memiliki pendidikan yang lebih tinggi daripada generasi sebelumnya. "Generasi milenial lebih toleran dari generasi sebelumnya," ucapnya.
Lebih lanjut, Sulton Mu'minah menuturkan cara menjadi milenial yang kreatif dan inovatif. Yakni menggunakan internet dengan bijak, mempunyai visi serta misi yang realistis, percaya diri dalam mengambil resiko, serta berani membuka pikiran dan wawasan baru. Kemudian, menyusun rencana kerja yang baik, mempunyai ide yang kreatif dan inovatif.
"Hilangkan energi negatif dalam diri untuk menghadirkan energi positif kreatif dan inovatif dalam diri," kata Sulton.
Adapun Ahmad Kaelani menyampaikan, menjadi milenial yang kreatif dan inovatif, ialah harus dan senantiasa berpikir out of the box atau memikirkan segala sesuatu di luar dari kebiasaan. Milenial juga harus memperbanyak mengolah indera dengan literasi atau membaca buku, berdiskusi, serta menganalisis fenomena.
"Out of the box di sini bisa dicapai dengan senantiasa melihat dengan sudut pandang baru. Menemukan hubungan baru atau senantiasa menambah circle pertemanan," ujarnya.
"Membentuk kombinasi baru, kalau kita ke Jakarta Pusat di sana ada tugu yang bertuliskan 'Jakarta City of Collaboration' artinya milenial dituntut harus sering berkolaborasi dan berkombinasi," tandasnya.