Semangat Eksplorasi Migas Berkelanjutan di Ujung Timur Indonesia
KABUPATEN SORONG - Lalu lalang pekerja menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap menjadi pemandangan yang tak asing di wilayah Sorong, Provinsi Papua Barat Daya yang dikenal sebagai “Kota Minyak”. Teriknya matahari di sumur eksplorasi Buah Merah (BMR-001), Distrik Klasafet, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya tak menurunkan semangat dari para pekerja Pertamina EP Papua Field untuk mencari tambahan cadangan produksi minyak dan gas bumi (migas) sebagai komitmen mendukung ketersediaan energi nasional.
Semangat optimistis melihat potensi eksplorasi migas di wilayah ujung timur Indonesia itu harus terus terjaga sebab secara nasional pemerintah pada 2030 memiliki target untuk dapat memenuhi produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD) dan gas 12 miliar kaki kubik per hari (BSCFD).
Subholding Upstream Pertamina memiliki semangat “go to the east” yang direalisasikan melalui eksplorasi pengeboran dua sumur yakni sumur eksplorasi Kembo (KMO-001) dan sumur eksplorasi Markisa (MKS-001) sepanjang 2023, kemudian dilanjutkan dengan pengeboran yang dilaksanakan tahun ini yakni sumur eksplorasi Buah Merah (BMR-001) di wilayah kepala burung itu. Sumur eksplorasi Buah Merah (BMR-001) menjadi semangat baru pada 2024 untuk melakukan pengeboran 18 sumur eksplorasi dan pengembangan dalam kurun waktu 2023-2027 di timur Indonesia.
Vice President Exploration Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina Dedi Yusmen mengatakan bahwa eksplorasi di wilayah timur Indonesia diharapkan dapat meningkatkan cadangan dan kebutuhan migas yang tinggi di Indonesia. “Pengeboran sumur eksplorasi ini merupakan wujud komitmen Pertamina dalam meningkatkan cadangan dan upaya memenuhi kebutuhan migas yang semakin tinggi, seiring dengan meningkatnya pertumbuhan industri di Papua Barat Daya, serta mendukung pencapaian target produksi migas nasional. Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina akan terus menjalankan operasi migas yang selamat dan unggul sehingga dapat memberikan kontribusi secara signifikan dan berkelanjutan,” kata dia.
Selain itu juga, Subholding Upstream Pertamina menilai wilayah Indonesia Timur dinilai memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar. Berdasarkan data dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), proyeksilifting minyak dan gas bumi 2024 ditargetkan dapat mencapai 2.057 juta barel setara minyak per hari, dengan rincian lifting minyak 743 ribu barel per hari dan gas bumi 1.314 juta barel setara minyak per hari.
Letak dan posisinya yang strategis serta melimpahnya sumber daya alam menjadikan wilayah kepala burung pada Indonesia Timur ini memiliki sejarah yang panjang terkait eksplorasi migas pada era penjajahan Belanda. Berdasarkan data Pertamina EP Papua Field, pada 1932 perusahaan yang didirikan di Den Haag, Belanda Shell Oil Co. pertama kali melakukan eksplorasi di wilayah kepala burung itu, tapi tidak menemukan hasil. Tiga tahun berselang pada 1935 Nederlandsch Nieuw-Guinea Petroleum Maatschappij (NNGPM) melanjutkan eksplorasi di bekas area konsesi Shell Oil Co. dan baru satu tahun kemudian NNGPM menemukan migas serta kemudian mendirikan Lapangan Produksi Migas Klamono di Distrik Klamono, Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya.
Untuk itu Lapangan Produksi Migas Klamono tercatat menjadi salah satu cikal bakal di Papua yang hingga kini masih beroperasi. Data dari Pertamina EP Papua Field menunjukkan angka produksi pada lapangan produksi tersebut sebesar 772 barel minyak per hari (BOPD) per 10 Juni 2024.
Dengan sejarah eksplorasi migas, Subholding Upstream Pertamina juga terus menjaga hutan di wilayah Provinsi Papua Barat Daya yang memiliki luas 38.820,90 Km2. Pertamina EP Papua Field yang bekerja sama dengan Pemerintah serta organisasi non profit melakukan pendampingan pengelolaan hutan lestari berbasis masyarakat adat berupa wisata minat khusus di Kampung Adat Malasigi, Distrik Klayili, Kabupaten Sorong, Papua Barat Daya. Pengunjungdapat menikmati keanekaragaman hayati, sumber daya alam hutan dan keramahan budaya suku asli Sorong, suku Moi.
Wisata minat khusus ini dilakukan sebagai upaya pengelolaan hutan Kampung Malasigi secara lestari dan berkelanjutan yang saat ini sudah mendapat pengakuan Pemerintah Republik Indonesia melalui penerbitan Surat Keputusan Pengelolaan Hutan Kampung Nomor SK.8557/MENLHK-PSKL/PKPS/PSL.0/8/2023, yang diserahkan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. Surat keputusan tersebut menandakan bahwa Kampung Malasigi berhak sepenuhnya mengelola kawasan hutan di area kampung.
Kampung Malasigi menjadi satu-satunya kampung di Distrik Klayili yang bertahan dari gempuran alih fungsi lahan. Dengan adanya pendampingan tersebut, Kampung Malasigi diharapkan dapat menjadi kampung percontohan yang mengandalkan ekowisata sebagai penghasilannya dan masyarakat bisa berdaya dan mandiri secara ekonomi tanpa merusak hutan.
Foto dan teks: Erlangga Bregas Prakoso
Editor: Andika Wahyu