Militer Israel Kembali Bantai Anak-anak dan Wanita di Rafah
Senin, 06 Mei 2024 - 18:01 WIB
Serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di Rafah pada hari Minggu (5 Mei), menewaskan enam orang dan melukai beberapa orang lainnya, kata Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza.
Jenazah-jenazah dibawa ke Rumah Sakit Abu Yousef Al-Najjar di Rafah, tempat para kerabat berkabung.
Mahmoud Al-Attar menangis di atas kantong mayat yang berisi istri dan anak-anaknya.
Serangan ini terjadi beberapa jam setelah sayap bersenjata kelompok Islamis Palestina, Hamas, mengaku bertanggung jawab atas serangan di perlintasan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza, yang menurut laporan media Israel dan Palestina, telah menyebabkan jatuhnya korban dari pihak Israel.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan bahwa mereka menembakkan roket-roket ke sebuah pangkalan militer Israel di dekat perlintasan tersebut, namun tidak mengkonfirmasi dari mana roket-roket tersebut ditembakkan. Media Hamas mengutip sebuah sumber yang dekat dengan kelompok tersebut yang mengatakan bahwa penyeberangan komersial tersebut bukanlah target.
Tidak lama setelah serangan Hamas, serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di Rafah, menewaskan tiga orang dan melukai beberapa orang, kata petugas medis Palestina.
Militer Israel mengkonfirmasi serangan balasan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan itu mengenai peluncur yang digunakan untuk menembakkan proyektil-proyektil Hamas, dan juga sebuah “struktur militer” di dekatnya.
Prospek gencatan senjata tampak tipis pada hari Minggu karena Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal itu.
Kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain atas kebuntuan ini dan delegasi Hamas mengatakan akan meninggalkan pembicaraan gencatan senjata di Kairo pada Minggu malam untuk berkonsultasi dengan para pemimpinnya.
Namun, para pejabat Hamas berencana untuk kembali ke ibukota Mesir pada hari Selasa (7 Mei), kata dua sumber keamanan Mesir.
Israel telah bersumpah untuk memasuki kota Gaza selatan dan mengusir pasukan Hamas di sana, namun menghadapi tekanan yang meningkat untuk menahan diri karena operasi tersebut dapat menggagalkan upaya kemanusiaan yang rapuh di Gaza dan membahayakan lebih banyak nyawa.
(Produksi: Mohammed Salem, Hatem Khaled, Bassam Massoud, Chiara Rodriquez)
Jenazah-jenazah dibawa ke Rumah Sakit Abu Yousef Al-Najjar di Rafah, tempat para kerabat berkabung.
Mahmoud Al-Attar menangis di atas kantong mayat yang berisi istri dan anak-anaknya.
Serangan ini terjadi beberapa jam setelah sayap bersenjata kelompok Islamis Palestina, Hamas, mengaku bertanggung jawab atas serangan di perlintasan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza, yang menurut laporan media Israel dan Palestina, telah menyebabkan jatuhnya korban dari pihak Israel.
Sayap bersenjata Hamas mengatakan bahwa mereka menembakkan roket-roket ke sebuah pangkalan militer Israel di dekat perlintasan tersebut, namun tidak mengkonfirmasi dari mana roket-roket tersebut ditembakkan. Media Hamas mengutip sebuah sumber yang dekat dengan kelompok tersebut yang mengatakan bahwa penyeberangan komersial tersebut bukanlah target.
Tidak lama setelah serangan Hamas, serangan udara Israel menghantam sebuah rumah di Rafah, menewaskan tiga orang dan melukai beberapa orang, kata petugas medis Palestina.
Militer Israel mengkonfirmasi serangan balasan tersebut, dengan mengatakan bahwa serangan itu mengenai peluncur yang digunakan untuk menembakkan proyektil-proyektil Hamas, dan juga sebuah “struktur militer” di dekatnya.
Prospek gencatan senjata tampak tipis pada hari Minggu karena Hamas menegaskan kembali tuntutannya untuk mengakhiri perang dengan imbalan pembebasan sandera, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dengan tegas mengesampingkan hal itu.
Kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain atas kebuntuan ini dan delegasi Hamas mengatakan akan meninggalkan pembicaraan gencatan senjata di Kairo pada Minggu malam untuk berkonsultasi dengan para pemimpinnya.
Namun, para pejabat Hamas berencana untuk kembali ke ibukota Mesir pada hari Selasa (7 Mei), kata dua sumber keamanan Mesir.
Israel telah bersumpah untuk memasuki kota Gaza selatan dan mengusir pasukan Hamas di sana, namun menghadapi tekanan yang meningkat untuk menahan diri karena operasi tersebut dapat menggagalkan upaya kemanusiaan yang rapuh di Gaza dan membahayakan lebih banyak nyawa.
(Produksi: Mohammed Salem, Hatem Khaled, Bassam Massoud, Chiara Rodriquez)
(sra)