Cerita Sepasang Merpati Asal Jamaah Haji Indonesia di Balik Banyaknya Burung Dara di Mekah dan Madinah
Jika berkesempatan mengunjungi Tanah Suci di Arab Saudi, maka Anda akan mudah menemukan burung dara atau merpati berkeliaran.
Contohnya burung tersebut ada di pelataran Masjidil Haram di Mekah, di depan kawasan Masjid Nabawi di Madinah, di pelataran Masjid Kuba di Madinah, dan bahkan di jalanan.
Pantauan MNC Portal beberapa hari terakhir hingga Minggu (7/2/2021), burung dara tersebut menjadi hiburan tersendiri bagi umat Islam yang datang dari berbagai negara.
Terpantau di sana umat Muslim membeli biji-bijian lalu menaburnya di dekat area burung dara berkumpul. Sontak ratusan unggas itu berdatangan menuju biji-bijian tadi untuk dimakan.
Jika pemberi makan membuat kaget, maka burung-burung dara tersebut sontak berterbangan sehingga menimbulkan bunyi kepakasan sayap yang riuh.
Sesaat kemudian burung dara kembali ke bijian tadi, dan itu membuat pemberi makan terhibur.
Itulah pemadangan yang setiap hari terlihat di pelataran Masjidil Haram, Nabawi maupun Masjid Kuba. Lalu bagaimana sejarah singkat ribuan burung Dara bisa berkeliaran di Mekah dan Madinah?
Pendamping umrah dari Wfood Al Bait East, Dedi Kadarusman Abu Uwais mengatakan terdapat satu cerita yang melegenda di Arab Saudi. Yakni burung-burung itu dikisahkan sebagai hasil keturunan dari sepasang merpati atau dara yang dibawa jamaah Indonesia ke Arab.
"Wallahuallam cerita yang beredar di Masyarakat itu katanya zaman dulu orang Indonesia yang bawa," ucapnya di Mekah pada Minggu (7/1/2021).
"Ceritanya wallahuallam orang Indonesia yang yang pergi haji, mereka membawa sepasang merpati. Karena kan zaman dulu itu masih bebas, perjalanan transportasi dari satu negara ke negara lain masih bebas. Nah ada jamaah dari Indonesia itu bawa merpati ke sini, katanya untuk jodoh untuk apalah wallahuallam," tambah Dedi.
Sementara menurut Ustadz Pepi Pahlevi pendamping umrah dari Alhusnah, burung merpati atau dara sudah GB ada sejak zaman nabi adam yg berpasang-pasangan sampai turun temurun hingga sekarang.Adapun Allah memberikan Isyaroh kepada burung merpati agar bertelur di depan mulut Gua Jabal Tsur ketika Rasulullah menghindar dari kejaran kaum Kuffar Makkah. Jadi bukan dibawa oleh jamaah haji indonesia."Kalau dbawa oleh jamaah haji, pada saat rasul bersembunyi, Islam belum berkembang sampai ke indonesia, jangankan Syariat Haji, zakat dan puasa saja belum turun wahyunya pada saat itu," ujarnya.
Meski begitu cerita itu belum terkonfirmasi. Satu yang pasti, kata dia merpati atau burung dara dilarang ditangkap di Arab Saudi. Hal inilah yang membuat perkembangbiakannya cepat sehingga mudah ditemukan di berbagai pelataran maupun jalanan Makkah dan Madinah.
FOTO Kontributor MPI/Abu Sahma Pane