Serasa Tak Mau Jauh, Kebersamaan Kami Hingga ke Bangsal Covid-19
Selasa, 09 Maret 2021 - 20:07 WIB
Ceritaku berawal saat tanggal 3 September 2020 lalu, suami berdinas luar kota yakni di daerah Jawa Tengah. Setelahnya, dia juga melakukan meeting di Yogyakarta dengan rekannya dari Jakarta, di mana saat itu Jakarta merupakan daerah zona merah Covid-19.
Hari itu suami mulai merasa tidak enak badan, seperti flu yang disertai batuk kecil. Saat itu diobati sendiri dengan parasetamol, namun tak kunjung reda. Suamiku memutuskan untuk rapid test dan hasilnya non reaktif. Setelahnya, suami tetap beraktifitas seperti biasa.
Singkat cerita, pada 12 September 2020, suamiku melakukan swab dan hari berikutnya sudah keluar hasilnya. Dia dinyatakan positif Covid. Hari itu juga, setelah menjalani beberapa proses penanganan Satgas Covid-19, suamiku berangkat sendiri ke rumah sakit. Karena saat itu tinggal di apartemen, dia betul-betul menjaga agar tidak terjadi kegaduhan di area tersebut apabila mengetahui ada salah satu penghuni yang positif Covid-19.
Setelah mengetahui bahwa suamiku positif Covid-19, kami sekeluarga menjalani tes swab. Karena sebelumnya aku dan anak-anak melakukan kontak erat dengannya. Hasil swab menyatakan bahwa anak-anak negatif, sedangkan aku dinyatakan positif. Saat itu aku mengalami gejala mudah lelah, cepat mengantuk dan diare. Akhirnya, Satgas Covid-19 menjemputku untuk dibawa ke rumah sakit rujukan, dan kebetulan bisa satu bangsal dengan suami.
Saat di rumah sakit, meskipun satu bangsal namun kami beda ruangan. Ruangan kami berseberangan, dibatasi jendela kaca besar, sehingga dapat saling melihat. Komunikasi kami lakukan melalui telepon yang ada di kamar ataupun melalui WA dan video call. Sungguh moment langka, bisa berdua dalam kondisi sakit, yang kami sendiri tidak tahu ke depannya. Apalagi kami harus menjalani perawatan dengan infus dan diisolasi.
Saat di rumah sakit inilah, kesempatan untuk kami memperbaiki diri. Kami saling mensupport, saling memberi semangat melalui tulisan maupun pesan WA atau telepon. Kami bertukar info tentang makanan atau minuman yang harus dikonsumsi, link-link cerita lucu ataupun film komedi. Selain itu, kami kadang tadarus bersama secara online.
Ini menjadi salah satu hal yang menguatkan kami. Setiap hari, kami juga melakukan video call dengan dengan anak-anak, saling berkabar, atau sekadar menyapa. Kadang anak sulung kami tidak mau bicara, hanya mencoba tersenyum dengan raut muka khawatir, berbeda dengan 2 adiknya yang masih kelas SD.
Support dari teman-teman seperti menengok virtual melalu WA call secara bersama-sama, sahabat yang meluangkan waktu untuk menelpon, anak anak di rumah dan mengirim makanan kesukaan merupakan hal yang sangat berarti bagi kami.
FAZA IRMA, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta
#SayaPositifCovid19 #PakaiMaskermu #DiRumahSaja #MerekaTelahPergi #KenormalanBaru #VaksinDatang #KamiSudahVaksin
Hari itu suami mulai merasa tidak enak badan, seperti flu yang disertai batuk kecil. Saat itu diobati sendiri dengan parasetamol, namun tak kunjung reda. Suamiku memutuskan untuk rapid test dan hasilnya non reaktif. Setelahnya, suami tetap beraktifitas seperti biasa.
Singkat cerita, pada 12 September 2020, suamiku melakukan swab dan hari berikutnya sudah keluar hasilnya. Dia dinyatakan positif Covid. Hari itu juga, setelah menjalani beberapa proses penanganan Satgas Covid-19, suamiku berangkat sendiri ke rumah sakit. Karena saat itu tinggal di apartemen, dia betul-betul menjaga agar tidak terjadi kegaduhan di area tersebut apabila mengetahui ada salah satu penghuni yang positif Covid-19.
Setelah mengetahui bahwa suamiku positif Covid-19, kami sekeluarga menjalani tes swab. Karena sebelumnya aku dan anak-anak melakukan kontak erat dengannya. Hasil swab menyatakan bahwa anak-anak negatif, sedangkan aku dinyatakan positif. Saat itu aku mengalami gejala mudah lelah, cepat mengantuk dan diare. Akhirnya, Satgas Covid-19 menjemputku untuk dibawa ke rumah sakit rujukan, dan kebetulan bisa satu bangsal dengan suami.
Saat di rumah sakit, meskipun satu bangsal namun kami beda ruangan. Ruangan kami berseberangan, dibatasi jendela kaca besar, sehingga dapat saling melihat. Komunikasi kami lakukan melalui telepon yang ada di kamar ataupun melalui WA dan video call. Sungguh moment langka, bisa berdua dalam kondisi sakit, yang kami sendiri tidak tahu ke depannya. Apalagi kami harus menjalani perawatan dengan infus dan diisolasi.
Saat di rumah sakit inilah, kesempatan untuk kami memperbaiki diri. Kami saling mensupport, saling memberi semangat melalui tulisan maupun pesan WA atau telepon. Kami bertukar info tentang makanan atau minuman yang harus dikonsumsi, link-link cerita lucu ataupun film komedi. Selain itu, kami kadang tadarus bersama secara online.
Ini menjadi salah satu hal yang menguatkan kami. Setiap hari, kami juga melakukan video call dengan dengan anak-anak, saling berkabar, atau sekadar menyapa. Kadang anak sulung kami tidak mau bicara, hanya mencoba tersenyum dengan raut muka khawatir, berbeda dengan 2 adiknya yang masih kelas SD.
Support dari teman-teman seperti menengok virtual melalu WA call secara bersama-sama, sahabat yang meluangkan waktu untuk menelpon, anak anak di rumah dan mengirim makanan kesukaan merupakan hal yang sangat berarti bagi kami.
FAZA IRMA, Kecamatan Ngampilan, Yogyakarta
#SayaPositifCovid19 #PakaiMaskermu #DiRumahSaja #MerekaTelahPergi #KenormalanBaru #VaksinDatang #KamiSudahVaksin
(rat)