Kian Rawan Bencana, LPB MUI Gelar Sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana di Jakarta dan Banten
Jum'at, 26 Agustus 2022 - 07:38 WIB
Potensi bencana terus membayangi Indonesia, kian hari kian sering kita mendengar dan membaca berita di media adanya peristiwa bencana baik alam maupun non alam.
Selain tsunami, erupsi atau gempa, banyak daerah yg juga mengalami kerentanan akibat ulah manusia seperti longsor, kebakaran, hingga banjir bandang.
Untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana yang terjadi, Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat menggelar kegiatan sosiliasi pengurangan resiko bencana kepada sejumlah aktivis pegiat kemanusiaan. Diawali di Jakarta dan Banten, LPB MUI berharap akan terus meluas ke seluruh daerah di Indonesia.
Demikian diungkapkan ketua LPB MUI, Prof Ja'far Hafsah dalam sambutannya di acara sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (25/8).
Para pegiat kemanusiaan, lanjut Ja'far dalam kegiatannya turun ke lokasi bencana harus dibekali pengetahuan yang benar sehingga dapat meminimalisir resiko bencana yang timbul terhadap para korban.
"Jakarta baru saja mengalami bencana banjir dan kebakaran. Banten juga memiliki potensi bencana yang dahsyat dengan keberadaan Krakatau dan patahan Cesar aktif yang dapat menimbulkan resiko bencana yang besar. Karenanya LPB MUI memulai sosialisasi dari dua daerah ini. Selanjutnya menyusul daerah-daerah lainnya," ujarnya.
Dalam kegiatan sosialisasi di Jakarta dan Banten tanggal 19 dan 25 Agustus tersebut diikuti puluhan relawan perwakilan sejumlah lembaga kemanusiaan yang ada di Indonesia diantaranya LAZISMU, Aisyiyah, Indonesia CARE, MDMC, MA Care, muslimat MA, NU Care dan lain-lain.
Humas LPB MUI, Lukman Azis Kurniawan menjelaskan kegiatan tersebut selain membangun silaturahmi antara lembaga yang fokus dalam penanganan bencana, juga menjadi ajang konsolidasi lembaga dalam upaya mengurangi dampak resiko bencana. "Saya melihat peserta demikian antusias. Mereka kritis terhadap para narasumber yang kami hadirkan. Pertanyaan tajam disampaikan baik ditujukan kepada internal LPB MUI maupun dari eksternal seperti BNPB dan BPBD," ungkap Lukman yang juga direktur eksekutif Indonesia CARE tersebut.
Kekritisan tersebut, lanjut Lukman sebagai bentuk perhatian serius para peserta yang mayoritas adalah relawan lapangan terhadap potensi bencana di wilayahnya.
Selain tsunami, erupsi atau gempa, banyak daerah yg juga mengalami kerentanan akibat ulah manusia seperti longsor, kebakaran, hingga banjir bandang.
Untuk mengurangi resiko yang timbul akibat bencana yang terjadi, Lembaga Penanggulangan Bencana (LPB) Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat menggelar kegiatan sosiliasi pengurangan resiko bencana kepada sejumlah aktivis pegiat kemanusiaan. Diawali di Jakarta dan Banten, LPB MUI berharap akan terus meluas ke seluruh daerah di Indonesia.
Demikian diungkapkan ketua LPB MUI, Prof Ja'far Hafsah dalam sambutannya di acara sosialisasi Pengurangan Resiko Bencana di UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten (25/8).
Para pegiat kemanusiaan, lanjut Ja'far dalam kegiatannya turun ke lokasi bencana harus dibekali pengetahuan yang benar sehingga dapat meminimalisir resiko bencana yang timbul terhadap para korban.
"Jakarta baru saja mengalami bencana banjir dan kebakaran. Banten juga memiliki potensi bencana yang dahsyat dengan keberadaan Krakatau dan patahan Cesar aktif yang dapat menimbulkan resiko bencana yang besar. Karenanya LPB MUI memulai sosialisasi dari dua daerah ini. Selanjutnya menyusul daerah-daerah lainnya," ujarnya.
Dalam kegiatan sosialisasi di Jakarta dan Banten tanggal 19 dan 25 Agustus tersebut diikuti puluhan relawan perwakilan sejumlah lembaga kemanusiaan yang ada di Indonesia diantaranya LAZISMU, Aisyiyah, Indonesia CARE, MDMC, MA Care, muslimat MA, NU Care dan lain-lain.
Humas LPB MUI, Lukman Azis Kurniawan menjelaskan kegiatan tersebut selain membangun silaturahmi antara lembaga yang fokus dalam penanganan bencana, juga menjadi ajang konsolidasi lembaga dalam upaya mengurangi dampak resiko bencana. "Saya melihat peserta demikian antusias. Mereka kritis terhadap para narasumber yang kami hadirkan. Pertanyaan tajam disampaikan baik ditujukan kepada internal LPB MUI maupun dari eksternal seperti BNPB dan BPBD," ungkap Lukman yang juga direktur eksekutif Indonesia CARE tersebut.
Kekritisan tersebut, lanjut Lukman sebagai bentuk perhatian serius para peserta yang mayoritas adalah relawan lapangan terhadap potensi bencana di wilayahnya.
(sra)