Potret Tradisi Sesaji Rewanda di Gua Kreo Semarang
Tradisi Sesaji Rewanda di Goa Kreo, Dusun Talunkacang, Kelurahan Kandri, Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, Sabtu (12/4/2025) berlangsung meriah. Ratusan warga antusias menyaksikan tradisi Sesaji Rewanda yang diawali arak-arakan gunungan ketupat dan sego kethek, replika kayu jati dengan iringan sejumlah penari berpakaian tradisional termasuk penari anak-anak berkostum kera. Arak-arakan hanya berjarak 300 meter menuju Goa Kreo.
Tiba di pelataran Gua Krea, prosesi diawali dengan sembilan wali yang diperankan warga Kandri mengarak replika batang kayu jati sebagai simbol kayu yang didapat Sunan Kalijaga untuk tiang Masjid Demak. Kemudian penampilan Tari Bambu Krincing dan sejarah mengenai Goa Kreo. Selanjutnya kembali ditampilkan Tari Wanara Parisuka, dan diakhiri dengan pemotongan tumpeng oleh Wali Kota Semarang, serta ngalap berkah. Di momen ini, ratusan warga maupun pengunjung berebut gunungan ketupat dan gunungan sego kethek (nasi yang dibungkus dengan daun jati dan diisi dengan sayuran, tahu, dan tempe). Kedua gunungan ludes dalam waktu singkat. Sementara gunungan buah-buahan dikhususkan untuk diberikan ratusan monyet.
Tradisi Sesaji Rewanda dimulai pada abad ke-15 yakni saat Sunan Kalijaga, salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam di Indonesia, berupaya membangun masjid yang sekarang terkenal sebagai Masjid Agung Demak. Dalam pencarian kayu jati sebagai bahan baku, Sunan Kalijaga dibantu para monyet yang menghuni kawasan Goa Kreo, Gunungpati, Semarang, yang kini menjadi destinasi wisata. Sesaji Rewanda yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia berarti "memberi hadiah kepada monyet", menunjukkan makna dan tujuan yang sangat mendalam. Sesaji Rewanda mencerminkan pentingnya menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan alam.
FOTO-FOTO: Ahmad Antoni