Peluang Devisa dari Pengembangan Energi Terbarukan
Indonesia dapat mengembangkan energi baru terbarukan untuk dalam negeri dan mengekspor ke negara lain.
Pertumbuhan listrik di Asia Tenggara diperkirakan terus meningkat seiring dengan peningkatan kegiatan perekonomian. International Energy Association (IEA) mencatat terjadi lonjakan listrik di kawasan ASEAN sebesar 80 persen sejak 2000. Permintaan listrik diperkirakan akan terus meningkat.
Pertumbuhan listrik ini harus dibarengi dengan ketersediaan pasokan dari berbagai sumber. Komitmen global menuntut pengembangan energi baru terbarukan sebagai sumber penyediaan listrik yang ramah lingkungan.
Indonesia memiliki potensi sumber energi terbarukan melimpah dengan total sebesar 437,4 gigawatt (GW). Dari besaran potensi itu yang dimanfaatkan baru sekitar 2,5 persen. Sumber energi ramah lingkungan ini berpotensi dikembangkan dalam perdagangan energi kepada negara-negara di kawasan.
Laos sudah lebih dahulu memasok listrik energi terbarukan ke Singapura melalui Thailand hingga Malaysia. Pasokan lisrik dialirkan melalui kabel yang terhubung dari Laos sampai Singapura.
Peluang investasi energi baru terbarukan datang dari Singapura. Negeri Jiran itu berminat menanamkan duitnya di Indonesia untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya senilai Rp 218 triliun di Kepulauan Riau.
Deputi Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan, mengatakan peluang investasi energi baru terbarukan terbuka lebar dengan Singapura. Menurut dia, tim dari kedua negara sudah beberapa kali melakukan pertemuan. "Tentunya dengan kami juga sudah dilakukan dengan Kementerian ESDM," ujarnya dalam diskusi Road to Tempo Energy Day bertajuk Mempercepat Penurunan Emisi, Meraih Devisa, yang diselenggarakan Tempo Media Group dan disiarkan di YouTube Tempo Media, Senin, 17 Oktober 2022.
Nurul mengatakan transisi energi yang dilakukan Indonesia menjadi penentu keberhasilan ekonomi di masa depan. Peluang investasi pada sektor ini sangat terbuka lebar bagi investor dari seluruh dunia. “Peluang investasi dari Singapura sangat menjanjikan untuk pemasukan devisa,” ujarnya.
Menurut Nurul, listrik yang dihasilkan dari kegiatan investasi tersebut akan dijual ke Singapura. Namun, kata dia, kebutuhan pasokan energi baru terbarukan di dalam negeri juga tinggi.
Dia menjelaskan ketika berbicara tentang energi baru terbarukan tidak hanya berbicara pasar secara global, tapi juga menjadi syarat kegiatan industri masa depan. "Bahwa setiap produk yang dilakukan di negara manapun, harus menggunakan konsumsi energi baru terbarukan.” ucap Nurul.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa, mengatakan seluruh negara termasuk ASEAN berlomba-lomba untuk mengembangkan energi baru terbarukan. “Masalahnya, bauran energi terbarukan di pembangkitan listrik di Indonesia masih rendah. Paling tinggi Laos karena itu banyak PLTA dan Vietnam.” ujarnya.
Indonesia, kata dia, memiliki potensi energi terbarukan yang sangat besar. “Salah satu adalah PLTS,” tuturnya.
Tapi, sambung Fabby, pengembangan energi baru terbarukan sangat lambat dalam dua dekade terakhir. “Fokus pengembangan masih pembangkit berbahan bakar fosil seperti batu bara.”
Menurut Fabby, Indonesia bisa memenuhi kebutuhan listrik dalam negeri sekaligus mengekspornya ke luar negeri. Saat ini yang harus dilakukan adalah membangun infrastruktur pendukung energi terbarukan. “Selain itu memberikan kesempatan investor agar mudah berinvestasi tanpa ada hambatan regulasi,” ucapnya.
Adapun Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Dadan Kusdiana, mengatakan, Indonesia punya potensi untuk menghasilkan listrik dari energi bersih. Potensi sumber energi terbarukan Indonesia sangat melimpah, mencapai 437,4 GW. "Listrik dari energi terbarukan juga ikut membantu dalam mendorong program bauran energi nasional," ujarnya.
Dadan mengakui pasokan listrik di pulau Jawa mengalami kelebihan pasokan. "Tapi ini hanya sementara, bukan selamanya. Karena kami punya program yang cukup besar yakni proyek listrik 35 ribu MW.”